Anda di halaman 1dari 36

ANAN

D
I
B
E
K
N
A
SUH
A
N
E
M
E
J
A
MA N
ALIN
S
R
E
B
U
B
I
PADA
IA
S
U
0
A
2
P
3
TH G
5
2
R
U
M
U
RI
A
H
NY. J
2
U
G
G
MIN
8
3
N
A
L
I
M
KEHA
KTIF
A
E
S
A
F
1
LA
A
K
U
T
R
A
P
N
I
AM
J
3
1
D
P
K
DENGAN
TA
O
K
G
N
A
R
E
AS S
M
S
E
K
S
U
P
DI
6
TAHUN 201

14. 065
Evitasari

14.012
Fitri Handayani

14.094
Siti Rohmah

14.047
Sri Wahyuni

Tinjauan
Kasus
Pasien datang ke Puskesmas Serang Kota pada tanggal 17 juni
2016 pada pukul 13.00 wib, nama pasien Ny.J umur 25 tahun,
suku/bangsa Indonesia, beragama islam,pendidikan terakhir SLTP,
pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, bersuami Tn. S umur 28 th
suku/ kebangsaan Indonesia, beragama islam, pendidikan terakhir
SLTA, pekerjaan sebagai karyawan, pasangan ini beralamat di Link
Ciwaktu Lor Rt. 002/ Rw.005. Pasien mengatakan sudah merasa
mulas sejak pukul 22.00 Wib tanggal 16 Juni 2016 dan sudah keluar
lendir bercampur darah

dan sudah keluar air-air pukul 03.00 wib

tanggal 17 juni 2016.


ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun, ini
kehamilan yang ke ketiganya, sudah pernah melahirkan dan belum
pernah keguguran. Ibu mengatakan HPHT tanggal 22 Oktober 2015

Lanjutan..

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan


umum ibu baik, keadaan emosional ibu stabil,
kesadaran ibu composmentis, TD 120/80 mmHg,
RR 21 x/m, S 36,6 c, N 82 x/m, LILA 24 cm, BB
52 kg, muka tidak odema, mata : conjungtiva
tidak pucat, kelopak mata ibu tidak odema,
sklera putih, payudara simetris, putting susu
menonjol,

tidak

ada

benjolan,

pengeluaran, tidak ada rasa nyeri.

tidak

ada

Lanjutan

Pada inpeksi abdomen perut membesar dengan arah


memanjang, linea nigra, tidak ada bekas luka operasi,
pada pemeriksaan kebidanan didapat kontraksi 3x 10
menit lamanya 35 detik, TFU 31 cm, leopold 1 difundus
perut ibu teraba janin bulat lunak tidak melenting,
Dibagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin
sedangkan, dibagian kanan perut ibu teraba janin
tahanan memanjang seperti papan, leopold III teraba
bagian janin bulat keras melenting tidak bisa di
goyangkan, leopold IV teraba 3/5 bagian janin
divergen. DJJ (+), frekuensi 142 x/m. Pemeriksaan VT :
Vulva-Vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak,
pembukaan 5cm, ketuban (+) jernih, presentasi kepala,
posisi ubun ubun kecil kiri depan, penurunan hodge 1,
molase tidak ada. Pemeriksaan laboratorium yaitu test
netirizine atau tes lakmus (+).

Lanjutan..

Diagnosa yang dapat di ambil pada Ny. J yaitu


G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu 2 hari inpatu
kala 1 Fase Aktif dengan KPD 10jam sedangkan
diagnosa pada janin tunggal hidup intra uterine
presentasi kepala.

Diagnosa potensial : pada ibu yaitu infeksi


maternal,partus lama, pada bayi yaitu asfiksia,
fetal distress dan infeksi.

Lanjutan..

Tindakan segera yaitu memberikan


amoxilin 2 gram melalui injeksi IV

therapy

sesuai pemeriksaan maka asuhan yang akan


dilakukan pada Ny. J sebagai berikut :
melakukan informed consent, memberitahu hasil
pemeriksaan, memasang infus dan memberikan
therapy amoxilin 2 gram melalui injeksi IV.

Lanjutan..

Menganjurkan posisi yang nyaman seperti miring


kiri atau miring kanan, memberikan support
mental,
menganjurkan
ibu
untuk
memilih
pendamping persalinan, seperti suami, orangtua
atau keluarga lainnya. Menganjurkan ibu relaksasi
saat tidak ada his yaitu Tarik nafas dari hidung
dan keluarkan dari mulut, memberikan nutrisi dan
hidrasi di sela sela his jika memungkinkan,
memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan
BAK, menyiapkan alat partus set, hecting set, dan
alat resusitasi kain ibu dan bayi, melakukan
observasi His, DJJ, Nadi, setiap 1 jam sekali,
observasi terlampir dalam pemantauan kala I.

Kala 1 fase aktif pukul 14.00 wib

Pada pemeriksaan umum didapatkan data


bahwa keadaan umum ibu baik, keadaan
emosional ibu stabil, kesadaran ibu
composmentis, TD 120/80 mmHg, RR 21 x/m,
S 36,6 c, N 82 x/m, DJJ (+), frekuensi 142 x/m,
His : 3x1035.

Kala 1 fase aktif pukul 14.00 wib

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi


inpartu, pukul 13.00 WIB oleh bidan. Dinding
vagina tidak ada kelainan, portio tipis
konsistensi lunak, pembukaan serviks 5 cm,
ketuban
(-)
presentasi
fetus
kepala,
penurunan bagian terendah di hodge II posisi
ubun ubun kecil kiri depan,
Dari hasil pemeriksaan diatas didapatkan
diagnosa Ny. J usia 25 tahun G3P2A hamil 38
minggu 2 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan
KPD 10 jam.

Kala 1 fase aktif pukul 14.00 wib

Evaluasi : yang didapatkan yaitu ibu sudah


mengerti apa yang dijelaskan bidan dan ibu
mau melakukan anjuran bidan.

Kala II fase aktif pukul 14.00 wib

Ibu mengeluh mules semakin kuat dan sering,


adanya dorongan ingin meneran. Keadaan umum
ibu baik, kesadaran ibu composmentis, keadaan
emosional ibu stabil, infus masih terpasang, his
4x 1045 detik, denyut jantung janin 143 x/m,
pemeriksaan
dalam
atas
indikasi
menilai
kemajuan persalinan : Vulva-vagina tidak ada
kelainan, portio tidak teraba, pembukaan serviks
lengkap 10cm, ketuban (-) presentasi fetus
kepala, penurunan bagian terendah di hodge III,
molase tidak ada.

Kala II fase aktif pukul 14.00 wib

Didapat diagnosa Ny. J usia 25 tahun G3P2A


hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala II dengan
KPD 13 jam janin tunggal hidup intra uterin
presentasi kepala. Asuhan yang diberikan pada
Ny. J adalah sebagai berikut : Memberitahu ibu
hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah
lengkap dan ibu sudah siap untuk mengedan,
mengajarkan ibu teknik meneran yaitu gigi
ketemu gigi, pandangan melihat keperut, kedua
tangan memegang paha, mengedan seperti
ingin BAB, mengatur posisi ibu, ibu dalam
litotomi. Memantau observasi DJJ pada saat
tidak ada his, djj 143 x/m , menolong persalinan
dengan teknik APN.

Kala II fase aktif pukul 14.00 wib

Evaluasi : pukul 16.15 WIB bayi lahir spontan,


segera menangis, kulit kemerahan, gerakan
aktif, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3200
gram, panjang badan 49 cm, anus (+) cacat
(-)

Kala III fase aktif pukul 14.00 wib

Ibu mengatakan masih merasa mulas, dari


pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil,
keadaan
umum
ibu
baik,
kesadaran
composmentis, keadaan emosional ibu stabil,
TFU sepusat, Kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, tampak tali pusat didepan
vulva, perdarahan 50cc, terdapat tandatanda pelepasan plasenta : semburan darah
tiba-tiba, uterus globuler dan tali pusat
memanjang.

Kala III fase aktif pukul 14.00 wib

Dari
hasil
yang
dilakukan
didapatkan
diagnosa
P3A0
partus
kala
III.
Penatalaksanaan
yang
diberikan
yaitu
memastikan tidak ada janin kedua, janin
kedua tidak ada. Memberitahu ibu akan
disuntik oksitosin 10 IU (IM). Menyuntikkan
oksitosin
1/3
paha
atas.
Melakukan
peregangan tali pusat terkendali. melahirkan
placenta, melakukan masase fundus 15 detik,
mengajarkan ibu untuk masasse fundus. Infus
masih terpasang.

Kala III fase aktif pukul 14.00 wib

Evaluasi : pukul 16.25 WIB placenta lahir


spontan dan utuh, berat plasenta 500 gram,
kotiledon utuh, tebal 3 cm, insersi tali pusat
sentralis, panjang tali pusat 50 cm, diameter
15 cm, tidak ada kelainan placenta bilobata.

Kala IV fase aktif pukul 14.00 wib

Ibu mengatakan senang atas kelahiran


bayinya, dari pemeriksaan yang dilakukan
didapatkan hasil, keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis, keadaan emosional
ibu stabil, TD 110/70 mmHg, Nadi 81 x/m
Respirasi 21 x/m Suhu 36,6c, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan 150 cc, laserasi :
Grade II dari hasil pemeriksaan di dapat
diagnosa P3A0 partus kala IV.

Kala IV fase aktif pukul 14.00 wib

Tindakan yang dilakukan : memberitahu hasil


pemeriksaan k/u baik, TD 110/70 mmHg, Nadi
81 x/m, Respirasi 21 x/m Suhu 36,6oc
membersihkan
ibu
dan
tempat
tidur,
dekontaminasi alat di air clorin 0,5 % selama 10
menit, melakukan observasi kala IV selama 15
menit sekali pada 1 jam pertama, dan 30 menit
pada jam kedua, meliputi TD, nadi , suhu, TFU,
kontraksi, kandung kemih, perdarahan.

Kala IV fase aktif pukul 14.00 wib

Evaluasi observasi telah dilakukan dan


terlampir dalam partograf.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Data objektifnya yang diambil dari kasus KPD


yaitu palpasi leopold (polyhidramnion, hamil
ganda), kelainan letak (lintang, sungsang).
Vagina Toucher (VT) pada primigravida < 3
cm dan pada multigravida < 5 cm (dr.
Indogramers, 2009), pemeriksaan inspekulo,
inspeksi genetalia untuk melihat adanya
cairan yang keluar dari ostium serviks,
aroma air ketuban yang amis dan seperti bau
amoniak
(Varney,
2008).
Pemeriksaan
ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium
uji pakis (+) dan tes lakmus (tes netrizine).
(Saefudin, 2009)

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek

Data Obyektif yang didapat TD : 110/70


mmHg, Djj 142 x/m hasil pemeriksaan VT :
Vulva-Vagina tidak ada kelainan, portio tipis
lunak, pembukaan 5cm, ketuban (-) jernih,
presentasi kepala, posisi ubun ubun kecil kiri
depan, penurunan hodge II, molase tidak
ada. Pada Ny. J juga dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu test netrizine dan di dapat
hasilnya (+).
Hal ini membuktikan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek dalam menegakan
diagnosa dalam kasus KPD.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Diagnosa ketuban pecah dini ditegakan


berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian
berupa
keluarnya
cairan
merembes melalui vagina, aroma air ketuban
berbau amis mungkin cairan tersebut
merembes atau menetes sehingga ada
perasaan
basah
di
celana
dalamnya
(Rukhiyah, 2011).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam
belum
memulainya
tanda
persalinan

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek

Pada kasus didapatkan diagnosa Ny. J umur 25


th G3P2A0 hamil 38 minggu 2 hari inpartu kala I
fase Aktif dengan KPD 13 jam. Dasar dari
diagnosa tersebut adalah pasien datang ke
Puskesmas Serang Kota pada tanggal 17 juni
2016 pada pukul 13.00 wib, Pasien mengatakan
sudah merasa mulas sejak pukul 22.00 Wib
tanggal 16 Juni 2016 dan sudah keluar lendir
bercampur darah dan sudah keluar air-air pukul
03.00 wib tanggal 17 juni 2016. Pada
pemeriksaan VT : Vulva-Vagina tidak ada
kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5cm,
ketuban (-) jernih, presentasi kepala, posisi ubun
ubun kecil kiri depan, penurunan hodge II,

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah


Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, asfiksia dan hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal. Untuk Antisipasi infeksi
dilakukan pemberian antibiotik hipoksia dan
asfiksia antisipasinya diberikan pemberian
oksigen, dan menganjurkan ibu miring kiri
agar pembuluh darah tidak terjepit, sehingga
tidak menghambat suplai oksigen ke janin
(Saefudin, 2009).

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek

Dalam praktek bidan sudah melakukan


antisipasi
masalah
dengan
pemberian
antibiotik amoxilin 2 gram melalui injeksi IV
untuk mencegah infeksi maternal dan
postpartum. Mengajurkan ibu miring kiri agar
oksigen pada ibu tidak terhambat.
Antisipasi masalah yang dilakukan di
Puskesmas Serang Kota membuat diagnosa
potensial dari kasus ini tidak terjadi, pada
langkah ketiga ini, sudah sesuai antara teori
dan praktek.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan


oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di
akhiri:
a) bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan
serviks dengan prostaglandin kemudian
induksi.
Jika
tidak
berhasil
akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
b) bila skor pelvik > 5 induksi persalinan,
partus pervagina.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek

Tindakan segera yang dilakukan yaitu


pemberian antibiotik amoxilin 2 gram melalui
injeksi IV dengan dilakukannya kolaborasi
dengan dokter SpoG Tim PONED dan
dilakukan induksi.
Pada langkah ke IV ini sudah sesuai antara
teori dan praktek.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada


kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara
lain:
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika
dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
a) bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks
dengan prostaglandin kemudian induksi. Jika
tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesaria.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek
1.

Lakukan informed consent

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Beritahu hasil pemeriksaan


Lakukan pemasangan infus
Lakukan skin test Amoxilin
Berikan antibiotik Amoxilin 2 gr melalui IV
Lakukan induksi dengan drip oksitosin
Berikan therapy obat
Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman selama proses
persalinan
Berikan dukungan dan support mental
Anjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan
Anjurkan ibu untuk relaksasi saat tidak ada his
Berikan nutrisi dan hidrasi dsela-sela his jika memungkinkan
Beritahu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
Siapkan alat partus set, hecting set, serta obat-obatan dan alat
resusitasi
Lakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan patograf
Lakukan pendokumentasian

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Teori

Menurut teori pada langkah VI pelaksanaan


disesuaikan dengan rencana manajemen
yang telah dibuat, demi kelancaran dalam
pelaksanaan agar tidak terjadi komplikasi
yang tidak diharapkan (Rusmianti, 2006).
Pada kasus Ny. J dengan ketuban pecah dini
(KPD) pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Kesenjangan teori dan praktek tidak ada,
hanya terdapat perubahan waktu pada
proses pelaksanaan.

BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS
Praktek

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan


dari asuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini (KPD), meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah dapat dianggap
efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif (DEPKES RI,
2006)
Berdasarkan hasil evaluasi penanganan pada kasus Ny.J
dengan ketuban pecah dini (KPD) penanganannya
berjalan dengan baik, ibu tidak mengalami komplikasi
bagi ibu maupun bagi janin sehingga dapat di
simpulkan bahwa semua pelaksanaan asuhan Ny. J
sudah berjalan secara efektif.

Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
(KPD), meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah dapat dianggap efektif jika
memang
benar
dalam
pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif (DEPKES RI, 2006)
Berdasarkan hasil evaluasi penanganan pada kasus Ny. J
dengan ketuban pecah dini (KPD) penanganannya
berjalan dengan baik, ibu tidak mengalami komplikasi
bagi ibu maupun bagi janin sehingga dapat di simpulkan
bahwa semua pelaksanaan asuhan Ny. J sudah berjalan
secara efektif.

Pendokumentasia
n SOAP
Dokumentasi dalam bentuk SOAP menurut
varney
adalah
alur
berfikir
bidan
saat
menghadapi klien meliputi 7 langkah agar orang
lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sistematis
(atik purwadi, 2006)
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek. Dimana pada kasus Ny.
J dengan ketuban pecah dini (KPD) catatan
perkembangannya di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP sehingga bidan dapat berfikir
sistematis dalam melakukan setiap tindakan.

Kesimpula
n
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. J
penulis tidak mengalami kesulitan karena
selama penulis melakukan pengkajian klien
sangat
kooperatif.
Sehingga
penulis
mendapatkan data sesuai dengan yang
dibutuhkan. Dari seluruh pembahasaan pada
langkah I-VII tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai