Anda di halaman 1dari 27

TRAUMA Telinga

Ruptur membran timpani


Traumatic perforation of the tympanic membrane may be caused by
a penetrating foreign body (including cotton applicators), a slap to
the side of the head, or activity such as diving or water skiing. Most
small or moderate perforations will heal spontaneously in 6 to
8weeks, if infection is prevented, water contamination is avoided,
and the tympanic membrane edges are not folded into the middle
ear. Folded edges should be teased up under microscopic control to
promote healing and to avoid inward migration of squamous
epithelium (cholesteatoma). Barotrauma during flying or scuba
diving rarely results in traumatic perforation: hemotympanum
(blood in the middle ear) is more common. the latter may become
infected, in which case antibiotics are required. Myringotomy is
recommended if the blood or fluid persists for longer than 3weeks.
All of the above injuries may also cause traumatic ossicular chain
disruption and/or perilymph fistula.

Ada 3 tipe perforasi membran timpani


berdasarkan letaknya, yaitu :
1)Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di
sentral dan pars tensa membran timpani.
Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa
membran timpani.
2)Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi
langsung berhubungan dengan anulus atau
sulkus timpanikum.
3)Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida
membran timpani.

- Sekret yang keluar dari telinga


tengah ke telinga luar dapat
berlangsung terus-menerus atau
hilang timbul. Konsistensinya bisa
encer atau kental. Warnanya bisa
kuning atau berupa nanah.
- Bila terjadi kerusakan pada membran
ini dapat dipastikan bahwa fungsi
pendengaran seseorang terganggu.

etiologi
infeksi telinga tengah(otitis),
trauma baik secara langsung maupun tidak
langsung misalnya tertusuk alat pembersih
kuping,
suara ledakan yang berada didekat sekali
dengan telinga kita,
menyelam dengan kedalaman yang
dianggap tidak aman,
trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan
bermotor dsb

tanda dan gejala


nyeri telinga yang hebat disertai
keluar darah dari telinga (yang
disebabkan trauma)
sedangkan yang disebabkan infeksi
umumnya terdapat demam yang tak
turun-turun, nyeri telinga (otalgia),
gelisah dan tiba-tiba keluar
cairan/nanah dengan atau tanpa
darah.
G3 pendengaran

Perilymphatic fistula
Perilymphatic fistula terjadi ketika
ada kebocoran cairan perilymphatic
dari lubang antara bagian dari
telinga bagian dalam dan telinga
bagian tengah atau mastoid

etiologi
Lubang ini dapat berakibat dari
operasi, trauma, infeksi, kelainan
perkembangan (sebelum lahir), atau
perubahan yang tiba-tiba dalam
tekanan( plg sering) . Pada situasisituasi yang jarang, ia dapat terjadi
tanpa segala penyebab yang jelas.

Tanda dan gejala


Pasien-pasien dengan perilymphatic
fistula biasanya mengeluh timbulnya
yang tiba-tiba dari dizziness. Pada
lebih dari 50% dari pasien-pasien,
kehilangan pendengaran sepenuhnya
juga terjadi.

penatalaksanaan
Diagnosis hanya dapat
dikonfirmasikan pada operasi ketika
lubang terlihat secara aktual.
Meskipun kebanyakan perilymphatic
fistulas akan sembuh secara spontan
dengan beristirahat, pada beberapa
situasi-situasi, operasi dilakukan
untuk menambal lubang.

FRAKTUR TULANG
TEMPORAL
Basis tulang tengkorak: os sphenoid, os
temporal, os occipital, os frontal
Fraktur os temporal 20%
Epidemiologi & etiologi:
FR: pria, <21thn
Etiologi sering: kecelakaan motor /
sepeda, terjatuh, kejang

trauma tumpul ke lateral tengkorak (sering)


fraktur longitudinal (80%)
Mengikuti axis CAE ke celah telinga tengah
berjalan ke anterior bersama2 dg ganglion
geniculatus, tuba eustachian berakhir /
mengarah ke foramen lacerum
Disini otik kapsul tidak terkena
Trauma ke occipital terdorong ke arah f.
magnum fraktur temporal transversal (20%)
Fraktur menyeberang langsung ke arah
petrous fraktur kapsul otik

Gambaran Klinis &


Pemeriksaan
Tanda & Gejala:
Hearing loss, mual-muntah, vertigo
Battle sign (ekimosis postaurikuler)
Racoon sign (periorbital ecchimosis) fraktur melibatkan fossa
cranial anterior / medial

Pemeriksaan:
Laserasi CAE, bony debris di canal, hemotympanum
CSF otorrhea / rhinorrhea, paralisis n.7 kadang2

Pem. Penunjang lain:


CT scan kepala u/ cek perdarahan intrakranial (bth op segera)
hRCTscan os temporal hanya u/ kasus yg kemungkinan
komplikasi (fraktur otik kapsul, cedera n.7, kebocoran CSF)
Ps dg hemotimpanum, tanpa nistagmus & CSF, weber lateralisasi
ke telinga sakit, n.7 normal (-) perlu CT temporal

Pemeriksaan Lain
Audiometri
Harus dilakukan, namun tak perlu
segera kecuali: (+) tanda & gejala
disfungsi telinga dalam
Apabila pem: gg konduktif, (-) ada
fraktur kapsul otik audiometri dapat
dilakukan bbrp mgg setelahnya
memberi waktu hemotimpanum sembuh

Facial nerve testing

Komplikasi
Gg pendengaran konduktif
(sering) ok hemotimpanum. Kadang ok perforasi
m.timpani, diskontinuitas osikula ( dislokasi
incudostapedial)
Gg pendengaran sensorineural
Fraktur transversal dg keterlibatan fraktur otic capsule,
bs juga tanpa fraktur otic (ok conccusion labirin)
Concussion labirin gg membran koklear / sel rambut
ok tekanan gg pendengaran frekuensi tinggi
Cedera n. VII
Fraktur longitudinal (20%), fraktur transversal (50%)
Ada onset akut / delayed. Sering (-) disadari ok ps sering
ditemukan dalam keadaan koma

Kebocoran CSF (20%) biasanya 48 jam


pasca trauma
Post traumatic encephalocele
Dapat terjadi ok defek besar pada dasar
fosa cranial media herniasi dura &
lobus temporal t. tengah & mastoid
Kadang terlihat di otoskop massa
putih dg p.d dibelakang m.timpani
Perilymphatic fistula
Apabila tdp fraktur kapsul optik, atau
subluksasi stapes ke jendela oval
Gejala: vertigo fluktuatif & tuli
sensorineural

Tatalaksana
Tuli konduktif
Hemotimpanum biasanya sembuh spontan 3-4mgg
tanpa sekuela
Perforasi m.timpani sembuh spontan dalam 3 bln
(94%) jika tidak: myringoplasty
Paralisis n.7
Tipe delayed konservatif, sembuh spontan (94100%). Namun ps dg (+) degenerasi neural > 90%
prog. Buruk
Bbrp rekomendasi obs, bbrp rekomen explorasi &
dekompresi

Tipe immediate op

BAROTRAUMA (AEROTITIS)
Definisi: Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang
tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang
normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba.
Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah,
sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan
kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga
cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Keluhan pasien:
Kurang dengar
Rasa nyeri dalam telinga
Tinitus
Vertigo

Pengobatan: Cara konservatif Dekongestan


lokal
Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah
menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu dianjurkan untuk tindakan miringotomi
& bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet)
Usaha preventif: Dengan selalu mengunyah
permen karet terutama sewaktu pesawat terbang
mulai turun untuk mendarat.

Trauma Akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga
akibat adanya energi suara yang sangat besar.
Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan
fisiologis telinga dalam sehingga terjadi gangguan
kemampuan meneruskan getaran ke organ Corti.
Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga,
kerusakan tulang-tulang pendengaran, atau kerusakan
langsung organ Corti.
Penderita biasanya tidak sulit untuk menentukan saat
terjadinya trauma yang menyebabkan kehilangan
pendengaran.

Pada trauma akustik, cedera cochlea terjadi akibat


rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang
sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut.
Namun pada pajanan berulang kerusakan bukan hanya
semata-mata akibat proses fisika semata, namun juga
proses kimiawi berupa rangsang metabolik yang secara
berlebihan merangsang sel-sel tersebut.
Akibat rangsangan ini dapat terjadi disfungsi sel-sel
rambut yang mengakibatkan gangguan ambang
pendengaran sementara atau justru kerusakan sel-sel
rambut yang mengakibatkan gangguan ambang
pendengaran yang permanen.

Noise-Induced Temporary
Threshold Shift
Pada keadaan ini terjadi kenaikan nilai ambang
pendengaran secara sementara setelah adanya pajanan
terhadap suara dan bersifat reversibel. Untuk menghindari
kelelahan auditorik, maka ambang pendengaran diukur
kembali 2 menit
setelah pajanan suara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran
nilai ambang pendengaran ini adalah level suara, durasi
pajanan, frekuensi yang diuji, spektrum suara, dan pola
pajanan temporal, serta faktor-faktor lain seperti usia,
jenis kelamin, status kesehatan, obat-obatan (beberapa
obat dapat bersifat ototoksik sehingga menimbulkan
kerusakan permanen), dan keadaan pendengaran sebelum
pajanan.

Noise-Induced Permanent
Threshold Shift
Data yang mendukung adanya pergeseran
nilai ambang pendengaran permanen
didapatkan dari laporan-laporan dari
pekerja di industri karena tidak mungkin
melakukan eksperimen pada manusia.
Dari data observasi di lingkungan industri,
faktor-faktor yang mempengaruhi respon
pendengaran terhadap bising di
lingkungan kerja adalah tekanan suara di
udara, durasi total pajanan, spektrum
bising, alat transmisi ke telinga, serta
kerentanan individu terhadap kehilangan

Head injuries
Fraktur os. Temporal tuli jika mengenai koklea
tuli sensorineural beberapa kasus vertigo &
paralisis fasial
Otologikal trauma pada head injuries tanpa fraktur
tulang gejala berat cochleovestibular
Goncangan koklea tuli sensorineural
Kerusakan labirin benign paroxysmal positional
vertigo
Lesi pusat vestibular kompensasi tidak lengkap
gejala jangka panjang
Surgical Trauma tuli konduktif or sensorineural
Resiko dari operasi telinga
stapedektomi,pembedahan mastoid
Blast Injuries ledakan or pukulan ringan di telinga
ruptur membran timpani
Kerusakan koklea tuli sensorineural + tinitus

BENDA ASING
Berupa: benda mati atau hidup,
binatang, komponen tumbuh2an
atau mineral.
Anak : kcg hijau, manik, mainan,
karet penghapus, terkadang baterai.
Dewasa : kapas cotton bud,
potongan korek api, patahan pensil,
kadang serangga kecil seperti kecoa,
semut atau nyamuk.

TANDA & GEJALA


Rasa tidak enak di
telinga
Tersumbat
Pendengaran
terganggu
Nyeri akan timbul

PEMERIKSAAN
Pada inspeksi
telinga dengan
atau tanpa corong
telinga akan
tampak benda
asing tersebut.

Tata Laksana:
Pengeluaran
Hati2 ! trauma membran timpani atau
struktur telinga tengah.
Binatang yang masih hidup harus dimatikan
dengan memasukkan tampon basah lalu
teteskan cairan (mis, lar. Rivanol atau
anastesi lokal) +- 10 menit binatang mati
keluarkan dengan pinset atau irigasi.
Baterai : # boleh dibasahi efek korosif.
Benda asing besar : tarik dengan pengait
serumen.
Benda asing kecil : ambil dengan cunam
atau pengait.

Anda mungkin juga menyukai