Anda di halaman 1dari 19

Aliran-aliran

Filsafat
Pendidikan
Disusun Oleh:

KELOMPOK 9
Kelompok Kami
Puspita Sari Rahmania Aisy
(23129227 ) ( 23129230 )

Ratna Dewita Rahmi Rihadatul


Syaputri ( 23129234 ) Aisya ( 23129231 )
1. Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran yang lahir dari filsafat idealisme dan
realisme, yang bertemu sebagai pendukung essensialisme tetapi tidak
melepaskan sifat utama dirinya masing-masing. Aliran ini muncul pada awal
tahun 1930 sebagai akibat dari timbulnya Renaisance . Munculnya pertama
kali merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan
Tokoh & Pengaruhnya

Desidevus Erasmus Johan Amos Comenius


Erasmus merupakan tokoh pertama yang menolak Comenius merupakan seorang pendidikan dan filosofer
pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus dari Bohemia yang memiliki pandangan realitas dan
berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan
bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan
menengah dan kaum aristocrat. Dia menulis banyak buku kehendak Tuhan, karena pada hakekatnya dunia adalah
yang mempengaruhi pendidikan, termasuk "De Pueris dinamis dan bertujuan. Dia merancang satu atau dua
Instituendis" (1529), yang mencakup tentang pendidikan buku tentang pendidikan, termasuk "Orbis Pictus" (1658)
anak-anak. yang merupakan buku gambar yang digunakan untuk
membantu anak-anak belajar bahasa.
Tokoh & Pengaruhnya

Jhon Locke Johan Henrich Pestalozzi


Locke merupakan seorang filosofer dan pendidikan dari Pestalozzi mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam
Inggris yang sangat berpengaruh di Eropa. Locke tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia
berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya. Selain itu ia
dengan situasi dan kondisi. Dia mengarang buku tentang mempunyai keyakinan bahwa manusia juga mempunyai
pendidikan, "Some Thoughts Concerning Education" (1693). hubungan transendental langsung dengan Tuhan. Dia juga
Dalam buku ini, Locke menganggap bahwa pendidikan berkeyakinan bahwa pendidikan harus berdasarkan pada
harus memperhatikan individu dan memperjelas kebutuhan individu dan mengembangkan kecerdasan dan
pendidikan sebagai proses pengembangan individu. keadilan. Dia mengarang buku tentang pendidikan,
"Leonard and Gertrude" (1767).
Tokoh & Pengaruhnya

Johan Friederich Frobel Johan Friederich Herbert


Frobel berasal dari Germany. Ia memiliki pandangan Herbart berasal dari Germany. Herbert berpendapat
kosmis-sintetis. Terhadap pendidikan, Frobel bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
memandang anak sebagai makhluk yang berekspresi seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam
kreatif, karenanya tugas pendidikan adalah memimpin arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan.
anak didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni, Herbert mengarang buku tentang pendidikan,
selaras dengan fitrah kejadiannya. Dia mengarang buku "Pedagogik" (1806). Dalam buku ini, Herbart
tentang pendidikan, "Education of Man" (1826). Dalam menganggap bahwa pendidikan harus berdasarkan
buku ini, Frobel menganggap bahwa pendidikan harus pada pengalaman individu dan mengembangkan
berdasarkan pada kebutuhan individu dan pendikatan moral.
mengembangkan pendikatan moral dan estetika.
Tokoh & Pengaruhnya
Harris berasal dari Amerika Serikat. Harris yang pandangannya
dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada
pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan
terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan
kesatuan spiritual. Kedudukan sekolah adalah sebagai lembaga yang
memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun
William T. Harris,
penyesuaian diri kepada masyarakat. Dia mengarang buku tentang
pendidikan, "The Science of Education" (1890). Dalam buku ini, Harris
menganggap bahwa pendidikan harus berdasarkan pada pengalaman
individu dan mengembangkan pendikatan moral dan estetika.
Peranan dan fungsinya
dalam pendidikan
1 2
Pembentukan Landasan Peningkatan Standar
Pengetahuan Pendidikan

3 Pengembangan 4 Pemupukan Disiplin dan


Keterampilan Berpikir Kritis Tanggung Jawab

5 Persiapan untuk Kehidupan di 6


Persiapan untuk Kehidupan di
Masyarakat Masyarakat

7 Memperbaiki Kualitas 8 Penguatan Budaya


Pendidikan Akademis
2. Progressivisme
Progressivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang
berkembang di awal abad ke-20 dan memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam dunia pendidikan, terutama di Amerika Serikat. Aliran ini lahir
sebagai pembaharuan dalam dunia pendidikan, terutama sebagai lawan
terhadap kebijakan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan
belas.
Tokoh & Pengaruhnya

01 02
Wiliam James (1842- John Dewey Hans Vaihinge
1910) (1859-1952)
Hans Vaihinger, mempengaruhi pendidikan
aplikasi aliran progresivisme oleh William Dewey mengembangkan teori "Progressivism" yang dengan konsep yang lebih menekankan
James dalam pendidikan berfokus pada lebih menekankan pada anak didik dan minatnya pada anak didik, minat, dan pengalaman.
pentingnya mempelajari fungsi-fungsi jiwa, daripada mata pelajarannya sendiri, sehingga Ia juga mempengaruhi pendidikan dengan
menggunakan metode diskusi dan muncullah "Child Centered Curriculum" dan "Child konsep bahwa pendidikan harus
pendekatan konstruktivisme dalam Centered School". Progresivisme mempersiapkan melibatkan secara aktif peserta didik
pendekatan pembelajaran, serta anak masa kini dibanding masa depan yang belum dalam pembelajaran dan bahwa ilmu
berkeyakinan bahwa kehidupan nyata dan jelas, dengan tujuan untuk menjadikan manusia itu pengetahuan dapat diperoleh dan
minat belajar seseorang adalah faktor menjadi orang-orang yang dapat membuka rahasia dikembangkan dengan mengaplikasikan
utama dalam belajar. dari alam semesta pengalaman.
peran 1
PENTINGNYA
PENGALAMAN DAN
AKTIVITAS
2 3 4
PENGEMBANGAN KOLABORASI
KEMAMPUAN KOLABORASI DAN
DAN INTERAKSI
BERPIKIR KRITIS INTERAKSI SOSIAL
SOSIAL

5 6 7
RELEVANSI DAN PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN SEUMUR HIDUP
RELEVANSI KREATIVITAS
KEHIDUPAN NYATA
Mengaktifkan Siswa
dalam Proses
Mengakui Memfasilitasi
Pembelajaran
Kebutuhan Pembelajaran yang
Mendorong berpikir
Individualitas Siswa Relevan dan
kritis
Mendorong Bermakna
Menyediakan
Kolaborasi dan Membangun
pembelajaran yang
Interaksi Sosial Keterampilan dan
berpusat pada
sikap seumur Hidup
Siswa
3. Perenialisme
Perenialisme dalam pendidikan Islam pertama kali
dicetuskan oleh Agustinus di dalam buku
karangannya "De perenila Philosophia" yang
diterbitkan pada tahun 1540. Leibniz juga
mempopulerkan istilah perenialisme dalam suratnya
kepada temannya Remundo yang ditulisnya pada
tahun 1540. Perenialisme dalam pendidikan Islam
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para
filsuf Islam, seperti Muhammad Hossen Nasr, yang
memandang bahwa setiap nilai yang hidup pada
masa lalu dapat digunakan pada hari ini dan di
masa depan
tokoh yang berpengaruh
Muhammad al-Ghazali memiliki peran yang signifikan dalam aliran
perenialisme. Pemikiran dan karya Al-Ghazali tentang pendidikan akhlak
bagi anak usia dini telah dikaitkan dengan perspektif perenialisme. Dalam
konteks ini, Al-Ghazali dilihat sebagai tokoh yang memainkan peran penting
dalam pengembangan teori pendidikan yang berfokus pada pengembangan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ditemukan dalam agama-agama dan
tradisi-tradisi spiritual. Aliran perenialisme, yang berfokus pada
pengembangan nilai-nilai universal dan konstan, memandang pendidikan
sebagai cara untuk membantu anak dalam memperoleh atau mendapatkan
imam Al Ghazali ilmu yang sebenarnya. Al-Ghazali, dalam pemikirannya, menekankan
pentingnya pendidikan akhlak yang berbasis pada materi dan disiplin ilmu
keagamaan, serta menekankan peran guru sebagai pusat pembelajaran
yang memberikan ilmu pengetahuan yang memiliki kedekat dengan anak.
Dengan demikian, Al-Ghazali dapat dilihat sebagai salah satu tokoh yang
memainkan peran penting dalam pengembangan filsafat perenialisme dan
aplikasinya dalam pendidikan Islam.
tokoh yang berpengaruh
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) memiliki peran dalam
aliran perenialisme karena ide-ide dan kontribusinya yang
signifikan dalam pengembangan filsafat perenialisme. Leibniz,
seorang filsuf dan matematikawan Jerman, memainkan peran
penting dalam pengembangan teori filsafat yang mengangkat
tema universalitas dan kesatuan dalam berbagai agama dan
tradisi spiritual. Dalam konteks perenialisme, Leibniz dikenal
karena kontribusinya pada pengembangan konsep "Sanatana
Leibniz Dharma" dalam agama Hindu, yang berarti "jalan yang abadi"
atau "hukum yang kekal." Konsep ini memperlihatkan
bagaimana Leibniz berpikir bahwa nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang ditemukan dalam agama-agama dan tradisi-
tradisi spiritual dapat dianggap sebagai bagian dari suatu
kesatuan yang lebih luas dan abadi.
tokoh yang berpengaruh

Dalam konteks perenialisme, Ibnu Khaldun dilihat sebagai


tokoh yang memainkan peran penting dalam
pengembangan teori pendidikan yang berfokus pada
pengembangan nilai-nilai universal dan konstan. Ibnu
Khaldun juga dikenal karena kontribusinya pada
pengembangan tradisi hermeneutika, yang memfokuskan
pada pentingnya memahami sejarah sebagai substansi dan
Ibnu Khaldun kondisi pelaku sejarah. Dengan demikian, Ibnu Khaldun
dapat dilihat sebagai salah satu tokoh yang memainkan
peran penting dalam pengembangan filsafat perenialisme
dan aplikasinya dalam pendidikan Islam.
Peranan & Fungsi
Mendorong Berpikir Memberikan Rasa
Kritis dan Kebanggaan
Rasionalitas Nasional

Menekankan Pembinaan Karakter Mendorong


Pentingnya dan Nilai Moral Pembelajaran
Kebenaran Interdisipliner
Universal

Memberikan Kerangka Filsafat Pendidikan


Kesimpulan
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai