Anda di halaman 1dari 33

PERISTIWA SEKITAR

PROKLAMASI 17 AGUSTUS
1945

PEMBENTUKAN BPUPKI
LATAR BELAKANG

Pada tahun 1944 Saipan jatuh ke tangan Sekutu.


Pasukan Jepang di Papua Nugini, Kepulauan Solomon
dan Kepulauan Marshall, dipukul mundur oleh pasukan
Sekutu.
Seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik sudah hancur
dan bayang-bayang kekalahan Jepang mulai nampak.
Jepang mengalami serangan udara di kota Ambon,
Makasar, Menado dan Surabaya.
Pasukan Sekutu telah mendarat di daerah-daerah
minyak seperti Tarakan dan Balikpapan.

Pada

tanggal 1 maret 1945


Letnan Jendral Kumakici
Harada, BPUPKI (Dokuritsu
junbi coosakai)
Tujuan
BPUPKI
untuk
menyelidiki hal-hal penting
menyangkut pembentukan
negara Indonesia merdeka.
KETUA
:
dr.
K.R.T.
Radjiman
Wediodiningrat
Ketua Muda (Fuku Kaico)
pertama : Icibangase.
Kepala Sekretariat : R.P.
Suroso
dibantu
oleh
Toyohito Masuda dan Mr.
A.G. Pringgodigdo.

PERESMIAN BPUPKI

Pada tanggal 28 Mei 1945


bertempat di gedung Cuo
Sangi In, Jalan Pejambon,
Jakarta.
Dihadiri pula oleh dua pejabat
Jepang, yaitu : Jenderal
Itagaki (Panglima Tentara
Ketujuh yang bermarkas di
Singapura
dan
Letnan
Jenderal Nagano (Panglima
Tentara Keenambelas yang
baru).
Dikibarkan bendera Jepang,
Hinomaru oleh Mr. A.G.
Pringgodigdo yang disusul
dengan pengibaran bendera
Sang
Merah
Putih
oleh
Toyohiko Masuda.

SIDANG-SIDANG BPUPKI

Untuk
itulah
pada
kata
pembukaannya, ketua BPUPKI, dr.
Radjiman Wediodiningrat meminta
pandangan para anggota mengenai
dasar Negara Indonesia merdeka
tersebut.
Pada
hari
pertama
persidangan
pertama tanggal 29 Mei 1945, Muh.
Yamin mengemukakan lima Azas
Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia sebagai berikut :

1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ke-Tuhanan;
4. Peri Kerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat.

Dua hari kemudian pada


tanggal 31 Mei 1945 Prof.
Dr. Mr. Supomo
mengajukan Dasar Negara
Indonesia Merdeka adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

persatuan
kekeluargaan
keseimbangan
musyawarah
keadilan sosial

Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.


Sukarno mengemukakan pidatonya yang kemudian
dikenal sebagai Lahirnya Pancasila.
Keistimewaan pidato Ir. Sukarno adalah selain berisi
pandangan mengenai Dasar Negara Indonesia
Merdeka, juga berisi usulan mengenai nama bagi
dasar negara, yaitu : Pancasila, Trisila, atau Ekasila.

Sidang memilih nama Pancasila sebagai nama dasar


negara.
Lima dasar negara yang diusulkan oleh Ir. Sukarno
adalah sebagai berikut :

1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

PANITIA SEMBILAN

Persidangan pertama BPUPKI


berakhir pada tanggal 1 Juni
1945. Selanjutnya diadakan masa
reses selama satu bulan lebih.
Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI
membentuk Panitia Kecil yang
beranggotakan 9 orang. Anggotaanggota Panitia Sembilan ini
adalah sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ir. Sukarno
Drs. Moh. Hatta
Muh. Yamin
Mr. Ahmad Subardjo
Mr. A.A. Maramis
Abdulkadir Muzakkir
K.H. Wachid Hasyim
K.H. Agus Salim
Abikusno Tjokrosujoso.

PIAGAM JAKARTA
Musyawarah dari Panitia Sembilan ini
kemudian menghasilkan suatu rumusan
yang Oleh Muh.Yamin rumusan itu
diberi nama Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta. Rumusan draft dasar
negara Indonesia Merdeka itu adalah :
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan
Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan;
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PANITIA
PERANCANG
UNDANG-UNDANG
Panitia Perancang UndangDASAR
undang Dasar yang diketuai

oleh
Ir.
Sukarno
dan
beranggotakan 21 orang.
Pada tanggal 11 Juli 1945,
Panitia
Perancang
Undangundang Dasar dengan suara
bulat menyetujui isi preambule
(pembukaan) yang diambil dari
Piagam Jakarta.

PANITIA KECIL
PERANCANG UNDANGUNDANG DASAR

Selanjutnya
panitia
tersebut
membentuk Panitia Kecil Perancang
Undang-undang Dasar yang diketuai
Prof. Dr. Mr. Supomo
Anggotanya Mr. Wongsonegoro, Mr.
Ahmad Subardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr.
R.P. Singgih, H. Agus Salim dan
Sukiman.
Hasil perumusan panitia kecil ini
kemudian disempurnakan bahasanya
oleh Panitia Penghalus Bahasa yang
terdiri dari Husein Djajadiningrat, Agus
Salim dan Supomo.

PEMBENTUKAN
PPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI


dibubarkan. Sebagai gantinya
pemerintah pendudukan Jepang
membentuk PPKI (Dokuritsu Junbi
Inkai).
Sebanyak 21 anggota PPKI yang
terpilih tidak hanya terbatas pada
wakil-wakil dari Jawa, tetapi juga dari
berbagai pulau, yaitu : 12 wakil dari
Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil
dari Sulawesi, seorang dari
Kalimantan, seorang dari Sunda Kecil
(Nusatenggara), seorang dari Maluku
dan seorang lagi dari golongan
penduduk Cina.
Ir. Sukarno ditunjuk sebagai ketua
PPKI dan Drs. Moh. Hatta ditunjuk
sebagai wakil ketuanya. Sedangkan
Mr. Ahmad Subardjo ditunjuk
sebagai penasehatnya.

MENUJU MARKAS BESAR


TERAUCI DI DALAT

Jenderal Besar Terauci


memanggil tiga tokoh
Pergerakan Nasional, yaitu Ir.
Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan
dr. Radjiman Wediodiningrat.
Pada tanggal 9 Agustus 1945
mereka berangkat.
Pada tanggal 12 Agustus 1945
Jenderal Besar Terauci
menyampaikan kepada ketiga
tokoh itu bahwa Pemerintah
Kemaharajaan telah
memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia.
Pelaksanaannya dapat dilakukan
segera setelah persiapannya
selesai oleh PPKI. Wilayah
Indonesia akan meliputi seluruh
bekas wilayah Hindia Belanda.

Ketika ketiga tokoh itu berangkat


kembali menuju Jakarta pada
tanggal 14 Agustus 1945, Jepang
telah dibom atom oleh Sekutu di
kota Hirosima dan Nagasaki.
Uni Soviet mengingkari janjinya
dan menyatakan perang terhadap
Jepang seraya menyerbu
Manchuria.
Keesokan harinya, pada tanggal 15
Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba
kembali di tanah air. Dengan
bangganya Ir. Sukarno berkata :
Kalau dahulu saya berkata
Sebelum jagung berbuah,
Indonesia akan merdeka : sekarang
saya dapat memastikan Indonesia
akan merdeka, sebelum jagung
berbuah.
Perkataan itu menunjukkan bahwa
Ir. Sukarno pada saat itu belum
mengetahui bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu.

Berita tentang kekalahan Jepang,


diketahui oleh sebagian golongan
muda melalui radio siaran luar
negeri.
Pada malam harinya Sutan syahrir
menyampaikan berita itu kepada
Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai
kemerdekaan Indonesia
sehubungan dengan peristiwa
tersebut.
Moh. Hatta berjanji akan
menanyakan hal itu kepada
Gunseikanbu.
Setelah yakin bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu, Moh.
Hatta mengambil keputusan untuk
segera mengundang anggota PPKI.

RAPAT
GOLONGAN MUDA

Rapat golongan muda dilakukn di


Lembaga Bakteriologi di Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta, pada
tanggal 15 agustus 1945, pukul
20.30 waktu Jawa.
Rapat yang dipimpin oleh Chairul
Saleh itu menghasilkan keputusan :
kemerdekaan Indonesia adalah
hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan
pada orang dan negara lain. Segala
ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus
diputuskan dan sebaliknya
diharapkan diadakan perundingan
dengan golongan muda agar
mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.

Keputusan rapat itu disampaikan


oleh Wikana dan Darwis pada
pukul 22.30 waktu Jawa kepada
Ir. Sukarno di rumahnya.
Isi keputusan golongan muda :
agar Ir. Sukarno segera
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa
menunggu hadiah dari Jepang.
Tuntutan Wikana yang disertai
ancaman bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika Ir.
Sukarno tidak menyatakan
proklamasi keesokan harinya
telah menimbulkan ketegangan.
Ir. Sukarno marah dan berkata
Ini leher saya, seretlah saya ke
pojok itu dan sudahilah nyawa
saya malam ini juga, jangan
menunggu sampai besok. Saya
tidak bisa melepaskan
tanggungjawab saya sebagai
ketua PPKI. Karena itu saya
tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok.

Moh. Hatta berkata, Dan kami


pun tak dapat ditarik-tarik atau
didesak supaya mesti juga
mengumumkan proklamasi itu.
Kecuali jika Saudara-saudara
memang sudah siap dan sanggup
memproklamasikan. Cobalah!
Saya pun ingin melihat
kesanggupan Saudara-saudara !
Utusan itu pun menjawab Kalau
begitu pendirian Saudara-saudara
berdua, baiklah ! Dan kami
pemuda-pemuda tidak dapat
menanggung sesuatu, jika besok
siang proklamasi belum juga
diumumkan. Kami pemudapemuda akan bertindak dan
menunjukkan kesanggupan yang
saudara kehendaki itu!

PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
Dini hari tanggal 16 Agustus 1945 di
asrama Baperpi, golongan muda
kembali mengadakan rapat.
Selain juga dihadiri oleh Sukarni,
Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari
Barisan Pelopor dan Shudanco
Singgih dari Daidan PETA Jakarta
Syu.
Rapat ini membuat keputusan
menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs.
Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan
untuk menjauhkan mereka dari segala
pengaruh Jepang.
Untuk menghindari kecurigaan dari
pihak Jepang, Shudanco Singgih
mendapatkan kepercayaan untuk
melaksanakan rencana tersebut.

Rencana ini mendapatkan


dukungan perlengkapan Tentara
PETA dari Cudanco Latief
Hendraningrat.
Maka pada tanggal 16 Agustus
1945 pukul 04.30 waktu Jawa
sekelompok pemuda membawa
Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta
ke luar kota menuju
Rengasdengklok, sebuah kota
kawedanan di pantai utara
Kabupaten Karawang.
Alasan yang mereka kemukakan
ialah bahwa keadaan di kota
sangat genting, sehingga
keamanan Sukarno-Hatta di
dalam kota sangat dikhawatirkan.
Tempat yang dituju merupakan
kedudukan sebuah cudan (kompi)
tentara PETA Rengasdengklok
dengan komandannya Cudanco
Subeno.

Sehari

penuh Sukarno dan Hatta


berada di Rengasdengklok.
Dalam suatu pembicaraan
berdua dengan Ir. Sukarno,
Shudanco Singgih beranggapan
Sukarno bersedia untuk
menyatakan proklamasi segera
setelah kembali ke Jakarta.
Oleh karena itulah Singgih pada
tengah hari itu kembali ke
Jakarta untuk menyampaikan
rencana proklamasi kepada
kawan-kawannya.

Di Jakarta para anggota PPKI memenuhi


undangan rapat pada tanggal 16 agustus dan
berkumpul di gedung Pejambon 2.
Akan tetapi rapat itu tidak dapat dihadiri oleh
pengundangnya Sukarno-Hatta.
Satu-satu jalan untuk mengetahui mereka
adalah melalui Wikana salah satu utusan
yang bersitegang dengan Sukarno-Hatta
malam harinya.
Antara Mr. Ahmad Subardjo mendekati
Wikana tercapai kesepakatan bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan
di Jakarta.
Maka Jusuf Kunto bersedia mengantarkan
Mr. Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok.
Di Rengasdengklok Ahmad Subardjo
memberikan jaminan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada
keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945
Dengan adanya jaminan itu, maka komandan
kompi PETA Rengasdengklok, Cudanco
Subeno bersedia melepaskan Ir. Sukarno dan
Drs. Moh Hatta kembali ke Jakarta.

PERUMUSAN TEKS
PROKLAMASI

Rombongan tiba kembali di Jakarta


pada pukul 23.30 waktu Jawa.
Setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing rombongan
kemudian menuju ke rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta.
Hal itu juga disebabkan Laksamana
Tadashi Maeda telah
menyampaikan kepada Ahmad
Subardjo (sebagai salah satu pekerja
di kantor Laksamana Maeda) bahwa
ia menjamin keselamatan mereka
selama berada di rumahnya.

Sebelum merumuskan naskah


proklamasi, terlebih dahulu Sukarno
dan Hatta menemui Somubuco (Kepala
Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal
Nishimura, untuk menjajagi sikapnya
mengenai Proklamasi Kemerdekaan.
Mereka ditemani oleh Laksamana
Maeda, Shigetada Nishijima dan
Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi
sebagai penterjemah.
Nishimura menegaskan bahwa garis
kebijakan Panglima Tentara
Keenambelas di Jawa adalah dengan
menyerahnya Jepang kepada sekutu
berlaku ketentuan bahwa tentara
Jepang tidak diperbolehkan lagi
merubah status quo (status politik
Indonesia).
Berdasarkan garis kebijakan itu
Nishimura melarang Sukarno-Hatta
untuk mengadakan rapat PPKI dalam
rangka proklamasi kemerdekaan.

Sukarno-Hatta berkesimpulan bahwa


tidak ada gunanya lagi membicarakan
kemerdekaan Indonesia dengan pihak
Jepang.
Akhirnya mereka hanya mengharapkan
pihak Jepang tidak menghalang-halangi
pelaksanaan proklamasi.
Mereka kembali ke rumah Laksamana
Maeda. Sebagai tuan rumah Maeda
mengundurkan diri ke lantai dua.
Sedangkan di ruang makan, naskah
proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh
golongan tua, yaitu : Ir. Sukarno, Drs.
Moh. Hatta dan Mr. Ahmad
Subardjo.
Peristiwa ini disaksikan oleh Miyoshi
sebagai orang kepercayaan Nishimura,
bersama dengan tiga orang tokoh
pemuda lainnya, yaitu : Sukarni,
Mbah Diro dan B.M. Diah.
Sementara itu tokoh-tokoh lainnya, baik
dari golongan muda maupun golongan
tua menunggu di serambi muka.

Ir.

Sukarno yang menuliskan konsep naskah


proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan
Mr Ahmad Subardjo menyumbangkan
pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari
naskah proklamasi merupakan saran dari
Mr. Ahmad Subardjo yang diambil dari
rumusan BPUPKI. Sedangkan kalimat
terakhir merupakan sumbangan pikiran dari
Drs. Moh. Hatta. Hal itu disebabkan
menurut beliau perlu adanya tambahan
pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer
of sovereignty).

PERUMUSAN TEKS
PROKLAMASI

Ir. Sukarno yang menuliskan


konsep naskah proklamasi,
sedangkan Drs. Moh. Hatta
dan Mr Ahmad Subardjo
menyumbangkan pikiran
secara lisan.
Kalimat pertama dari naskah
proklamasi merupakan saran
dari Mr. Ahmad Subardjo
yang diambil dari rumusan
BPUPKI.
Sedangkan kalimat terakhir
merupakan sumbangan
pikiran dari Drs. Moh. Hatta.
Hal itu disebabkan menurut
beliau perlu adanya
tambahan pernyataan
pengalihan kekuasaan
(transfer of sovereignty).

Pada pukul 04.30 waktu Jawa konsep


naskah proklamasi selesai disusun.
Selanjutnya mereka menuju ke serambi
muka menemui para hadirin yang
menunggu.
Ir. Sukarno meminta kepada semua
hadirin untuk menandatangani naskah
proklamasi selaku wakil-wakil bangsa
Indonesia.
Pendapat itu diperkuat oleh Moh. Hatta
dengan mengambil contoh naskah
Declaration of Independence dari
Amerika Serikat.
Usulan tersebut ditentang oleh tokohtokoh pemuda. Karena mereka
beranggapan bahwa sebagian tokohtokoh tua yang hadir adalah budakbudak Jepang.
Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh
golongan muda, mengusulkan agar yang
menandatangani naskah proklamasi
cukup Sukarno-Hatta atas nama bangsa
Indonesia.

PELAKSANAAN
PROKLAMASI
Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati
oleh sejumlah massa pemuda yang
berbaris dengan tertib.
Untuk menjaga keamanan upacara
pembacaan proklamasi, dr. Muwardi
(Kepala Keamanan Ir. Sukarno) meminta
kepada Cudanco Latief Hendraningrat
untuk menugaskan anak buahnya berjagajaga di sekitar rumah Ir. Sukarno.
Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo
memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk
mempersiapkan pengeras suara.
Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo
pergi ke rumah Gunawan pemilik toko radio
Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk
meminjam mikrofon dan pengeras suara.
Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud
(Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno)
untuk menyiapkan tiang bendera.
Suhud kemudian mencari sebatang bambu
di belakang rumah. Bendera yang akan
dikibarkan sudah dipersiapkan oleh
Nyonya Fatmawati.

Menjelang pukul 10.30 para pemimpin


bangsa Indonesia telah berdatangan
ke Jalan Pegangsaan Timur. Diantara
mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki
Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H.
Mas Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani,
A.G. Pringgodigdo dan sebagainya.
Lima menit sebelum acara dimulai,
Bung Hatta datang dengan berpakaian
putih-putih.
Setelah semua siap, Latief
Hendraningrat memberikan aba-aba
kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak
dengan sikap sempurna.
Dengan suara yang mantap Bung
Karno mengucapkan pidato
pendahuluan singkat yang dilanjutkan
dengan pembacaan teks proklamasi.
Acara dilanjutkan dengan pengibaran
bendera Merah Putih oleh S. Suhud
dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat.
Bendera dinaikkan perlahan-lahan.
Tanpa dikomando para hadirin spontan
menyanyikan Indonesia Raya. Acara
selanjutnya adalah sambutan dari
Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Berita

proklamasi yang
sudah meluas di seluruh
Jakarta disebarkan ke
seluruh Indonesia. Pagi hari
itu juga, teks proklamsi
telah sampai di tangan
Kepala Bagian Radio dari
Kantor Berita Domei,
Waidan B. Palenewen.
Berita proklamasi juga
disiarkan lewat pers dan
surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya
tanggal 20 Agustus 1945
memuat berita proklamasi
dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia.

SOAL-SOAL LATIHAN
1.
2.

3.
4.
5.

6.

7.

Peristiwa-peristiwa apa yang melatarbelakangi terbentuknya


BPUPKI ?
Ketika lr.Soekarno, Moh. Hatta dan dr. Radjiman dalam
perjalanan ke Vietnam Selatan, Amerika menjatuhkan bom di
kota Hirosima dan Nagasaki sehingga Jepang menyerah kepada
Sekutu. Bagaimana reaksi golongan muda mendengar
kekalahan Jepang tersebut ?
Bagaimanakah perbedaan pendapat golongan muda dan
golongan tua mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan!
Apa tujuan golongan muda melakukan penculikan
Rengasdengklok ?
Apa alasan Sumubuco Mayor Jendral Nishimura melarang
Soekarno-Hatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka
pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan ?
Mengapa tokoh-tokoh pemuda tidak menyetujui jika semua
tokoh yang hadir di rumah Maeda menandatangani
proklamasi ?
Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh kaum muda
untuk meyebarkan berita proklamasi kemerdekaan RI ?

Anda mungkin juga menyukai