Anda di halaman 1dari 22

RITUAL PETIK LAUT

OLEH

ASEP MIFTAHUL FALAH


Petik laut adalah sebuah upacara adat
atau ritual sebagai rasa syukur kepada
Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki
dan keselamatan yang dilakukan oleh para
nelayan
Upacara Tradisional Petik Laut

Yang dimaksud dengan Petik Laut dapat di­


jelaskan menurut arti harfiah sebagai
berikut “Petik” berarti ambil pungut atau
peroleh. “Petik Laut” berarti memetik,
mengambil, memungut atau memperoleh
hasil laut berupa ikan yang mampu
menghidupi nelayan.
Maksud

Penyelenggaraan upacara Petik Laut dikandung maksud
sebagai pengungkapan dari perasa­an syukur, usaha dan
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dilakukan
secara berkelompok khusus­nya bagi masyarakat nelayan.
• Pengungkapan perasaan tersebut diwujudkan dalam
bentuk kegiatan tasyakuran sampai dengan tradisi
masyarakat secara beramai-ramai melakukan upacara di
tengan laut, sesuai dengan tradisi yang masih hidup
dilingkungan masyarakat nelayan sebagai usa­ha mewarisi
tradisi para leluhur yang sudah berlang­sung sejak dalam
kurun waktu yang lama.
Tujuan

• Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang


telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang
tidak kunjung henti-hentinya sepanjang massa.
• Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan
Yang Maha Esa, agar selalu memperoleh per­lindungan
dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi
keselamatan dan hasil yang lebih me­limpah lagi.
• Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta
bahari bagi masyarakat nelayan , se­hingga kehidupan
laut yang telah mendatangkan manfaat bagi kehidupan
laut dapat terpelihara se­cara lestari.
Awal Pelaksanaan Petik Laut

• Salah seorang sesepuh masyarakat nelayan


menceritakan bahwa pada tahun 1901, Pada saat itu
telah diselenggarakan Upacara Petik Laut, yang
cara meracik sesajinya telah mengikuti cara yang
di pergunakan oleh masyarakat nelayan sebelumnya.
• Berdasarkan informasi tersebut di sisi lain
mengandung arti bahwa kegiatan Petik Laut
merupakan tradisi masyarakat yang berlangsung
sejak waktu yang cukup lama dan sampai sekarang
masih terpelihara dengan baik di hati masyarakat.
Peserta
Pelaksanaan upacara Petik Laut Muncar
diikuti oleh seluruh masyarakat nelayan
para pejabat dan undangan serta
hadirin para pengunjung dari
masyarakat disekitar ikut memeriahkan
kegi­atan Petik Laut tersebut.
Sebagai bagian dari ritual ,
seorang anak muda dan
perempuan berpose bersama
pasangan pernikahan untuk
prosesi Petik laut .
Rituial juga merayakan sosok lain dari mitologi Jawa : Nyi Roro Kidul , Ratu Laut
Selatan .
Untuk menghormati Ratu, yang masih dihormati sebagai pelindung nelayan , seorang gadis
muda dari desa itu berpakaian seperti Nyi Blorong , salah satu penjaga Roro Kidul itu .
Kelengkapan upacara
Kepala Kambing “Kendit”
Kue-kue sebanyak 44 macam
Buah-buahan
Pancing emas
Candu
Pisang saba mentah Pisang raja
Nasi tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh yang setinggi 2 meter , Tumpeng ini
membutuhkan 75 kilogram beras ,
Kerucut hiasi dengan kepiting merah , sayuran , buah-buahan dan mie diatur untuk
terlihat seperti dusun nelayan , dengan ayam di atasnya .
Sementara itu, korban yang akan dilakukan oleh sesajen gitik terdiri sengkolo
jenang , jenis bubur ( bubur ) yang dibuat dengan gula merah , diyakini memberikan
keamanan dan menangkal kejahatan . Juga termasuk adalah ayam panggang , kue
beras , nasi kuning , tumpeng kecil , labu , kelapa , pisang , umbi-umbian dan , untuk
atas hal-hal , kepala kambing .
Sepasang patung disebut loro Blonyo dimasukkan . Angka-angka menggambarkan dua
karakter dari mitologi Jawa , Raden Sadana , manifestasi dari Wisnu , yang
mempertahankan alam semesta , dan Dewi Sri , dewi kesuburan , sebagai suami dan
istri .
Ayam jantan hidup 2 ekor
Kinangan dan lain-lain.
Rangkaian Pelaksanaan
Upacara.
Malam tasakuran
ider bumi
upacara pelepasan sesaji
Malam Tasakuran

Malam menjelang pelaksanaan upacara


Petik Laut, hampir seluruh masyarakat
nelayan di melakukan tirakatan sampai
pagi dengan satu harapan semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberkahi dan
senantiasa dalam pelaksanaan Petik Laut
pada siang harinya selamat tidak ada
halangan apapun.
Ider Bumi
Pagi hari ± 06.00 WIB, sesaji yang telah siap
di dalam “Gitik” dan ditempatkan di rumah
Pawang, diangkut menuju ke tempat upacara
sambil terlebih dahulu diarak keliling
dilingkungan perkampungan nelayan, diiringi
oleh perangkat kesenian pengiring berupa
Terbangan, Gandrung, bersama-sama dengan
kegiatan kelompok masyarakat nelayan
menuju ke tempat upacara pelepasan sesaji.
Upacara Pelepasan Sesaji
Di tempat yang telah ditentukan biasanya
mengambil tempat di tepi pantai pada
tanggal 15 Muharram, biasanya, dimulai
pada pukul 09.00 WIB. Perahu yang
membawa Gitik yang brisi sesaji di­
tempatkan paling depan dan kemudian
diikuti oleh iring-iringan perahu nelayan
yang membawa ke tengah laut untuk
dilarung.

Anda mungkin juga menyukai