Anda di halaman 1dari 29

Risk = hazard x

Dampak bencana terhadap


kesehatan
Salah satu permasalahan kesehatan akibat bencana adalah
meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun
penyakit tidak menular. Bahkan, tidak jarang kejadian luar
biasa (KLB) untuk beberapa penyakit menular tertentu,
seperti KLB diare dan disentri yang dipengaruhi lingkungan
dan sanitasi yang memburuk akibat bencana seperti
banjir.Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan
keluhan yang yang paling banyak diderita pengungsi
sepuluh jenis penyakit bencana letusan Gunung Merapi
tahun 2010 di Kabupaten Sleman. Data EHA-WHO
Indonesia (2010) per 27 Oktober 2010 juga mencatat 91
korban bencana Merapi harus dirujuk ke RS Sardjito di
Yogyakarta, sebagian besar diantaranya karena mengalami
gangguan pernafasan dan/atau luka bakar.

Management bencana

Tindakan yang dilakukan saat terjadi


letusan gunung merapi
Hindari daerah rawan bencana : lereng
gunung, aliran sungai
Lindungi diri dari abu vulkanik
Siapkan diri untuk kemungkinan
bencana susulan
Memakai masker untuk menutupi
hidung dan mulut
Melindungi mata dari debu dengan
menggunakan kacamata

Dampak gempa
Sosial
tidak bisa menjalankan aktivitas
Syok pasca trauma
Susah berkomunikasi
Ekonomi
Kehialngan rumah
Kehilangan mata pencarian /perkerjaan
Trensportasi terganggu
Ekologi
Udra tercemar
Air tercemar
Timbul penyakit menular
Ekosistem terganggu

Kesimpulan
Bencana alam seperti gunung berapi
yang aktif merupakan masalah pada
kehidupan masyarakat sekitar seperti
kesehatan,sosial,ekonomi, dan ekologi.
Dalam penanganannya dibutuhkan
kerjasama berbagai pihak dari
pemerintahan hingga masyarakat
yang berada pada lokasi sekitar
daerah rawan bencana.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 1357 / Menkes /SK / XII / 2001

STANDAR MINIMAL
PENANGGULANGAN MASALAH
KESEHATAN AKIBAT BENCANA DAN
PENANGANAN PENGUNGSI

STANDAR MINIMAL
PELAYANAN KESEHATAN
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
GIZI DAN PANGAN
LINGKUNGAN
HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN
KEBUTUHAN DASAR KESEHATAN

1. PELAYANAN KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Penilaian situasi awal serta data informasi kesehatan berkelanjutan,
mencegah pertambahan/menurunkan tingkat kematian dan
jatuhnya korban akibat penyakit melalui pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan

B. Kesehatan Reproduksi
1. Keluarga Berencana (KB)
2. Kesehatan Ibu dan Anak antara lain :
Pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas
Pelayanan pasca keguguran.

3. Deteksi Dini dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS


4. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. PELAYANAN KESEHATAN
C. Kesehatan Jiwa
Penanggulangan penderita stress paska trauma
bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan,
konseling
bisa dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan,
yaitu :
1. Penyuluhan kelompok besar (lebih dari 20 orang)
2. Ahli Psikologi
3. Kader masyarakat yang telah dilatih

2. PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
A. Vaksinasi
Vaksinasi campak
Pemberian tablet vit A

B. Masalah Umum Kesehatan di


Pengungsian

2. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


PENYAKIT MENULAR
C. Manajemen Kasus
Semua anak yang terkena penyakit menular dirawat
selayaknya agar risiko-risiko lebih jauh terhindarkan,
termasuk kematian

D. Surveilans
Surveilans dilakukan terhadap beberapa penyakit
menular.

3. GIZI DAN PANGAN


A. Penanggulangan masalah gizi dipengungsian adalah sebagai berikut :
Tahap penyelamatan
Tahap tanggap darurat

Tahap Penyelamatan
Bertujuan agar para pengungsi tidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizi.
Tahap ini terdiri dari 2 fase yaitu :
1.Fase pertama (fase 1), maks. 5 hari

kegiatan :

Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin.


Pendataan awal jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur.
Penyelenggaraan dapur umum (merujuk ke Depsos), dengan
standar minimal

3. GIZI DAN PANGAN


2. Fase kedua (fase II)

Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi.


Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.
Merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi
Menyediakan paket Bantuan pangan (ransum) yang cukup,
mudah dikonsumsi oleh semua golongan umur
Tahap Tanggap Darurat
Dimulai selambatlambatnya pada hari ke 20 di tempat pengungsian
Kegiatan :

1.Melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang


balita 1014.9% atau 59.0% yang disertai dengan factor
pemburuk.

3. GIZI DAN PANGAN


2.Menyelenggarakan pemberian makanan
tambahan sesuaidengan jenis intervensi
yang telah ditetapkan pada tahap 1 fase
II (PMT darurat/Ransum, PMT darurat
terbatas serta PMT terapi).
3.Melakukan penyuluhan baik perorangan
atau kelompok
4.Memantau perkembangan status gizi
melalui surveilans.

SANITASI LINGKUNGAN
1.
2.
3.
4.
5.

AIR
PRASARANA DAN PERLENGKAPAN
PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA
LIMBAH PADAT
LIMBAH CAIR

AIR
A.Pengadaan Air
pengadaan air yang layak dikunsumsi, min 15
liter per orang, jarak sumber air maks. 500 mtr, 1
kran utk 80-100 orang

B.Kualitas air
Air di sumbersumber harus layak diminum dan
cukup volumenya untuk keperluan keperluan
dasar
Memenuhi kualitas fisik, biologik dan kimiawi
Kandungan E. coli 10 per 100 mL air (air yg
belum didesinfeksi)
Residu klorin 0,2 0,5 mg/L (air yg didesinfeksi)

Prasarana dan
Perlengkapan
Setiap keluarga mempunyai dua alat
pengambil air yang berkapasitas 1020 liter,
dan tempat penyimpan air berkapasitas 20
liter, sebaiknya berleher sempit dan tertutup
Setiap orang mendapat sabun ukuran 250
gram per bulan
Kamar mandi umum harus cukup banyak,
dipisahkan petak-petak untuk laki-laki dan
perempuan
Prasarana cuci pakaian dan peralatan rumah
tangga 1 bak maks utk 100 orang

Pembuangan Kotoran
Manusia
Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut
pembedaan jenis kelamin
Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman atau
1 menit dengan jalan kaki
Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang
kurangnya berjarak 30 meter dari sumber air bawah tanah
Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air
tanah.
Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke
sumber air manapun
Jamban umum tersedia di tempattempat seperti pasar,
titiktitik pembagian sembako, pusat pusat layanan
kesehatan dsb

Pengelolaan Limbah
Padat
A. Pengumpulan dan Pembuangan Limbah
Padat

Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur


Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya di
daerah pemukiman atau tempattempat umum.
Tersedia tempat sampah di tempat-tempat umum
2 drum sampah untuk 80-100 orang
Tempat/lubang Sampah Padat
Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya >15 meter dari
bak/lubang sampah keluarga, atau >100 meter jaraknya dari
lubang sampah umum
Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10
keluarga bila limbah rumah tangga seharihari tidak dikubur
ditempat

Pengelolaan Limbah Cair


(pengeringan)
A. Sistem pengeringan
Masyarakat memiliki lingkungan hidup seharihari yang
cukup bebas dari risiko pengikisan tanah dan genangan
air

B. Ukuran keberhasilan pengelolaan limbah cair:


Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titiktitik
pengambilan/sumber air untuk keperluan seharihari
Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui
saluran pembuangan air
Tempat tinggal, jalan jalan setapak, serta prasana
prasana pengadaan air dan sanitasi tidak tergenang air,
juga tidak terkikis oleh air

HALHAL YANG BERKAITAN DENGAN


KEBUTUHAN DASAR KESEHATAN
A. Penampungan Keluarga
B. Sandang
C. Kebutuhan rumah tangga

PASCA BENCANA
Pemulihan (recovery) adalah proses pemulihan darurat
kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula. Misal: perbaikan jalan, listrik, air bersih, dsb
Rehabilitasi (rehabilitation) adalah upaya langkah yang
diambil setelah kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan
fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda
perekonomian.
Rekontruksi (reconstruction) adalah program jangka
menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan
bencana dsb.
2. . Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan
bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.

Prabencana
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan,
bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana dsb
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana
ke daerah yang lebih aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan
masyarakat.
7. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis
8. Pengkajian / analisis risiko bencana

Kerentanan
1.
2.
3.
4.

Kerentanan
Kerentanan
Kerentanan
Kerentanan

Fisik
Ekonomi
Sosial
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai