Anda di halaman 1dari 10

PUSAT PENYELAMATANsatwa

SATWA
Pusat Penyelamatan
WILDLIFE
RESCUE
KALAWEITKALAWEIT
WILDLIFE
RESCUE

Oleh:
Kelompok 1
SONIA WULANDARI
UNIVERSITAS MATARAM

Sejarah Kalaweit

Pendiri dari organisasi ini adalah Aurlien Brule (lebih dikenal sebagai "Chanee
Kalaweit"), seorang Prancis muda yang lahir pada tahun 1979 di Frjus (Var), di
selatan Perancis. Kalaweit berarti "Gibbon" di Dayak (bahasa penduduk asli
Kalimantan), sedangkan "Chanee" juga berarti gibbon, tetapi dalam bahasa Thai.

Organisasi Kalaweit diciptakan di Perancis pada tahun 1997 di bawah hukum


Perancis dari tahun 1901. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan owa
Indonesia dan habitatnya. Pada awalnya, proyek ini diluncurkan dengan nama
"Etho-Gairah", kemudian dengan cepat berganti nama mejadi Kalaweit
Project.

Chanee Kalaweit datang ke Indonesia pada tahun 1998, dan Proyek Kalaweit
mulai beroperasi pada tahun 1999, tahun di mana tempat kudus owa pertama
didirikan setelah penandatanganan kesepakatan awal dengan pemerintah
Indonesia.

Kalaweit mejalankan program konservasi satwa liar (khususnya owa2) di


Kalimantan dan Sumatra, bekerjasama dengan pemerintah Indonesia

Lanjutan sejarah

Pada tahun 2004 Kalaweit menandatangani perjanjian kerjasama Nasional


dengan Departemen kehutanan indonesia, memungkinkan Kallaweit untuk
menyelamatkan Owa-owa di seluruh Indonesia.

Tujuan berdirinya kalaweit

Selain untuk menyelamat owa dan habitatnya, yayasan Kalaweit juga


memiliki tujuan-tujuan lain yaitu:
1.

penyelematan, rehabilitasi, sanctuary bagi satwa liar yang menjadi


korban pemburuan atau pembukaan lahan.

2.

penyelamatan satwa liar yang masih di habitatnya, dengan


mengamankan hutan.

3.

Menyampai informasi untuk masyarakat melalui Radio Kalaweit


(99.1 FM di Palangka Raya), dan program televisi.

Manajemen Pengelolaan
Berikut ini struktur kelembagaan dari Kalaweit yaitu:
Presiden & pendiri Kalaweit : Chanee
Bendahara : Jean-Marc Bouve
Sekretaris : Carine Le Thanh

Di Indonesia, 50 karyawan bekerja untuk Kalaweit termasuk:

Henny: Direktur keuangan

Nanto: Kepala Pararawen Gibbon Conservation Centre di Kalimantan

Feri: Direktur Proyek di Sumatera

Ori: Akuntan (Sumatera)

Carlo: kepala program adopsi

Rina: kepala tim dokter hewan.

Dokter hewan, teknisi, koki, sipir dan akuntan, semua memainkan peran penting dan
memungkinkan Kalaweit untuk ada.

Lanjutan
Pada bagian Indonesia dari pulau Kalimantan ada tiga fasilitas yaitu :
1.

Palangka Raya (Kalimantan Tengah): pusat logistik dan tempat di mana


Kalaweit FM Radio dikeluarkan.

2.

Pararawen: ini adalah tempat kudus di mana binatang berada (350 km


sebelah utara dari Palangka Raya).

3.

Hampapak: ini adalah tempat di mana hewan ditempatkan dalam kebebasan


dikendalikan. Hal ini terletak di sebuah pulau di Danau Hampapak

Pada Tahun 2009 Kalaweit diberi tanggung jawab mengelola cadangan


Pararawen, meliputi 5.300 hektar dan terletak di utara-timur provinsi Kalimantan
Tengah Kalimantan, dalam kemitraan dengan Departemen Kehutanan.
Pusat Sumatera terletak di Marak Island, sebuah pulau tak berpenghuni kecil
1.000 hektar, di mana owa dapat dipersiapkan untuk rilis. Ini adalah 5 km di
lepas pantai pulau Sumatera
Kalaweit Memiliki 2 pusat rehabilitasi (dengan lebih dari 300 Gibbons dan siamang) yaitu
Pararawen Gibbon Conservation Centre (di Kalimantan tengah) dan Supayang Gibbon
Conservation Centre (di Sumatra barat)

Jenis satwa yang dikelola


Sejak tahun 1997, Chanee sudah mendedikasikan diri untuk
menyelematkan satwa liar di Kalimantan dan Sumatera.
Awalnya Chanee hanya fokus menyelamatkan primata jenis
owa, salah satu satwa endemik di hutan Indonesia.
Upaya penyelamatan bertambah ke Satwa jenis lain, mulai
dari buaya, kelelawar, orang utan, beruang dan lain-lain.
Di pulau Marak, tercatat sekitar 55 ekor Siamang dan 26
ekor ungko, menjalani proses rehabilitasi.

Aktifitas Pengelola

Memeriksa beberapa satwa hasil sitaan dari masyarakat.

Mengumpulkan satwa yang dipelihara oleh masyarakat.

Pemasangan kamera trap pada kawasan

Melakukan rehabilitasi pada satwa

Melakukan patroli lima kali dalam seminggu dengan


menggunakan kuda agar ramah lingkungan.

Hambatan dan Ancaman


Kerusakan

Habitat yang disebabkan oleh


kebakaran.

Pemanfaatan

yang berlebihan seperti perdagangan


tumbuhan dan satwa yang semakin meningkat.

Deforestasi
Perburuan
Konflik

di wilayah Hampapak

liar

antara satwa dengan masyarakat

Terkadang

Hewan Yang Telah Tuhan


Ciptakan Tidak Sesempurna Manusia ,
Namun Hewan Bisa Memberikan
Pelajaran Yang Sempurna

Anda mungkin juga menyukai