Anda di halaman 1dari 23

K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja)
K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja
merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu pekerjaan, karena
dengan tidak adanya K3 atau Kesehatan
dan Keselamatan Kerja akan tidak diragukan
lagi banyak terjadi kecelakaan dalam kerja
yang bersifat ringan sampai yang berat.

Pemerintah membuat aturan K3 seperti pada Pasal 3 Ayat 1


UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja :
mencegah dan mengurangi kecelakaan
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
memberikan pertolongan pada kecelakaan
memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan
suhu, kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

Sejarah Undang-undang
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
Menurut Labib (2012: 1) peraturan K3 di Indonesia telah ada
sejak pemerintahan Hindia Belanda, peraturan K3 yang berlaku
pada saat itu adalah Veiligheids Reglement.

Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya UndangUndang


Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan
keselamatan telah dicabut dan diganti.

Peraturan yang mengatur tentang K3 adalah UndangUndang


Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.

Ketentuan-ketentuan penerapan K3 yang dijelaskan


dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 adalah:

Tempat kerja yang menggunakan mesin, pesawat,


perkakas
Tempat kerja pembangunan perbaikan,
perawatan, pembersihan atau pembongkaran
gedung
Tempat usaha pertanian, perkebunan, pekerjaan
hutan
Pekerjaan usaha pertambangan dan
pengelolahan emas, perak, logam, serta biji
logam lainnya
Tempat pengangkutan barang, binatang, dan
manusia baik di daratan, melalui terowongan,
permukaan air, dalam air dan di udara. Sesuai

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi


mengemukakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja mengalami beberapa
perkembangan :

perkembangan desain peralatan yang aman dan nyaman


Pada fase ini berkembang safety engineering
perkembangan kesehatan kerja dan sanitasi lingkungan
Pada era ini mulai berkembang pola koordinasi antar unit
terkait safety, health dan environment

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa K3 ternyata


mempunyai ruang lingkup yang lebih luas lagi tidak hanya
terbatas di dalam dunia industri

Tujuan Pembuatan Undangundang K3

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat


dilihat pada Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja :
mencegah dan mengurangi kecelakaan
mencegah, mengurangi, dan memadamkan
kebakaran
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

memberikan pertolongan pada kecelakaan


memberi alat-alat perlindungan diri pada
para pekerja
mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebar-luaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan
memperoleh penerangan yang cukup dan
sesuai
menyelenggarakan suhu dan kelembaban
udara yang baik

menyelenggarakan penyegaran udara yang


cukup
memelihara kebersihan, kesehatan, dan
ketertiban
memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang
mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang

Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang


Asuransi Sosial Tenaga Kerja. Programprogram yang menjadi ruang lingkup aturan
ini adalah:
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK);
Tabungan Hari Tua; dan
Jaminan Kematian (JK)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)


pertama kali diatur dalam UndangUndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dalam UU K3
Menurut Pasal 86 ayat UU NO.13 Tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan bahwa
buruh atau pekerja berhak untuk
memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Susilo Martoyo (2000) bahwa programprogram keselamatan yang dapat dilakukan pada
perusahaan :
Mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi
alat-alat pengaman
Menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik
Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara
berkala.
Memberikan petunjuk-petunjuk dalam hal
pengoperasian peralatan-peralatan beserta
larangan-larangan yang dianggap perlu.
Memberikan pengarahan kepada karyawan akan
pentingnya keselamatan kerja.

Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan


dalam hal penciptaan kesehatan kerja:
Menjaga kesehatan karyawan dari
gangguan-gangguan penglihatan,
pendengaran, kelelahan, dan sebagainya.

Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan


dan pemeriksaan bagi karyawan

Peran Pemerintah Dalam


Menanggulangi Masalah K3
Cara pemerintah dalam menanggulangi maslah
K3 yaitu dengan membuat aturan K3 seperti pada
Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja
Program Jamsostek sebagai pengejawantahan dari
program K3 diwajibkan berdasarkan Pasal 2 Ayat 3
PP No. 14 Tahun 1993 bagi setiap perusahaan.

Undang-undang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang
Keselamatan
Kerja
diundangkan
pada
tahun
1970
dan
menggantikan Veilligheids Reglement pada
Tahun 1910 (Stb. No. 406).
Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan
kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi
terhadap pelanggaran terhadap undangundang ini dan juga mengatur tentang Panitia
Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Undang-undang No. 1 Tahun 1951


tentang Kerja
Di dalam UU No.1 tahun 1951 tentang Kerja,
mengatur tentang jam kerja, cuti tahunan, cuti
hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan
tentang kerja anak-anak, orang muda, dan
wanita, persyaratan tempat kerja, dan lainlain. Dalam Pasal 16 ayat 1 UU No. 1 Tahun
1951 yang menetapkan, bahwa Majikan
harus
mengadakan
tempat
kerja
dan
perumahan yang memenuhi syarat-syarat
kebersihan dan Kesehatan.

Undang-undang No. 2 Tahun 1952


tentang Kecelakaan Kerja
Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang
Kecelakaan Kerja, Undang-Undang
Konpensasi Pekerja (Workmen Compensation
Law) Undang-undang ini menentukan
penggantian kerugian kepada buruh yang
mendapat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


(KAK)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah


suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau
yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan
sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
Heinrich et al., 1980:
Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
atau yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan.
Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu
objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan

DAMPAK KECELAKAAN KERJA

CIDERA AKIBAT KECELAKAAN


KERJA

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al.


(1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya
yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor
Statistics,
U.S.
Department
of
Labor
(2008)
menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera
dan sakit terbagi menjadi:
Kepala > mata.
Leher.
Batang tubuh; bahu, punggung.
Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan,
tangan selain jari, jari tangan.
Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain
jari kaki, jari kaki
Sistem tubuh.
Banyak bagian

FAKTOR PENYEBAB
TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA

a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan,


ketrampilan, dan sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat
memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena
metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap
kerja yang tidak sesuai dan sebagainya.
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak
aman dari keberadaan mesin atau peralatan,
lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya
pemeliharaan/ perawatan mesin/peralatan sehingga
tidak bisa bekerja dengan sempurna

KATEGORI KECELAKAAN KERJA


1. Kecelakaan industri (industrial accident)
yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
karena adanya sumber bahaya atau bahaya
kerja.
2. Kecelakaan dalam perjalanan (commuty
accident) yaitu kecelakaan yan terjadi di luar
tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya
hubungan kerja.

ANALISIS KECELAKAAN KERJA


Analisis kecelakaan kerja berguna untuk mengetahui:
1. penyebab kecelakaan kerja
2. akibat kecelakaan kerja
3. langkahlangkah pencegahannya.
Penyebab Kecelakaan Kerja
1. perbuatan berbahaya
2. keadaan berbahaya
Tujuan Analisis Kecelakaan Kerja
1. Untuk menjawab pertanyaan mengapa kecelakaan dapat terjadi,
2. Sehingga dapat ditentukan bagaimana mencegah agar
kecelakaan
sejenis tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai