Anda di halaman 1dari 19

PERAN SENI TERHADAP ANAK DISLEKSIA

Gina Novi Ambia (1344209)

Dosen Pembimbing: Agus Cahyana S.Sn,.M.Sn

Fakultas Seni Rupa dan Desain (Seni Murni) Institut Seni Budaya Indonesia

Jl. Buahbatu No. 212 Bandung

e-mail : ginanoviambia@gmail.com

ABSTRACT

Many children having trouble learning. Basicly not only those who has low
capability, but also children with high capability. The difficulty of learning is not
always cause by low intelegence factor but also non-intelegence factors and so, high IQ
is not warranty for a success of learning. We often here about children who has
dyslexia. Dyslexia is symptom that effect a child’s ability to read or write. He/she often
makes mistake reading a word. Usually the words are read backward-forth, and mix
the letter “p” with “q” and they often mix up between left-right and up-down. A
children with dislexia have a very high spatial visual intelegence and they tend to think
visually. They very imaginative, creative, and innovative. So that, art is very essential
for children with dislexia.

Keywords : children, dislexia, art.

ABSRTAK

Banyak anak yang mengalami kesulitan belajar . pada dasarnya kesulitan belajar
tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa berkemampuan tinggi. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor
intelegensi yang rendah, akan tetapi juga di sebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi.

1
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Ada
kalanya kita menemukan anak “disleksia”. Disleksia adalah gangguan belajar yang
mempengaruhi kemampuan membaca atau menulis seorang anak. Anak biasanya sering
sekali salah membaca sebuah kata. Penyandang gangguan ini juga kerap kali membaca
kata secara terbalik-balik, sering kali membaca huruf ‘p’ dengan ‘q’, dan keliru
membedakan konsep kiri-kanan, atau atas-bawah. Anak disleksia ini adalah anak dengan
kecerdasan visual spasial yang tinggi dan cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya
dengan imajinasi, kreatif, dan cenderung inovatif. sehingga pendidikan seni bagi anak
disleksia sangatlah penting.

Kata Kunci : Anak, disleksia , seni.

PENDAHULUAN

Banyak anak yang mengalami kesulitan belajar . pada dasarnya


kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan
rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa berkemampuan tinggi. Selain itu,
kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-
rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan. dalam referensi lain
juga dijelaskan mengenai pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi


yang rendah, akan tetapi juga di sebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar. Ada kalanya kita menemukan anak “disleksia”, istilah
dari ketidakmampuan membaca, dalam diri anak. Misalnya anak tersebut
sering membaca buku dengan waktu yang lama, tetapi tidak membaca huruf
melainkan hanya detil gambar hingga proses kerja dari setiap aktor di

2
gambar itu. Anak disleksia membaca huruf “b” menjadi “d”, angka “2”
menjadi “5” jika di urut bersama.

Banyak orang dengan disleksia sangat berprestasi dalam seni,


kreativitas, desain, komputerisasi, dan berpikir lateral. Namun, tidak banyak
orang yang mengetahui tentang penyakit disleksia ini, sehingga ketika
mereka bertemu dengan anak disleksia mereka menyebut anak ini bodoh
dalam pelajaran, dan bahkan menyebut anak ini adalah anak yang memiliki
kebutuhan khusus (anak yang tidak normal selayaknya anak pada
umumnya) sehingga banyak orang tua yang memindahkan anak disleksia ini
kepada SLB (sekolah luar biasa) atau sekolah berkebutuhan khusus. Anak
disleksia ini pun banyak dijauhi oleh teman-temannya karna anak disleksia
ini terlihat seperti anak autis dan suka berkhayal. Disleksia bukan
disebabkan kebodohan, cara mengajar tidak baik, latar belakang ekonomi
buruk, kurangnya motivasi atau gangguan lain, seperti penglihatan atau
pendengaran, otak individu disleksia mempunyai cara berbeda dalam
mengolah informasi terkait kata-kata. Cara mereka membaca tidak sama
dengan otak individu yang tidak disleksia dan metode pembelajaran anak
disleksia pun sangatlah berbeda. Anak disleksia lebih menyukai seni atau
gambar-gambar yang berkesinambungan dengan daya imajinasi mereka,
sehingga banyak diantara mereka yang sangat menyukai menggambar atau
melukis, sehingga menurut penulis metode yang tepat untuk anak disleksia
adalah dengan menggabungkan pelajaran dengan seni terutama seni
menggambar.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif :

3
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data,
dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau


survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari
mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan
wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini
adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam
jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan


interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan
mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan
perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan
derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari
penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan,
pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.

Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena


mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan

4
komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu.
Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau
survei kuantitatif tidak diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konteks Teoritik
(Olivia stela, 2015: 8) berpendapat bahwa, Disleksia adalah
gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca atau menulis
seorang anak. Anak biasanya sering sekali salah membaca sebuah kata.
Penyandang gangguan ini juga kerap kali membaca kata secara terbalik-
balik, sering kali membaca huruf ‘p’ dengan ‘q’, dan keliru membedakan
konsep kiri-kanan, atau atas-bawah. Disleksia adalah kesulitan membaca
yang kronis, ini merupakan kesulitan belajar yang sangat umum . orang
dengan disleksia mungkin memiliki masalah dalam membaca, menulis,
mengeja, metematika, dan kadang-kadang dengan musik. Kebanyakan
orang berpikir disleksia adalah suatu kondisi yang terkait dengan
membaca dari kanan ke kiri dan membalikan kata-kata dan huruf. Para ahli
mengatakan disleksia tidak ada hubungannya dengan bentuk visual dari
kata-kata, melainkan karena otak dari orang dengan disleksia memiliki
penghubung yang berbeda, sehingga sulit bagi mereka untuk memisahkan
huruf dari kata tertulis ke dalam suara yang berbeda. Kemampuan ini di
sebut kesadaran fonologi.
Hingga saat ini para ahli neurologis belum dapat mengetahui fungsi
otak manusia secara keseluruhan, baru beberapa bagian saja yang sudah
dapat dikenali fungsinya secara pasti dan memiliki keterkaitan satu sama
lain. Himesfera pada otak manusia terdiri dari dua bagian yakni himesfera

5
kiri dan himesfera kanan, kedua bagian itu terhubung oleh saraf
penghubung.
Pada himesfera bagian kiri, kegiatan otak didominasi oleh kegiatan
yang bersifat verbal, logical, and controling half, sedangkan untuk
himesfera kanan kegiatan otak lebih didominasi oleh kegiatan yang
bersifat non-verbal, practical, and intuitive, kemudian kawasan wrenickle
dan kawasan broca menjadi bagian utama saat seseorang melakukan
pemrosesan bahasa.

Gambar 1 Hemisfera Otak Manusia Tampak Atas (Sumber: Buku


“Apakah Itu Disleksia?”)

6
Gambar 2 Himesfera Otak Manusia Tampak Samping (Sumber: Buku
“Apakah Itu Disleksia?”)

Pada saat manusia melakukan kegiatan pemprosesan bahasa,


aktifitas pada himesfera bagian kiri akan tampak lebih besar daripada
hemisfera bagian kanan, sedangkan pada orang yang mengalami gangguan
disleksia aktifitas himesfera kedua bagian menjadi sama besar

Gambar 3 Perbandingan Isyarat Syaraf (Sumber: Buku “Apakah Itu


Disleksia?”)

Selain itu, salah satu penyebab terhambatnya anak disleksia dalam


melakukan pemrosesan bahasa adalah, dikarenakan terjadinya pemusatan
pada perjalanan saraf penghubung atau confusing traffic jam of nerve

7
signal menjadikan proses penginformasian antar saraf semakin lama.
Berikut adalah hasil scanning FMRI (Functional Magnetic Resonance
Imaging) anak disleksia pada saat melakukan pemprosesan kegiatan
membaca.

Gambar 4 Perbandingan Corpus Collusum Tampak Atas (Sumber: Situs


“http://dyslexiclikeme.org/wp-
content/themes/shopperpress/thumbs//dyslexics-brain.jpg”)

Phonological deficit yang terdapat pada anak disleksia ini


berhubungan dengan gangguan pada modul auditori seseorang, adanya
deficit auditori dalam mempersepsikan bunyi yang berbeda dalam
kecepatan tinggi atau sangat sensitif dengan suara selain itu pada anak
disleksia terjadi juga terdapat visual perceptual deficit dimana kemampuan
anak terganggu dalam mempersepsikan visual, anak akan kesulitan
mempersepsikan stimulus yang bergerak cepat, berjarak rapat dan tidak
kontras.

Disleksia secara etiologi diyakini oleh para pakar bahwa gangguan


disleksia lebih disebabkan oleh faktor keturunan, 23 sampai 64 persen
orang tua atau kerabat yang mengidap disleksia cenderung menjadi
penyebab seseorang mengalami disleksia yang diturunkan melalui
kromosom. Penemuan tersebut menjadi salah satu implikasi mengenai

8
tanda kesulitan membaca pada anak disleksia yang dapat dirunut dari
orangtua atau kerabat yang juga mengalami gangguan disleksia.

A. Pentingnya Seni Bagi Anak Disleksia


Disleksia dapat terjadi pada setiap tingkat kemampuan intelektual.
Terkadang anak-anak dengan disleksia tampil seperti kurang termotivasi atau
tidak mencoba cukup keras di mata guru dan orang tua. Disleksia memang
bisa disertai dengan kurangnya motivasi, masalah emosional atau perilaku,
dan gangguan sensorik. Namun bukan berarti hal-hal tersebut merupakan
hasil dari disleksia. Pandangan yang lebih positif dari disleksia
menggambarkan bahwa orang dengan disleksia sebagai orang yang lebih
menyukai visual, pemikir multidimensi yang intuitif, sangat kreatif, dan
unggul dalam belajar secara praktek.
(Ella Yulaelawati, 2014: 86) berpendapat bahwa, anak-anak dengan
kecerdasan visual spasial yang tinggi cenderung berpikir secara visual.
Mereka kaya denganimajinasi, kreatif, dan cenderung inovatif. sehingga
pendidikan seni bagi anak disleksia sangatlah penting. Manfaat dari anak
disleksia bila mempelajari seni yaitu:
1. Anak jadi lebih mudah menyerap masukan dan saran yang diberikan.
2. Membantu proses belajar membaca dengan cepat.
3. Kepekaan terhadap alam menjadi lebih baik karna terbiasa membuat
sesuatu yang indah
4. Membantu anak disleksia mengekspresikan dan mengembangkan
kreatifitasnya dengan bebas.
5. Anak mampu mengendalikan emosi, perasaan sedih atau senang. Emosi
itu dapat di curahkan melalui karya seni yang mereka hasilkan.
6. Imajinasi anak disleksia bisa berkembang lewat karya yang di hasilkan.
7. Membantu anak disleksia menunjukan kepintaran mereka dalam hal
kreativitas.

9
8. Apresiasi mereka terhadap keindahan akan tumbuh dan berkembang
dalam dirinya.
9. Pendidikan seni dapat berpengaruh positif dalam hal persepsi emosi
anak.
10. Membangun kepercayaan diri anak disleksia agar mereka mampu
bersosialisasi terhadap lingkungannya.
11. Membantu proses perkembangan anak disleksia.

B. Metode pengajaran untuk anak disleksia


Terlalu banyak anak yang memasuki ruang kelas satu SD dengan
pengharapan tinggi, dan hanya menemukan dunia gersang simbol-simbol
tak bermakna di halaman buku latihan, buku bacaan dasar, dan di papan
tulis. Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar murid kelas satu melihat
abjad dengan bagian belakang sisi kanan otak mereka, tempat diprosesnya
kecerdasan spasial seseorang. Mereka melihat angka sebagai gambar. Huruf
A merupakan sepasang garis miring dengan satu garis horizontal di tengah
atau gambar sebuah kemah Indian atau puncak gunung. Namun, di kelas
berikutnya, anak-anak mulai menggeser persepsi mereka terhadap huruf ke
bagian auditori-linguistik di sisi kiri dan belajar melihat huruf A sebagai
sebuah simbol abstrak yang diasosiasikan dengan sekelompok bunyi.

Namun, beberapa anak tidak  melakukan pergeseran ini. Mereka


biasanya anak-anak yang sangat imajinatif dengan kecerdasan spasial yang
tinggi. Karena melihat huruf sebagai gambar atau simbol spasial, mereka
tidak begitu menghiraukan masalah arah. Karena gambar seekor kuda tetap
merupakan gambar seekor kuda kemanapun hidung kuda itu menghadap
entah ke sisi kanan atau ke sisi kiri. Meski dijungkir balikkan pun, gambar
kuda itu takkan berubah. Dari sudut pandang anak dengan bakat spasial
yang tinggi, semakin banyak perspektif yang berlainan yang bisa

10
diperolehnya, semakin kaya pengetahuannya tentang subjek itu. “Pikiran
tiga dimensi” ini jelas merupakan aset ketika ia sedang merancang bangunan
Lego, memperbaiki mesin, atau bekerja dengan pahatan. Meski demikian,
ketika seorang anak yang kecerdasan spasialnya tinggi seperti ini bertemu
simbol-simbol linguistik di ruang kelas, maka kecerdasannya yang
mengagumkan dalam pergeseran bentuk akan terbentur masalah yang serius.
Sebagai contoh, jika ia melihat huruf b kecil dan ingin memutarnya dalam
pikirannya, huruf itu berubah menjadi d atau bahkan p atau q. Hal ini bisa
sangat membingungkan.

Gambar 5 Contoh Tulisan Dari Anak Disleksia (Sumber: Dokumen


Pribadi)

Orangtua dan guru melihat si anak membalik huruf dalam pelajaran


membaca dan menulis, dan bukannya memberikan perhatian pada
kecerdasan spasialnya yang tinggi, mereka malah mulai merasa khawatir
dan ingin si anak mengikuti tes. Sering, anak semacam ini akhirnya diberi

11
label “menderita disleksia” atau “learningdisabled”. Semua orang melihat
apa yang “salah” dengan anak ini dan bukannya mensyukuri bakat
spasialnya yang mengagumkan. Menarik untuk diketahui bahwa banyak
seniman, arsitek dan perancang melaporkan mendapat masalah besar di
sekolah, khususnya ketika mereka mulai membaca dan menulis. Bagi
beberapa diantara mereka, baru ketika keluar dari sekolah mereka bisa
melakukan hal-hal yang benar-benar membuat mereka berhasil dalam hidup.
Yang dibutuhkan pelajar 3-D yang sangat imajinatif dan berorientasi pada
gambar ini adalah orang dewasa yang akan menyadari cara berfikir mereka
yang unik, dan yang bisa merancang pendekatan pendidikan yang akan
membantu mereka membuat pergeseran dari image spasial ke simbol
linguistik dengan cara alami.

Orangtua dan guru yang membantu anak-anak membaca bisa


membantu anak-anak berbakat spasial menjembatani jurang antara image
dan huruf dengan menampilkan abjad menggunakan gambar. Sebagai
contoh, untuk memperkenalkan huruf S, ceritakan sebuah kisah tentang ular.
Biarkan mereka membuat gambar ular atau membuat ular dari tanah liat.
Akhirnya, gambarlah seekor ular yang semakin lama semakin menyerupai
huruf S. Tunjukan bahwa bunyi yang dilkeluarkan ular (“sssssss”) adalah
bunyi huruf S juga. Gunakan imajinasi kita sendiri untuk menciptakan
gambar dari kedua puluh lima huruf abjad yang lain. Sebagai tambahan,
tunjukkan kepada anak disleksia ini cara membuat gambar dari huruf-huruf
suatu kata untuk menggambarkan artinya. Sebagai contoh, gambarlah kata
“hujan” dengan butiran air menetes dari huruf-hurufnya, atau kata
“matahari” dengan aura sinar kuning di sekelilingnya. Tulislah kata
“pendek” dalam bentuk pipih dan gemuk dengan huruf-huruf yang sangat
tebal. Adapun contoh gambar sebagai berikut:

12
Gambar 6 Metode mengenalkan huruf dengan gambar (Sumber: situs
http://pondokibu.com/download-belajar-mengenal-huruf-alfabet-
gratisss.html)

Jika ditelusuri cukup jauh ke masa lalu, dulu abjad adalah bahasa
gambar, atau serangkaian ideogram. Beberapa bahasa mempertahankan jauh
lebih banyak hubungan dengan gambar daripada bahasa lain, termasuk
tulisan Cina dan Jepang yang dikenal sebagai kanji. Di Jepang, anak-anak
mempelajari tiga tulisan yang berbeda: kanji, dan dua bentuk kana, yang
merupakan sistem fonetik yang lebih konsisten dari pada bahasa Inggris
dalam hal hubungan antara bunyi dan simbol. Dengan adanya dua sistem
abjad, anak-anak di Jepang mempunyai dua cara belajar bahasa: visual-
spasial dan auditori-linguistik. Hasilnya, jarang ada orang yang kesulitan
membaca.

Ideogram Cina telah digunakan sebagai cara mengajar membaca


kepada anak-anak yang dalam budaya kita diberi label menderita disleksia.

13
Beberapa psikolog Pennsylvania menangani sekelompok murid kelas dua
non-Cina yang mempunyai kesulitan membaca yang parah, dan mereka
mengajari anak-anak ini membaca materi yang berbahasa Inggris yang
ditulis dalam tiga puluh huruf Cina yang berlainan. Mereka melaporkan:
“Anak-anak yang tidak berhasil menguasai bunyi abjad Inggris setelah
bersekolah selama satu setengah tahun langsung memahami tuntutan dasar
tugas ini dan bisa membaca kalimat dalam waktu lima atau sepuluh menit
pertama setelah dihadapkan pada huruf Cina.” Tampaknya anak-anak itu
terbantu oleh pendekatan ini karena guru mereka memanfaatkan
kemampuan spasial mereka yang sangat tinggi.

DI Bandung penulis menemukan anak disleksia, Dia bernama fera


sejak saat memasuki bangku sekolah dia mengalami gangguan belajar
terutama pada bidang akademis, tidak hanya gangguan belajar tetapi
terkadang anak ini terlihat autis dan sulit untuk bersosialisasi dengan teman
sebayanya.

14
Gambar 7 foto fera anak disleksia (Sumber: situs
http://pinmagicaljourney.blogspot.co.id/2014/04/bungsuku-
disleksia.html).

Fera sempat merasakan depresi karna di sekolahnya, dia selalu di buly


oleh teman-temannya bahkan gurunya sudah lelah mengajarinya karena nilai
ulangan dia selalu nol. Guru di SD fera menyuruh orang tua fera agar
memasukan fera ke sekolah berkebutuhan khusus. Orang tua fera
memindahkan anaknya ke sekolah lain dan baru mengetahui bahwa anaknya
mengidap penyakit disleksia. Guru di sekolah fera yang baru sangat
memahami ada yang di derita fera sehingga pengajaran yang di lakukan fera
dengan menggunakan visual (gambar) agar fera lebih memahami tulisan.
Seperti pada gambar berikut.

Gambar 8 Tulisan Sekolah Fera (Sumber: Dokumen pribadi).

Fera memang anak yang aktif dan dia lebih menyukai bermain ataupun
menggambar. Dia menyalurkan hobi dia di bidang menggambar, maka dari itu

15
untuk dibidang akademis, orang tua dan guru fera menggabungkan pelajaran
dengan seni (gambar) dan membiarkan fera menyalurkan hobinya agar fera lebih
berkembang seperti layaknya anak pada seumurnya.

Gambar 8 hasil karya lukisan fera (Sumber: dokumen pribadi).

Dengan seni anak disleksia bisa lebih berkembang karena mereka


memang menonjol pada otak kanan, yang berarti lebih bisa berkembang di
bagian visual atau bidang seni. Anak disleksia butuh kebebasan dan biarkan
dirinya sendiri sebagai pribadi manusia seutuhnya. Hanya saja,
pembentukan ini perlu dibiarkan alami dalam suasana yang penuh cinta
kasih dengan menerima anak sebagai adanya. Jangan pernah mengabaikan
betapa pentingnya interaksi fisik ketika anak datang mendekat. Berikut
adalah beberapa cara untuk menunjukan cinta dan kasih sayang agar anak
disleksia percaya diri dan tidak merasa beda di lingkungannya:

1. senyum tulus
senyum tulus, sentuhan peduli, dan pelukan hangat, merupakan bentuk
cinta dan kasih sayang serta penerimaan yang mampu mendorong tumbuh

16
kembang anak secara optimal. Katakan kepada mereka, bahwa orang tua
akan tetap mencintai mereka setiap saat, dalam berbagai situasi walau
mungkin dalam keadaan marah sekalipun. Saling percaya perlu
ditanamkan sejak dini yang akan membuat anak disleksia ini merasa
nyaman dengan cinta dan kasih sayang sejak lahir.
2. Penghargaan dan pujian
Perkataan yang menyatakan dukungan, dorongan, penghargaan, dan
persetujuan perlu dinyatakan secara jelas, tegas, walau tetap lembut. Hal
ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan anak disleksia
sejak dini dan dikemudian hari.
Pujilah anak ketika mereka melakukan hal-hal terbaiknya. Kebiasaan
memuji sewajarnya adalah peran penting bagi orang tua yang baik. Anak
perlu merasa bangga dengan dirinya dan prestasinya. Jika anak disleksia
ini di percaya, maka akan tumbuk kepercayaan diri yang mereka butuhkan
untuk berada di dunia mereka sendiri. Mereka akan merasa diberdayakan
untuk mandiri sehingga perkembangan dirinya terlihat di lingkungan
sekitarnya.
Anak disleksia ini perlu dukungan yang bisa mewadahi kreatifitas seni
mereka, mereka tidak suka jika kemampuannya di anggap sebelah mata
dan itu membuat anak disleksia ini tumbuh ketidakpercayaan diri yang
menyebabkan anak tidak berkembang dan semakin diacuhkan oleh
masyarakat sekitarnya. Peran penting orang tua dari cara kasih sayang dan
pendidikan sangatlah penting. Maka dari itu butuh pemahaman orang tua
mengenai anak disleksia ini agar mereka dapat mengembangkan daya
kreatifitas seni, imajinasi, dan kemampuannya.

17
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Anak disleksia memiliki ganguan dalam belajar yang mempengaruhi
kemampuan membaca dan menulis.
2. Anak disleksia merupakan anak yang cerdas dalam otak kanan atau
cerdas dalam berkreatifitas, dan memiliki IQ tinggi tetapi tidak dalam
akademis.
3. Metode pengajaran yang di butuhkan anak disleksia ini berbeda
dengan anak pada umumnya, yang mengharuskan menghubungkan
pelajaran akademis dengan seni menggambar agar mereka paham.
4. Jangan mengucilkan anak disleksia ini, karna anak ini memiliki
kemampuan yang lebih dan bisa sukses jika orang-orang
disekelilingnya membantung mengembangkan kreatifitasnya.

SARAN
1. Butuh pemahaman untuk mengetahui anak disleksia karena anak ini
berbeda baik dari segi berfikir dan sikap mereka.
2. Metode pengajaran anak disleksia ini diharuskan memasukan
pendidikan seni agar mereka paham karna anak disleksia mudah
menyerap pelajaran dengan gambar (visual).
3. Anak disleksia butuh penghargaan dan pujian yang lebih, agar mereka
mampu percaya diri dan mampu berkembang.
4. pentingnya seni bagi anak disleksia ini untuk mengembangkan dan
mewadahi imajinasi dan kreatifitas mereka.

18
DAFTAR PUSTAKA

Stella Olivia.

2015 Deteksi dini psikologi balita hingga manula. Jakarta:


Gramedia.

Yulaelawati Ella.

2014 Menjadi Orang Tua Pintar. Jakarta: Mizan Publika

19

Anda mungkin juga menyukai