Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang pengambilan judul, rumusan masalah,


tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian bagi
institusi pendidikan, bagi instansi pelayanan kesehatan, bagi keperawatan, bagi
masyarakat, dan bagi peneliti, serta keaslian dari penelitian yang dilakukan terkait
dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan.

1.1 Latar belakang

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian


integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Mutu pelayanan kesehatan ini terdiri dari aplikasi ilmu kedokteran dan
teknologi dalam suatu cara, yang memaksimalkan manfaatnya terhadap
kesehatan tanpa menambah resikonya. Salah Satu aplikasi pelayanan kesehatan
adalah dalam bentuk pelayanan keperawatan yang dilakukan di ruang Unit
Gawat Darurat. Keperawatan juga membantu individu melakukan terapi yang
ditentukan dan menjadi mandiri sesegera mungkin (Carpenito, 2000). Oleh
karenanya, derajat mutu pelayanan yang disediakan diharapkan memberikan
keseimbangan yang paling baik antara resiko dan manfaat. Di ruangan Unit Gawat
Darurat

Unit gawat darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin (DepKes RI, 2005). Jumlah dan
kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksi karena
kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja serta
menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat mendadak

1
serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan triage sebagai
langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam kondisi sehari-hari,
kejadian luar biasa maupun bencana.

Triage pertamakali dilakukan tahun 1797 oleh Dominique Jean Larrey


ahli bedah Napoleon Bonaparte, dengan cara memilah kasus berdasarkan kondisi
luka. Prioritas utama saat itu adalah tentara dengan luka ringan dapat segera
kembali ke medan perang setelah dilakukan penanganan minimal. Konsep
triage dilakukan saat itu karena pertempuran mengakibatkan banyak korban
sementara ahli bedah Napoleon terbatas.

Florence Nightingale menggunakan konsep triage selama perang crime


dengan cara memilah korban perang yang mungkin atau tidak mungkin bertahan
hidup dan memerlukan perawatan lebih lanjut (Thomas, Bernardo & Herman 2003,
dalam Semonin, 2008) Pada tahun 1960 triage mulai berkembang dan
dilakukan di unit gawat darurat. Awalnya triage dilakukan oleh dokter atau tim yang
terdiri dari dokter dan perawat, saat ini triage umumnya dilakukan oleh seorang
perawat unit gawat darurat yang telah berpengalaman (Gilboy, Travers & Wuerz
1999, dalam Semonin, 2008)

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk


menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien (DepKes RI, 2005).
Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di unit
gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan
cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumberdaya
yang tersedia. Triage juga membantu mengatur pelayanan sesuai dengan alur
pasien di unit gawat darurat. Penilaian triage merupakan pengkajian awal pasien unit
gawat darurat yang dilakukan oleh perawat.

Pemilihan penanganan klien dengan berbagai macam permasalah


kesehatan yang datang ke IGD akan dilakukan menggunakan proses Triage agar
klien mendapatkan penanganan sesuai dengan masalah kesehatan yang
dialami. Triage dalam keperawatan gawat darurat merupakan scenario
pertolongan yang akan diberikan sesuai fase keadaan klien dengan
mengupayakan pemberian prioritas utama dalam penanganan terhadap klien yang
terancam hidupnya. Triage digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan

2
penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas
kesehatan yang efisien serta sumber-sumbernya .(Margaret. 2012)

Dalam hal ini, perawat merupakan salah satu tenaga medis yang
menjadi unjung tombak pelayanan kesehatan IGD dituntut untuk memiliki kualitas
yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang IGD untuk
menangai berbagai kasus gangguan kesehatan yang terjadi. Di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta Pusat berdasarkan hasil studi
dokumentasi laporan jenis penyakit kasus bedah terdapat 3 kasus terbesar yang
seringkali terjadi yaitu fraktur, vulnus, dan cedera kepala. Sepanjang tahun 2011
didapatkan jumlah klien fraktur sebanyak 178 orang, tahun 2012 sebanyak 154
orang, kasus Fraktur dalam kurun waktu 3 bulan terakhir tahun 2014 di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta Pusat didapatkan bahwa angka
kejadian pada bulan Mei 26 kasus, Juni 12 Kasus, dan Juli 31 kasus.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya


disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2004). Fraktur merupakan kejadian
yang sering terjadi di kota-kota besar sebagai akibat dari faktor luar seperti
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olah raga,
kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan
(Ajmal, 2007).

Rai (2006) menyebutkan bagian tubuh yang paling sering mengalami fraktur
adalah mandibula (61%), zyangoma (27%), dan tulang hidung (19,5%). Penyebab
terbanyak dari fraktur maksilofasial ini adalah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas merupakan salah satu prioritas penanggulangan penyakit tidak menular
berdasarkan Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2003. Kecelakaan lalu lintas
menempati urutan ke 9 pada DALY (Disability Adjusted Life Year) dan
diperkirakan akan menjadi peringkat ke-3 di tahun 2020, sedangkan di negara
berkembang menempati urutan ke-2.

Dari data penelitian retrospektif Sunarto Reksoprawiro tahun 2001-2005


pada penderita yang dirawat di SMF Ilmu Bedah RSU DR. Soetomo, Surabaya
menunjukan bahwa penderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki usia produktif, yaitu usia 21-30
tahun sekitar 64,38% (Sunarto, 2006).

3
Berdasarkan observasi dan penilaian dokumentasi triage pada file
pasien ketepatan penilaian triage pada bulan September 2010 94,24%, Oktober
2010 95,95% dan November 2010 98, 61%. Tetapi pelaksanaan triage belum
sepenuhnya dilakukan di ruang triage yang telah disediakan karena masih
ditemukan perawat tidak selalu berada di ruang triage dan adanya faktor pasien yang
tidak mau dilakukan triage. Berdasarkan observasi pada bulan November 2010 dari
100 pasien hanya 40% pasien yang dilakukan triage di ruang triage sesuai dengan
alur pasien. Mengingat tingginya kunjungan kasus false emergency di RS Puri
Indah yaitu 86,79% pada bulan Oktober, 86,27% pada bulan November dan 87,31%
pada bulan Desember 2010 hal ini dapat beresiko terjadinya keterlambatan
penanganan atau penanganan menjadi tidak sesuai dengan prioritas kegawatan
pasien.

1.2 Rumusan masalah

Apakah pada keluarga pasien dapat mengetahui tentang triage dan meningkatkan
kepuasan dengan tindakan triage ruang UGD RSUD BANGIL pasuruan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penilitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan kepuasan


keluarga pada tindakan triage.

1.3.2 Tujuan khusus

Mengetahui apa yang di maksud dengan triage

Mengetahui tingkat pengetahuan

Mengetahui tingkat kepuasan

1.4 Manfaat penilitian

1.4.1 Bagi institusi pendidikan

Sebagai perwujudan tridarma perguruan tinggi khusus dalam bidang


penelitian serta sebagai salah satu media pembelajaran dan refrensi

1.4.2 Bagi keperawatan

4
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk melaksanakan
layanan asuhan keperawatan yang tepat, yang di tujukan pada keluarga
pasien belum mengerti tentang triage dan kepuasannya pada tindakan triage.

1.4.3 Bagi penilitian

Penelitian ini merupakan salah satu ilmu yang dapat diproleh peneliti
tentang triage pada keluarga pasien yang mengikuti tingkat pengetahuan,
dan tingkat kepuasan kepuasan keluarga, dan sebagai bahan pertimbangan
untuk penelitian lain yang sejenis atau lebih khusus.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Triage

2.1.1 Pengertian triage

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk


menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien (DepKes RI,
2005). Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen
risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan
penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan
menggunakan sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu mengatur
pelayanan sesuai dengan alur pasien di unit gawat darurat. Penilaian triage
merupakan pengkajian awal pasien unit gawat darurat yang dilakukan oleh
perawat.

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus


dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Triase adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan


tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmerman dan Herr, 2006).

Triase yaitu suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk


menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien
( departemen RI, 2005)

2.1.2 Klasifikasi dan pemberian label pada pasien

Tujuan triase medik adalah untuk menentukan tingkat keperawatan yang


dibutuhkan oleh korban.kartu kode warna triase dapat digunakan disini setelah
diperoleh informasi akurat tentang keadaan penderita.

Kartu warna yang digunakan disini adalah :

Merah : korban-korban yang membutuhkan stabilisasi dan korban-korban,


misalnya :
6
 syok oleh berbagai kuasa

 gangguan pernafasan

 trauma kepala dengan pupil anisokor

Pendarahan ekternal massif

Gangguan jantung yang mengancam

Luka bakar > 50% atau luka bakar di daerah thoraks

kuning = korban memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di


tunda sementara.termasuk kategori ini, misalnya :

 korban dengan resiko syok ( korban dengan gangguan jantung, trauma


abdomen berat).

 fraktur multipel

 fraktur femur/pelvis

 luka bakar luas

 gangguan kesadaran/trauma kepala

 korban dengan status yang tidak jelas

 semua korban dalam sesuai draft

Hijau=kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian


pengobatan dapat di tunda,mencakup korban,, misalnya :

 fraktur minor

 luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka

 hitam = korban yang telah meninggal dunia

Pada korban kecelakan-kecelakan yang hanya menimbulkan sedikit korban dan


tersedia sarana kesehatan yang menampung mereka, korban seperti di atas
akan menjadi perhatian utama dan harus segera di pindahkan ke unit
keperawatan khusus.

7
Pada bencana massal dimana hanya tersedia sumber daya perawatan yang
terbatas, perawatan awal penderita luka bakar seperti di atas dapat ditunda
hingga satu jam jika penderita tidak menagalami gangguan pernafasan dan dan
di berikan label kuning. (departemen RI, 2005)

2.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu


dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingan.

Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang


bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks.

1. Tahu (Know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menyatakan (Notoatmodjo, 1993).
2. Memahami (Understanding). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk memahami dan menjelaskan secara benar arti suatu
bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat
diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan,
menjelaskan, meringkas tentang sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih
tinggi daripada tahu (Notoatmodjo, 1993).

3. Penerapan (Application). Penerapan adalah kemampuan menggunakan


atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru
atau konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan
teori. Kemampuan ini lebih tinggi nilainya daripada pemahaman
(Notoatmodjo, 1993).

4. Analisis (Analysis). Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau


menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian–bagian sehingga
susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal masalah-

8
masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam
organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002).

5. Sintetis (Synthetic). Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk


menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema,
rencana, atau melihat hubungan/abstrak dari berbagai informasi atau fakta.
Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan
informasi dan fakta (Bestable, 2002).

6. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk


menggunakan pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap
sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu
(Bestable, 2002).

2.3 Tingkat kepuasan

Menurut Kotler (2008) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah


membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang
diberikan. Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak
dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas,
dan apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang.

Pelayanan dalam kegawatdaruratan memerlukan penanganan secara


terpadu dari multi disiplin dan multi profesi termasuk pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral mengutamakan akses pelayanan kesehatan
bagi korban dengan tujuan mencegah dan mengurangi angka kesakitan,
kematian dan kecacatan (Suhartati et al. 2011).

(Menurut sutawijaya,2009) menyatakan bahwa disusunnya standar tenaga


keperawatan di rumah sakit diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan
kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan kualifikasi dan jenis pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Dalam penanganan gawat darurat ada filosofinya
yaitu Time Saving is Life Saving artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada
saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal ini
mengingatkan bahwa pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan

9
menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada manusia dapat menyebabkan
kematian.

(Kepmenkes RI, 2009) menyatakan Kecepatan dan ketepatan pertolongan


yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga
dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang
cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit
sesuai standar. Mutu atau kualitas jasa pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien akan


menentukan baik buruknya citra rumah sakit. Baik buruknya rumah sakit akan
sangat ditentukan oleh tingkat kepuasan pasien selaku pengguna jasa
pelayanan.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa kepuasan pada triage dapat di ukur


berdasarkan pelayanan sarana dan prasarana, penanganan yang cepat, tepat, dan
tanggap, selain itu mempunyai fisik yang benar-benar siap dalam melayani
bermacam-macam pasien baik itu pasien trauma kepala, trauma toraks, dan
penanganan kegawatan yang lainnya juga

10
BAB 3

KERANGKA KONSEP

Bab ini menguraikan kerangka konsep dari penelitian yang akan menjelaskan
lebih singkat variabel–variabel apa saja yang akan diteliti. Selain itu, pada bab ini juga
diuraikan hipotesis penelitian.

3.1 kerangka konsep

Kecepatan
penanganan

Fasilitas
rumah sakit
Independen

Triage keramahan
Dependen
petugas
Klasifikasi warna
TINGKAT KEPUASAN
merah=p1
biaya
Kuning=p2

Hijau =p3 Tahu


(Know).
Hitam=p4
Dependen
Memahami
TINGKAT PENGETAHUAN
keterangan :
Penerapan
= yang di teliti (Application
)
= yang di teliti Sintetis
(Synthetic).
=tidak di teliti

=tidak di teliti Evaluasi


(Evaluation).

11
BAB 4

Metode penelitian

4.1 Jenis penilitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian


observasional analitik dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional.
Penelitian cross sectional merupakan penelitian seksional silang dengan variabel
sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian yang
diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali
waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan pada studi ini tidak ada follow up(Setiadi,
2007).

4.2 Populasi dan sampel penelitian

4.2.1 Populasi

a. Populasi penelitian ini adalah pasien triage yang tercatat di rumah sakit
RSUD Bangil

b. Sampel

c. Dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive


sampling

4.2.2 Kriteria sample

a. Kriteria inklusi

1) penderita yang di triage tercatat dalam ruang IGD di RSUD BANGIL

2) penderita yang bersedia menandatangani informed consent

3) penderita yang di triage

b. Kriteria eklusi

1) penderita yang tidak tercatat dalam RSUD BANGIL

2) Penderita yang tidak bersedia menandatangani informed consent

12
4.2.3 Tempat dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di RSUD BANGIL, penelitian ini akan di laksanakan pada bulan
februari 2016.

4.2.4 Prosedur penelitian

Penelitian yang akan di lakukan beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai dari pengajuan judul, penyusunan proposal, pembuatan


instrument penelitian, uji instrument, dan permohonan ijin lahan penelitian.

2. Tahap penilitian

Tahap penelitian ini di lakukan pada bulan februari-maret 2016 vyang di lakukan di
RSUD BANGIL.

3. Tahap penyelesaian

Tahap ini meliputi tahap penyelesaian data dan penyelesaian laporan

4.2.5 Etika penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menhajukan permohonan ijin kepada RSUD BANGIL
untuk mendapat persetujuan, kemudian lembar observasi diberikan kepada
responden dengan menekan masalah etika yang meliputi :

a. Lembar persetujuan ( informed consent )

Diberikan kepada responden yang diteliti dan memenuhi kriteria inklusi.


Tujuannya agar responden yang diteliti dan mengetahui maksud dan tujuan
peneliti serta dampak yang di teliti selama pengumpulan data. Jika subjek
bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden, jika subjek menolak menjadi menjadi responden, maka
penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya .

b. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan. Namun lembar tersebut diberi kode pengganti


nama responden.

13
c. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data


tertentu saja yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.

4.2.6 Prosedur pengambilan data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang di kumpulkan sendiri oleh peniliti dan di
dapat langsung dari responden pada saat penelitian berlangsung,

Data ini diproleh berdasarkan pernytaan dalam bentuk koesioner yang


diisi responden yaitu pasien triase yang berada di RSUD BANGIL.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di proleh dari sumber lain selain
responden. Data diambil dari rekan medis pasien triage yang berada di
RSUD BANGIL. Data sekunder digunakan sebagai data penunjang dan data
pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan
penelitian, data sekunder dalam penelitian ini di ambil dari RSUD BANGIL
berupa jumlah pasien triage.

4.2.7 Pengolahan data

a. Editing

b. Skoring

c. Cording

d. Entri Data

4.2.8 Analisa data

a. Analisa Univariat

Digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi subjek penelitian masing


variabel dari indikator faktor-faktor yang berhubungan dengan adanya triage
serta untuk mendapatkan data selanjutnya.

b. Analisa bivariat

14
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan faktor adanya pasien
triage, untul menentukan hubungan antara variabel independen dengan
variavel dependen dilakuakan dengan uji statistik chi square dengan derajat
dipakai 95% dengan ketentuan probabilitas (p value) > 0,05 maka Ho gagal
ditolak sedangkan jika probabilitasb (pvalue) < 0,05 maka Ho ditolak.

c. Analisa multivariat

Analisa multivariat dalah analisa untuk menguji hubungan antara variabel


depnden dan variabel independen dengan tingkat kemaknaaan p<0,05. untuk
mengetahui variabel atau faktor yang dominan dengan variabel dependen.

15
BAB 5

PENUTUP

3.1 Keismpulan

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk


menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien (DepKes RI, 2005).

Dalam melakukan tindakan triage harus memiliki pengetahuan atau skill


untuk melakukan prioritas ke pasien sehingga pada keluarga pasien dapat puas
dengan pelayanan di rumah sakit

3.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan tindakan triage perlu hati-hati supaya pada keluarga
pasien dapat mencapai kepuasan klien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Yeni Kristiani ; Ani Sutriningsih1),2),3) Program Studi Ilmu Keperawatan


(dkk ) judul : HUBUNGAN WAITING TIME DENGAN KEPUASAN PASIEN PRIORITAS 3
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS WALUYA SAWAHAN MALANG 2015.

Dewi Efasusanti Purba Lucky T Kumaat Mulyad HUBUNGAN RESPONSE TIME


DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN GAWAT DARURAT PADA TRIASE MERAH
DI IGD RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume
3 Nomor 2 Mei 2015.

Hastono, S. P & Sabri, L. (2013). Statistik Kesehatan. Edisi 1 Cetakan 7. Jakarta:


Rajawali Pers Indriyani,

D & Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Irawan,

H. (2002). 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Elex Medika Komputindo


Kartikawati, N. D. (2011).

Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: Salemba Medika


Kementerian Kesehatan Republi Indonesia.

(2011). Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di Rumah Sakit. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia..

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2009). Standar Instalasi Gawat


Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai