Anda di halaman 1dari 33

Ringkasan Materi Genetika

Mata Kuliah Biopsikologi

KP A

Oleh:

Kelompok 10

No. Nama NRP


1. Emily Griselda 150116269

2. Zahra Maulidya 150116045

3. Vinnie Gunadevi Wijaya 150116183

4. Kezia Eunike Susanto 150116126

5. Heny Septiana Hodinata 150116046

6. Devin Sandy Putra 150116292

Universitas Surabaya

Fakultas Psikologi

2017

1
Daftar Isi

Daftar Pustaka ............................................................................................................................................... i

Share Learned Lesson .................................................................................................................................... ii

Rangkuman Hasil Bacaan 1 ............................................................................................................................ 1

Rangkuman Hasil Bacaan 2 ............................................................................................................................ 5

Rangkuman Hasil Bacaan 3 ............................................................................................................................ 11

Rangkuman Hasil Bacaan Tambahan ............................................................................................................... 22

Rangkuman Materi ......................................................................................................................................... 24

Referensi Tambahan ...................................................................................................................................... 29

i
Share Learned Lesson

Emily Griselda /150116269

Melalui pembuatan ringkasan materi kali ini saya mempelajari beberapa hal mengenai genetika manusia, khusunya
perihal pengaruh genetika terhadap lingkungan dan sebaliknya. Pada penelitian mengenai selective breeding terhadap
tikus maze-bright dan maze-dull menunjukkan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor belajar atau
pengalaman saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor genetik, dalam hal ini perkembangbiakan selektif.

Kemudian kelainan genetika berupa PKU (phenylketonuria) yang dapat dicegah kemunculannya dengan diet phenilanin
menunjukkan bahwa perkembangan PKU adalah hasil dari interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan (diet phenilanin).

Zahra Maulidya/150116045

Setelah meringkas materi genetika ini saya dapat lebih mengetahui bahwa manusia memiliki pasangan kromosom seks,
yaitu kromosom X dan Y. Kedua kromosom tersebut memiliki perbedaan dan membawa gen-gen yang juga berbeda.
Hampir semua sifat jenis kelamin dikontrol oleh kromosom X karena kromosom Y kecil dan hanya membawa beberapa
gen. Perempuan juga memiliki peluang lebih besar untuk mewarisi gen dominan karena memiliki kromosom X dua kali
lebih banyak.

Vinnie Gunadevi Wijaya/150116183

Setelah mempelajari dan meringkas materi genetika saya dapat memahami lebih dalam mengenai pengaruh genetika
dalam perilaku seseorang. Unsur genetika dan pengaruh lingkungan adalah hal-hal yang membentuk perilaku seseorang.
Suatu perilaku tidak akan terbentuk apabila gen tidak diekspresikan (tidak dipicu) oleh suatu pengalaman. Dapat
dikatakan untuk hanya menitikberatkan perilaku kepada salah satu faktor (genetika atau lingkungan) tidaklah benar
karena keduanya memiliki porsi yang hampir sama dalam membentuk perilaku. Walaupun ada beberapa penyakit yang
dapat diturunkan melalui hereditas, bukan berarti penyakit itu tak dapat ditangani, karena dengan intervensi lingkungan,
kita dapat memperbaiki keadaan itu. Jadi dapat disimpulkan perilaku kita dibentuk oleh kombinasi kompleks antara
genetika dan lingkungan.

Kezia Eunike Susanto/150116126

Lewat peringkasan materi, saya belajar bahwa yang mempengaruhi diri dan perilaku tidak hanya lingkungan tetapi ada
genetik yang sama-sama bekerja dengan keadaan lingkungan. kode genetik bisa berubah akibat mutasi-mutasi gen
dalam diri. Hanya dengan perubahan satu kode gen, dapat merubah seluruh perilaku seseorang. Beberapa penyakit
dapat muncul akibat lingkungan tapi berdampak pada keturunannya (pewarisan sifat).

ii
Heny Septiana Hodinata/150116046

Dari pembagian tugas merangkum, saya jadi tahu tidak hanya lingkungan yang mempengaruhi seseorang namun gen
yang diwariskan oleh orang tua juga berperan penting dalam perilaku seseorang. Saya juga baru mengetahui ada
kelainan genetik yaitu PKU (phenylketonuria) yang dapat dicegah dengan diet phenilanin.

Devin Sandy Putra/150116292

Setelah saya meringkas dan membaca tentang topik yang sudah diberikan kepada saya, saya mempelajari dua hal
penting. Yang pertama adalah pentingnya peran sel yang mempunyai nukleus yang berisikan kromosom DNA. Selain
DNA tersebut berisikan kode-kode genetik yang membentuk perilaku dan fisik manusia, DNA, secara tidak langsung,
juga berguna untuk pembuatan protein yang tersusuan dari untaian asam amino. Sehingga, secara garis besar sel adalah
sangat berguna untuk sintensis protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Hal kedua yang saya dapatkan adalah,
genetik juga menjadi salah satu faktor dalam mempengaruhi perkembangan manusia, bukan hanya faktor eksternal
(lingkungan). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang beberapanya adalah twin studies, adoption studies,
genomic studies, targeted mutations, dan antisense oligonucleotides. Kelima eksperimen ini dapat mengkomparasikan
data, bagaimana bukan hanya nurture yang mempengaruhi manusia, tetapi nature atau faktor internal juga berperan
sangat besar.

iii
Hasil Bacaan 1

Kalat, James W. (2016). Biological Psychology (12th ed). Boston: Cengage Learning.

Segalanya yang kita lakukan berhungan dengan gen dan lingkungan kita. Peneliti mencoba untuk meneliti
ekspresi orang yang telahir buta dan keluarganya yang tidak terlahir buta, hasilnya menunjukkan bahwa mereka tidak
terlalu memiliki perbedaan ekspresi. Dapat disimpulkan bahwa peran genetik cukup besar dalam mengendalikan ekspresi
wajah.

Genetika Mendelian

Mendel mendemonstrasikan, hereditas diturunkan melalui gen, bagian dari hereditas yang menjaga identitas struktur
dari satu generasi ke generasi lainnya. Sama halnya dengan kromosom (untaian dari gen), gen yang tersusun
sepanjang kromosom memiliki pasangannya masing-masing. Gen yang merupakan bagian dari kromosom, terbentuk
dari molekul untai ganda deoxyribonucleic acid (DNA). Sebuah untaian dari DNA akan menyediakan sebuah urutan
model sebagai tempat sintesis molekul kimiawi untai tunggal, ribonucleic acid (RNA). Salah satu jenis RNA, RNA-
messenger menyediakan urutan model untuk sintesis molekul protein. DNA mengandung 4 dasar, adenin, guanine,
cytosine, dan thymine yang urutannya akan berkorespondensi dengan dasar molekul RNA adenine, guanine,
cytosine, dan urasil. Urutan dari RNA akan menentukan urutan dari asam amino yang membentuk protein. Sebagian
dari protein akan membentuk bagian dari tubuh, sementara yang lainnya akan bekerja sebagai enzim, katalis biologis
yang meregulasi reaksi kimia dalam tubuh.

Sintesis protein berhubungan dengan ekspresi gen yang merupakan proses penerjemahan gen menjadi urutan asam
amino. Sintesis protein terdiri atas 2 tahap; Transkripsi dan Translasi. Tahap pertama adalah transkripsi, urutan rantai
nukleuotida dari DNA untai ganda disalin untuk membentuk satu rantai RNA. Proses kedua, translasi, rantai RNA akan
diikat melalui pegerakan ribosom di sitoplasma untuk menerjemahkan rantai RNA menjadi urutan asam amino, dan yang
nantinya akan membentuk rantai polipeptida (Firmansyah et al., 2007).

Seseorang yang memiliki sepasang gen yang identik pada 2 kromosom, memiliki gen homozygous. Sementara, individu
yang memiliki gen yang tidak berpasangan, memiliki gen heterozygous. Gen dominan memiliki pengaruh yang besar
pada keadaan homozygous maupun heterozygous. Gen resesif hanya memiliki pengaruh pada keadaan homozygous.
Gen yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap rasa phenylthiocarbamide (PTC) adalah gen dominan, dan gen yang
memiliki sensitivitas rendah adalah gen resesif. Orang yang memiliki dua gen resesif akan kesulitan merasakannya.
Misalnya, pada suatu keluarga dengan ayah yang memiliki gen heterozygous T, yang merupakan gen dominan dapat
merasakan PTC dan t gen resesif yang memiliki sensitivitas rendah memiliki anak dengan ibu yang memiliki gen
heterozygous yang sama. Setiap orang tua menyumbangkan kedua macam gen tersebut kepada anaknya. Namun,
kemungkinan keturunan yang dihasilkan adalah 25% dengan gen TT, 50% gen heterozygous (Tt), dan 25% gen
homozygous (tt). Pengaruh genetik lebih kompleks daripada yang kita bayangkan.

1
Kromosom dan pindah silang

Setiap kromosom terlibat dalam reproduksi dan tidak saling bergantung satu sama lain. Tiap spesies memiliki jumlah
kromosom tertentu. Misalnya, jika individu memiliki gen BbCc di mana gen B dan C tidak dalam satu kromosom yang
sama, maka penurunan gen B atau b tidak tergantung pada gen C atau c. Sepasang kromosom dalam proses reproduksi
dapat mengalami kepatahan dan penyambungan ulang sedemikian rupa, sehingga bagian kromosom yang satu
tersambung dengan bagian kromosom yang lain.

Gen Sex-Linked dan Sex-Limited

Gen yang berada pada kromosom seks (X dan Y pada mamalia) disebut sebagai gen sex-linked (gen tepaut kelamin).
Sementara, kromosom yang lain adalah kromosom autosomal, dan gennya dikenal sebagai gen autosomal. Kromosom
Y lebih kecil dan memiliki protein yang lebih sedikit daripada kromosom yang lain. Salah satu penurunan yang diatur
oleh gen sex-linked adalah buta warna merah-hijau. Berbeda dengan gen sex-linked, gen sex-limited (gen terbatas
kelamin) hadir pada kedua jenis kelamin namun hanya bertindak lebih aktif pada satu jenis kelamin saja. Misalnya gen
yang mengatur jumlah rambut pada dada laki-laki, ukuran payudara wanita, jumlah jengger pada ayam, dan jumlah
telur pada ayam betina.

Perubahan Genetik

Rekombinasi menghasilkan satu set gen baru setengah bagian berasal dari ayah, sisanya dari ibu. Set gen yang baru
tersebut akan menghasilkan karakteristik yang berbeda dari kedua orang tuanya. Mutasi, adalah perubahan pada
molekul DNA yang dapat diturunkan. Mutasi sangat jarang bersifat menguntungkan. Bentuk mutasi yang lain adalah
duplikasi dan delesi. dalam proses reproduksi, bagian dari kromosom yang semestinya muncul hanya satu kali dapat
muncul dua kali atau bahkan tidak muncul sama sekali.

Epigenetics

Epigenetics adalah bidang ilmu yang mempelajari perubahan dalam ekspersi gen. berbagai macam pengalaman dapat
mengaktifkan ataupun menonaktifkan suatu gen. Walaupun beberapa individu memiliki gen yang sama dan berada pada
lingkungan yang sama pula, mereka dapat tumbuh berbeda-beda dan mekanismenya adalah epigenetics. Bagaimana
pengalaman dapat memodifikasi ekspresi gen? sebuah protein yang disebut histones membentuk DNA sehingga
berbentuk seperti gulungan benang disisi bola. Molekul histone pada bola memiliki ujung yang longgar yang dapat
ditempeli oleh beberapa kelompok kimiawi. Untuk mengaktivasi suatu gen, DNA harus dilepaskan dari gulungan histones.
Hasil dari sebuah pengalaman, menyebabkan perubahan lingkungan kimia pada suatu sel. Pada beberapa kasus, hasilnya
adalah penambahan kelompok asetil pada ujung ekor histone di dekat sebuah gen, yang menyebabkan histone
menlonggarkan ikatannya terhadap DNA, hal itulah yang menyebabkan ekspresi dari gen tersebut.

Hereditas dan Lingkungan

Jika suatu variasi pada beberapa karakteristik bergantung lebih besar pada perbedaan genetik, karakteristik tersebut
memiliki heretabilitas yang tinggi. Untuk menentukan heretabilitas dari beberapa karakteristik, peneliti bergantung pada
3 bukti. Pertama mereka membandingkan kembar monozigot (dari satu telur) dan kembar dizigot (dari dua telur).
2
Hasilnya ditemukan lebih banyak persamaan pada kembar monozigot yang membuktikan peran genetik. Namun hasil
tersebut kurang definitif karena orang yang terlihat sama cenderung diperlakukan sama. Bukti yang kedua adalah
penelitian anak adopsi. Berbagai kecenderungan dari anak adopsi dengan orang tua biologisnya dianggap memiliki
pengaruh herditas. Namun lagi-lagi hasilnya belum definitive karena ibu biologis anak adopsi tak hanya menurunkan
gennya tapi juga lingkungan prenatalnya. Kemiripan antara anak adopsi dan ibu genetis merefleksikan pengaruh genetik
dan pengarug prenatal. Bukti yang ketiga adalah dengan mengidentifikasi gen yang spesifik terhadap perilaku yang
spesifik pula. Namun penelitian mengenai hal tersebut menimbulkan banyak hipotesis dan beresiko karena melakukan
asosiasi yang salah. Dengan pengaruh lingkungan yang cukup kuat, pengaruh genetik berkurang dan kemungkinan
hereditas menjadi berkurang, Kemungkinan dari hereditas tak pernah absolut.

Modifikasi Lingkungan

Sebuah trait yang memiliki heretabilitas tinggi dapat dimodifikasi oleh intervensi lingkungan. Contohnya adalah
phenylketonuria atau PKU, ketidakmampuan genetic untuk memetabolisme asam amino fenilanin. Jika PKU tidak
ditangani, fenilanin akan berakumulasi menjadi level yang beracun, menyebabkan gangguan pada perkembangan otak
yang menyebabkan seorang anak menderita cacat mental. Walaupun PKU adalah kondisi hereditas, intervensi lingkungan
dapat memodifikasinya. Jika seorang bayi memiliki level PKU yang tinggi, tenaga medis akan memberi masukan kepada
orang tuanya untuk menjaga makanan anaknya dengan melakukan diet fenilanin rendah yang ketat. Kesuksesan diet
ini menunjukkan bahwa kemungkinan hereditas tidak berarti tak dapat dimodifikasi.

Pengaruh Gen terhadap Perilaku

Bagaimana suatu gen meningkatkan kemungkinan dari suatu perilaku adalah masalah yang kompleks. Beberapa gen
mengontrol kegiatan kimiawi otak, namun gen lainnya mempengaruhi perilaku secara tidak langsung. Misalnya saja, gen
membuat Anda terlihat sangat menarik, sehingga setiap orang asing yang lewat di depan Anda akan tersenyum kepada
Anda, dan banyak orang ingin mengenal Anda. Reaksi mereka terhadap penampilan Anda akan merubah kepribadian
Anda pula, jika demikian gen mempengaruhi perilaku Anda dengan mempengaruhi lingkungan Anda.

Kasus kasus yang membingungkan

Manusia adalah hewan percobaan yang sulit penanganannya. Para peneliti tidak dapt mengatur pewarisan sifat dan
lingkungn manusia, bahkan metode perkiraan pewarisan sifat terbaik merekapun dapat menghasilkan kesalahan.

Pengaruh lingkungan tertentu dapat menginaktivasi sebuah gen dengan cara menambahkan gugus metil pada gen
tersebut. Jika pengaruh genetik atau prenatal menghasilkan peningkatan terhadap suatu perilaku, maka tedensi awal
perilaku tersebut akan mengubah lingkungan sedemikian sehingga memperkuat tedensi perilaku tersebut.

Evolusi Perilaku

Evolusi adalah perubahan frekuensi gen di dalam satu populasi yang terjadi dari generasi ke generasi. Pertanyaan
mengenai bagaimana cara suatu spesies berevolusi adalah pertanyaan yang menyelidiki bagaimana terjadinya proses
evolusi. Dalam garis bedarnya, proses tersebut merupakan sebuah kebutuhan logika. Artinya, dari apa yang kita ketahui
mengenai reproduksi maka evolusi adalah sebuah keharusan. Alasannya, yaitu:
3
1. Umumnya keturunan memiliki kemiripan dengan orang tuanya karena alasan alasan genetika.
2. Mutasi dan rekombinasi gen terkadang menghasilkan variasi yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Hal
tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
3. Beberapa individu bereproduksi lebih banyak daripada individu lain.
4. Beberapa individu memiliki tingkat keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi dari pada individu lain, sehingga
dapat menurunkan gen mereka ke generasi berikutnya.

Karena peternak dan petani binatang dan tumbuhan telah mengerti hal ini sejak lama, mereka memilih inividu dengan
trait yang diinginkan dan membuat mereka menjadi orang tua dari generasi selanjutnya, proses tersebut dikenal dengan
nama seleksi buatan (artificial selection). Teori evolusi Lamarck, atau yang dikenal sebagai Lamarckian
evolution, menyampaikan bahwa penurunan hanya terjadi pada karakteristik yang dibutuhkan. Evolusi meningkatkan
fitness, yang secara operasional didefinisikan sebagai banyaknya salinan dari gen tertentu yang dimiliki oleh generasi
berikutnya.

Evolusi Otak

Manusia memiliki otak yang lenih baik dan lebih besar daripada spesies yang lain. Manusia mungkin berevolusi dan
memiliki otak yang besar dikarenakan oleh makanan kita. Nenek moyang kita mempelajari cara untuk mengolah
makanan (memasak) yang membuat kita lebih mudah mencerna makanan. Kita memiliki lebih banyak protein yang
mentranspor glukosa ke otak dan lebih sedikit protein yang ditranspor ke otot. Jadi kita lebih mengarahkan energi ke
otak kita dibandingkan pada kekuatan fisik kita.

Psikologi Evolusi

Psikologi evolusi atau sosiobiologi membahas bagaimana suatu perilaku beevolusi, terutama perilaku sosial. Perilaku
altruistic (altruistic behavior) adalah sebuah tindakan yang menguntungkan orang lain selain pelakunya sendiri.
Alturis timbal balik (reciprocal alutruism), ide yang menyatakan bahwa hewan akan menolong individu yang akan
menolong mereka. Dua individu yang saling tolong menolong jelas akan bertahan hidup lebih baik. Namun dalam
altruisme timbal balik, individu yang terlibat harus saling mengenal dan belajar untuk menolong individu lain yang akan
menolong balik. Dengan kata lain, altruisme timbal balik membutuhkan organ sensorik yang sensitif dan sebuah otak
yang telah berkembang dengan baik. Seleksi kerabat (kin selection), seleksi suatu gen yang menguntungkan kerabat
suatu individu. Seleksi alam dapat mendukung altruisme kepada kerabat tak langsung, jika menfaat yang mereka terima
lebih besar daripada kerugian yang dialami

Kontributor:

Heny Septiana Hodinata / 150116046 (Kasus-Kasus yang Membingungkan Psikologi Evolusi)

Vinnie Gunadevi Wijaya / 150116183 (Genetika Mendel Pengaruh Gen terhadap Perilaku)

4
Hasil Bacaan 2

Pinel, John P. J. (2009). Biopsikologi (Edisi Ketujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2.3. Genetika Mendelian


Mendel melakukan penelitian pewarisan sifat pada kacang polong. Mendel melakukan penelitian ciri sifat yang
dikotomis. Dichotomous traits (sifat dikotomis) merupakan satu sifat yang muncul antara dua bentuk, tidak pernah
sebagai bentuk kombinasi. Garis keturunan asli (true breeding line) adalah garis keturunan yang setiap anggota
keturunan selalu menghasilkan keturunan dengan sifat yang sama.
Dalam salah satu eksperimennya, Mendel meneliti pewarisan warna biji kacang polong. Mendel
mengawinsilangkan anak dari garis keturunan asli warna biji cokelat dengan warna biji putih. Anak hasil penyilangan
tersebut semuanya memiliki biji cokelat. Mendel melakukan eksperimen ini berulang-ulang dengan berbagai pasangan
sifat dikotomis kacang polong dan hasilnya selalu sama. Mendel menyebut salah satu sifat yang tampak pada semua
anak generasi pertama dengan dominant trait (sifat dominan), sedangkan sifat lain yang muncul di sekitar seperempat
anak-anak generasi kedua disebut dengan recessive trait (sifat resesif).
Sifat organisme yang dapat diobservasi disebut dengan phenotype (fenotip); sifat yang diteruskan kepada
anak melalui materi genetiknya disebut genotype (genotip). Dari hasil-hasil temuannya, Mendel merancang sebuah
teori yang mencakup empat ide. Pertama, Mendel mengakatakan bahwa ada dua faktor yang diturunkan untuk setiap
dikotomis. Kedua, Mendel menyatakan bahwa setiap organisme memiliki dua gen untuk setiap sifat dikotomisnya. Dua
gen yang mengontrol sifat yang sama disebut dengan alel ( alleles). Sebuah sifat dari organisme yang memiliki dua gen
berbeda disebut dengan heterozygous (heterozigot), sedangkan sifat organisme yang memiliki dua gen identik disebut
homozygous (homozigot). Ide ketiga yang dikatakan oleh Mendel, adalah pada organisme heterozigot, salah satu di
antara kedua macam gen untuk setiap sifat dikotomis mendominasi lainnya. Keempat, Mendel mengatakan bahwa untuk
setiap sifat, setiap organisme secara acak mewarisi salah satu di antara dua faktor ayah dan salah satu di antara faktor
ibu.

Kromosom: Reproduksi, Pertalian, dan rekombinasi


a. Reproduksi
Gen terletak pada chromosome (kromosom) struktur seperti benang yang terdapat dalam nukleus setiap sel.
Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Proses pembelahan sel yang menghasilkan gametes (gamet) disebut
meiosis. Dalam meiosis, kromosom terbelah dan salah satu kromosom setiap pasangan menuju ke masing-
masing gamet yang dihasilkan dari pembelahan itu. Akibatnya, masing-masing gamet hanya memiliki separuh
dari jumlah yang sebenarnya (23 pada manusia) dan bila sebuah sperma dan sebuah sel telur bergabung selama
pembuahan, maka sebuah zygote (sel telur yang telah dibuahi) dengan komplemen kromosom yang utuh
dihasilkan. Kecuali, pembentukan meiotik gamet, semua pembelahan sel lain di dalam tubuh terjadi melalui
proses mitosis. Meiosis bertanggung jawab atas banyaknya keragaman genetik dalam setiap spesies.
b. Pertalian
Pada awal abad ke 20, Morgan dan rekan-rekannya melakukan studi komprehensif mengenai linkage
(pertalian). Mereka menemukan bahwa ada empat klaster yang berbeda pada gen lalat buah. Mereka
5
menyimpulkan bahwa pertalian terjadi di antara sifat-sifat yang dikode di kromosom yang sama. Jumlah
pasangan kromosom ditemukan sama dengan jumlah klaster dari sifat-sifat yang bertalian. Pertalian antara
pasangan gen di sebuah kromosom tunggal bervariasi mulai dari hampir lengkap sampai hanya sedikit di atas
peluangnya.
c. Rekombinasi
Pada tahap petama meiosis, setelah kromosom menduplikasi diri, mereka berbaris berpasang-pasangan. Setelah
itu mereka sering cross over satu sama lain di titik acak, lalu terpecah di titik pertemuan itu, dan terjadi tukar
menukar di antara bagian-bagiannya sendiri. Akibat dari rekombinasi genetik tersebut, masing-masing gamet
mengandung kromosom-kromosom yang unik, rekombinasi sebagai hasil penyatuhan kromosom-kromosom
yang diwarisi dari ayah dan ibu. Fenomena crossing over ini penting karena dua alasan, yaitu yang pertama
dengan memastikan bahwa kromosom-kromosom tidak diteruskan secara utuh dari generasi ke generasi,
rekombinasi setiap gamet meningkatkan keragaman spesies yang bersengkutan. Kedua, studi tentang cross
over adalah cara pertama yang digunakan oleh pakar genetika untuk menyusun penta gen. Cross over jarang
terjadi di antara gen-gen yang bersebelahan dan sering terjadi di antara gen-gen di ujung-ujung kromosom
yang letaknya berlawanan.

