Anda di halaman 1dari 2

Indonesia Negara Gagal ; Fakta atau Fenomena Demokrasi, buah dari reformasi yang terjadi di Indonesia, tidak dapat

dipungkiri mengedepankan kebebasan berpendapat. Demokrasi juga menjadikan masyarakat ikut andil dalam memajukan bangsa. Dalam sistem politik Indonesia yang lebih terbuka, ruang publik dari hari ke hari diisi oleh beragam lontaran pendapat dan opini. Namun, pada saat kebebasan berpendapat semakin semarak, pewacana tetap diharapkan bersikap arif. Sama halnya para penyimak informasi pun patut mencermati substansi dan konteks di balik satu lontaran opini. Satu opini yang dicuatkan belakangan ini adalah Indonesia sebagai negara gagal (failed state). Pelabelan negara gagal ini menjadi janggal karena digulirkan pada saat dunia internasional mengapresiasi Indonesia atas berbagai kemajuan pembangunan nasionalnya. Beberapa bulan lalu, Indonesia digemparkan oleh pernyataan salah seorang politisi dari salah satu partai di Indonesia yang menyebut bahwa indonesia merupakan negara gagal. Beliau mengatakan, mekanisme negara di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif kacau dan tidak melakukan tugasnya masing-masing. Sehingga lima ciri negara gagal sudah melekat pada Indonesia.Dari permasalahn tersebutlah indonesia seringkalidapat dikategorikan sebagai negara gagal meskipun bukan pada kelompok pertama yang didominasi oleh negara-negara afrika. Secara definitif, istilah negara gagal dipakai untuk menggambarkan situasi dimana fungsi-fungsi minimal negara (national security, internal order, dan public administration) tidak berjalan efektif. Dengan kata lain, negara tidak lagi mampu menjalankan fungsi minimalnya sehingga dalam rentang analisis, istilah ini diletakkan dalam skala tertinggi. Untuk skala yang lebih rendah, istilah yang biasa digunakan adalah fragile state (negara labil) dan state in crisis/failing state (negara menuju gagal)1, yang indikator-indikatornya sebenarnya serupa dengan indikator negara gagal, tetapi dengan derajat yang berbeda.Isu mengenai negara gagal dan negara koleps sendiri sudah dimulai sejak setelah berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an. Meskipun begitu, fenomena kegagalan negara tersebut bukanlah hal yang baru bagi dinamika politik internasional Dalam When States Fail:Causes and Consequences (2004), Robert I. Rotberg menyebutkan bahwa negara gagal memiliki kecenderungan represif meskipun tidak semua negara represif dapat dikatakan sebagai negara gagal. Sedangkan, negara yang koleps atau hancur tidak mungkin represif karena tindakan para aparat tidak memiliki legitimasi. Kegagalan negara sendiri tidaklah bersifat spontan akan tetapi melalui proses yang rumit yang berasal dari akumulasi konflik, tindakan kolektif, penolakan teoritis, dan erosi legitimasi negara dalam rentang waktu yang cukup panjang. Apabila menelaah dari pernyataan Robert di atas, maka Indonesia bukanlah satu diantaranya, karena aparatur Negara masih berjalan dan masih memiliki legitimasi, meskipun dalam beberapa kasus fungsi dari aparatur Negara tidak berjalan sebagai mana mestinya. Selain itu, di Indonesia sendiri masih terdapat konflik Horisontal sesame masyarakat, tetapi konflik tersebut tidak berkepanjangan. Adapun ciri ciri Negara gagal sebagao berikut :

http://unpad.academia.edu/RolipSaptamaji/Papers/1250978/Indonesia_Jalan_Menuju_Negara_Gagal

Anda mungkin juga menyukai