Fakultas Seni Rupa dan Desain (Seni Murni) Institut Seni Budaya Indonesia
e-mail : ginanoviambia@gmail.com
ABSTRACT
Many children having trouble learning. Basicly not only those who has low
capability, but also children with high capability. The difficulty of learning is not
always cause by low intelegence factor but also non-intelegence factors and so, high IQ
is not warranty for a success of learning. We often here about children who has
dyslexia. Dyslexia is symptom that effect a child’s ability to read or write. He/she often
makes mistake reading a word. Usually the words are read backward-forth, and mix
the letter “p” with “q” and they often mix up between left-right and up-down. A
children with dislexia have a very high spatial visual intelegence and they tend to think
visually. They very imaginative, creative, and innovative. So that, art is very essential
for children with dislexia.
ABSRTAK
Banyak anak yang mengalami kesulitan belajar . pada dasarnya kesulitan belajar
tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa berkemampuan tinggi. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor
intelegensi yang rendah, akan tetapi juga di sebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi.
1
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Ada
kalanya kita menemukan anak “disleksia”. Disleksia adalah gangguan belajar yang
mempengaruhi kemampuan membaca atau menulis seorang anak. Anak biasanya sering
sekali salah membaca sebuah kata. Penyandang gangguan ini juga kerap kali membaca
kata secara terbalik-balik, sering kali membaca huruf ‘p’ dengan ‘q’, dan keliru
membedakan konsep kiri-kanan, atau atas-bawah. Anak disleksia ini adalah anak dengan
kecerdasan visual spasial yang tinggi dan cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya
dengan imajinasi, kreatif, dan cenderung inovatif. sehingga pendidikan seni bagi anak
disleksia sangatlah penting.
PENDAHULUAN
2
gambar itu. Anak disleksia membaca huruf “b” menjadi “d”, angka “2”
menjadi “5” jika di urut bersama.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif :
3
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan
teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data,
dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu “teori”.
4
komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu.
Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau
survei kuantitatif tidak diperlukan.
Konteks Teoritik
(Olivia stela, 2015: 8) berpendapat bahwa, Disleksia adalah
gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca atau menulis
seorang anak. Anak biasanya sering sekali salah membaca sebuah kata.
Penyandang gangguan ini juga kerap kali membaca kata secara terbalik-
balik, sering kali membaca huruf ‘p’ dengan ‘q’, dan keliru membedakan
konsep kiri-kanan, atau atas-bawah. Disleksia adalah kesulitan membaca
yang kronis, ini merupakan kesulitan belajar yang sangat umum . orang
dengan disleksia mungkin memiliki masalah dalam membaca, menulis,
mengeja, metematika, dan kadang-kadang dengan musik. Kebanyakan
orang berpikir disleksia adalah suatu kondisi yang terkait dengan
membaca dari kanan ke kiri dan membalikan kata-kata dan huruf. Para ahli
mengatakan disleksia tidak ada hubungannya dengan bentuk visual dari
kata-kata, melainkan karena otak dari orang dengan disleksia memiliki
penghubung yang berbeda, sehingga sulit bagi mereka untuk memisahkan
huruf dari kata tertulis ke dalam suara yang berbeda. Kemampuan ini di
sebut kesadaran fonologi.
Hingga saat ini para ahli neurologis belum dapat mengetahui fungsi
otak manusia secara keseluruhan, baru beberapa bagian saja yang sudah
dapat dikenali fungsinya secara pasti dan memiliki keterkaitan satu sama
lain. Himesfera pada otak manusia terdiri dari dua bagian yakni himesfera
5
kiri dan himesfera kanan, kedua bagian itu terhubung oleh saraf
penghubung.
Pada himesfera bagian kiri, kegiatan otak didominasi oleh kegiatan
yang bersifat verbal, logical, and controling half, sedangkan untuk
himesfera kanan kegiatan otak lebih didominasi oleh kegiatan yang
bersifat non-verbal, practical, and intuitive, kemudian kawasan wrenickle
dan kawasan broca menjadi bagian utama saat seseorang melakukan
pemrosesan bahasa.
6
Gambar 2 Himesfera Otak Manusia Tampak Samping (Sumber: Buku
“Apakah Itu Disleksia?”)
7
signal menjadikan proses penginformasian antar saraf semakin lama.
Berikut adalah hasil scanning FMRI (Functional Magnetic Resonance
Imaging) anak disleksia pada saat melakukan pemprosesan kegiatan
membaca.
8
tanda kesulitan membaca pada anak disleksia yang dapat dirunut dari
orangtua atau kerabat yang juga mengalami gangguan disleksia.
9
8. Apresiasi mereka terhadap keindahan akan tumbuh dan berkembang
dalam dirinya.
9. Pendidikan seni dapat berpengaruh positif dalam hal persepsi emosi
anak.
10. Membangun kepercayaan diri anak disleksia agar mereka mampu
bersosialisasi terhadap lingkungannya.
11. Membantu proses perkembangan anak disleksia.
10
diperolehnya, semakin kaya pengetahuannya tentang subjek itu. “Pikiran
tiga dimensi” ini jelas merupakan aset ketika ia sedang merancang bangunan
Lego, memperbaiki mesin, atau bekerja dengan pahatan. Meski demikian,
ketika seorang anak yang kecerdasan spasialnya tinggi seperti ini bertemu
simbol-simbol linguistik di ruang kelas, maka kecerdasannya yang
mengagumkan dalam pergeseran bentuk akan terbentur masalah yang serius.
Sebagai contoh, jika ia melihat huruf b kecil dan ingin memutarnya dalam
pikirannya, huruf itu berubah menjadi d atau bahkan p atau q. Hal ini bisa
sangat membingungkan.
11
label “menderita disleksia” atau “learningdisabled”. Semua orang melihat
apa yang “salah” dengan anak ini dan bukannya mensyukuri bakat
spasialnya yang mengagumkan. Menarik untuk diketahui bahwa banyak
seniman, arsitek dan perancang melaporkan mendapat masalah besar di
sekolah, khususnya ketika mereka mulai membaca dan menulis. Bagi
beberapa diantara mereka, baru ketika keluar dari sekolah mereka bisa
melakukan hal-hal yang benar-benar membuat mereka berhasil dalam hidup.
Yang dibutuhkan pelajar 3-D yang sangat imajinatif dan berorientasi pada
gambar ini adalah orang dewasa yang akan menyadari cara berfikir mereka
yang unik, dan yang bisa merancang pendekatan pendidikan yang akan
membantu mereka membuat pergeseran dari image spasial ke simbol
linguistik dengan cara alami.
12
Gambar 6 Metode mengenalkan huruf dengan gambar (Sumber: situs
http://pondokibu.com/download-belajar-mengenal-huruf-alfabet-
gratisss.html)
Jika ditelusuri cukup jauh ke masa lalu, dulu abjad adalah bahasa
gambar, atau serangkaian ideogram. Beberapa bahasa mempertahankan jauh
lebih banyak hubungan dengan gambar daripada bahasa lain, termasuk
tulisan Cina dan Jepang yang dikenal sebagai kanji. Di Jepang, anak-anak
mempelajari tiga tulisan yang berbeda: kanji, dan dua bentuk kana, yang
merupakan sistem fonetik yang lebih konsisten dari pada bahasa Inggris
dalam hal hubungan antara bunyi dan simbol. Dengan adanya dua sistem
abjad, anak-anak di Jepang mempunyai dua cara belajar bahasa: visual-
spasial dan auditori-linguistik. Hasilnya, jarang ada orang yang kesulitan
membaca.
13
Beberapa psikolog Pennsylvania menangani sekelompok murid kelas dua
non-Cina yang mempunyai kesulitan membaca yang parah, dan mereka
mengajari anak-anak ini membaca materi yang berbahasa Inggris yang
ditulis dalam tiga puluh huruf Cina yang berlainan. Mereka melaporkan:
“Anak-anak yang tidak berhasil menguasai bunyi abjad Inggris setelah
bersekolah selama satu setengah tahun langsung memahami tuntutan dasar
tugas ini dan bisa membaca kalimat dalam waktu lima atau sepuluh menit
pertama setelah dihadapkan pada huruf Cina.” Tampaknya anak-anak itu
terbantu oleh pendekatan ini karena guru mereka memanfaatkan
kemampuan spasial mereka yang sangat tinggi.
14
Gambar 7 foto fera anak disleksia (Sumber: situs
http://pinmagicaljourney.blogspot.co.id/2014/04/bungsuku-
disleksia.html).
Fera memang anak yang aktif dan dia lebih menyukai bermain ataupun
menggambar. Dia menyalurkan hobi dia di bidang menggambar, maka dari itu
15
untuk dibidang akademis, orang tua dan guru fera menggabungkan pelajaran
dengan seni (gambar) dan membiarkan fera menyalurkan hobinya agar fera lebih
berkembang seperti layaknya anak pada seumurnya.
1. senyum tulus
senyum tulus, sentuhan peduli, dan pelukan hangat, merupakan bentuk
cinta dan kasih sayang serta penerimaan yang mampu mendorong tumbuh
16
kembang anak secara optimal. Katakan kepada mereka, bahwa orang tua
akan tetap mencintai mereka setiap saat, dalam berbagai situasi walau
mungkin dalam keadaan marah sekalipun. Saling percaya perlu
ditanamkan sejak dini yang akan membuat anak disleksia ini merasa
nyaman dengan cinta dan kasih sayang sejak lahir.
2. Penghargaan dan pujian
Perkataan yang menyatakan dukungan, dorongan, penghargaan, dan
persetujuan perlu dinyatakan secara jelas, tegas, walau tetap lembut. Hal
ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan anak disleksia
sejak dini dan dikemudian hari.
Pujilah anak ketika mereka melakukan hal-hal terbaiknya. Kebiasaan
memuji sewajarnya adalah peran penting bagi orang tua yang baik. Anak
perlu merasa bangga dengan dirinya dan prestasinya. Jika anak disleksia
ini di percaya, maka akan tumbuk kepercayaan diri yang mereka butuhkan
untuk berada di dunia mereka sendiri. Mereka akan merasa diberdayakan
untuk mandiri sehingga perkembangan dirinya terlihat di lingkungan
sekitarnya.
Anak disleksia ini perlu dukungan yang bisa mewadahi kreatifitas seni
mereka, mereka tidak suka jika kemampuannya di anggap sebelah mata
dan itu membuat anak disleksia ini tumbuh ketidakpercayaan diri yang
menyebabkan anak tidak berkembang dan semakin diacuhkan oleh
masyarakat sekitarnya. Peran penting orang tua dari cara kasih sayang dan
pendidikan sangatlah penting. Maka dari itu butuh pemahaman orang tua
mengenai anak disleksia ini agar mereka dapat mengembangkan daya
kreatifitas seni, imajinasi, dan kemampuannya.
17
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Anak disleksia memiliki ganguan dalam belajar yang mempengaruhi
kemampuan membaca dan menulis.
2. Anak disleksia merupakan anak yang cerdas dalam otak kanan atau
cerdas dalam berkreatifitas, dan memiliki IQ tinggi tetapi tidak dalam
akademis.
3. Metode pengajaran yang di butuhkan anak disleksia ini berbeda
dengan anak pada umumnya, yang mengharuskan menghubungkan
pelajaran akademis dengan seni menggambar agar mereka paham.
4. Jangan mengucilkan anak disleksia ini, karna anak ini memiliki
kemampuan yang lebih dan bisa sukses jika orang-orang
disekelilingnya membantung mengembangkan kreatifitasnya.
SARAN
1. Butuh pemahaman untuk mengetahui anak disleksia karena anak ini
berbeda baik dari segi berfikir dan sikap mereka.
2. Metode pengajaran anak disleksia ini diharuskan memasukan
pendidikan seni agar mereka paham karna anak disleksia mudah
menyerap pelajaran dengan gambar (visual).
3. Anak disleksia butuh penghargaan dan pujian yang lebih, agar mereka
mampu percaya diri dan mampu berkembang.
4. pentingnya seni bagi anak disleksia ini untuk mengembangkan dan
mewadahi imajinasi dan kreatifitas mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
Stella Olivia.
Yulaelawati Ella.
19