Kromosom: Struktur dan Replikasi


Setiap kromosom memiliki DNA (deoxyribonucleic acid). Setiap helai merupakan rangkaian berurutan nucleotide
bases yang melekat pada sebuah rantai fosfat dan deoxyribosa. Nukleotida memiliki empat unsure, yaitu adenine,
thymine, guanine, dan cytosine. Urutan unsure di setiap kromosom ini yang menyusun kode genetik. Pasangan
komplementer unsure-unsur nukleotida adalah thymine dengan adenine dan guanine dengan cytosine.
Replikasi adalah proses kritis molekul DNA. Tanpa adanya replikasi, pembelahan sel mitotic tidak akan terjadi.
Replikasi kromosom tidak selalu berjalan sesuai rencana, ada kemungkinan terjadi kesalahan. Tetapi, yang lebih sering
terjadi, kesalahan dalam duplikasi itu dalam bentuk mutasi-alterasi aksidental pada gen-gen individual.

Kromosom seks dan ciri-ciri sifat yang terkait dengan jenis kelamin
Kromosom-kromosom yang berpasangan disebut dengan autosomal chromosomes, namun satu-satunya
pengecualian adalah pasangan sex chromosomes (pasangan kromosom yang menentukan jenis kelamin seseorang).
Ada dua macam kromosom seks, yakni X dan Y, keduanya berbeda dan membawa gen-gen yang berbeda pula. Mamalia
betina memiliki dua kromosom X, sedangkan mamalia jantan memiliki kromosom X dan Y. Ciri-ciri sifat jenis kelamin
dipengaruhi oleh gen-gen pada kromosom seks yang disebut sex linked traits. Nyaris semua sifat terkait jenis kelamin
dikontrol oleh kromosom X karena kromosom Y kecil dan hanya membawa beberapa gen (Jegalian & Lahn, 2001 dalam
Pinel, 2012). Perempuan memiliki peluang dua kali lebih besar untuk mewarisi gen dominan karena memiliki jumlah
kromosom X dua kali lebih banyak. Sebaliknya, sifat terkait jenis kelamin yang resesif muncul lebih sering pada laki-laki.

Kode genetik dan ekspresi gen


Gen struktural adalah gen yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk sintesis protein. Protein adalah rantai
panjang asam amino; mereka mengontrol aktivitas-aktivitas fisiologis sel dan merupakan komponen struktur sel yang
6
penting. Berbagai jenis sel berkembang dengan adanya operator genes. Fungsi sebuah gen operator untuk
menentukan apakah setiap gen strukturalnya menginisiasikan sintesis sebuah protein (artinya, apakah gen struktural itu
akan diekspresikan) dan pada tingkat seberapa. Pengontrolan ekspresi gen oleh gen-gen operator adalah proses penting,
karena pengontrolan menentukan sebuagh sel akan berfungsi begitu mencapai kematangan.
Ilustrasi ekspresi gen, yang pertama, molekul DNA secara parsial menjadi terbuka, menyingkap gen structural
yang akan ditranskripsikan. Kedua, salah satu untaian RNA-pembawa ditranskripsikan dari salah satu untaian DNA yang
tersingkap itu dan membawa kode genetik dari nukleus ke sitoplasma sel. Ketiga, dalam sitoplasma, untaian RNA-
pembawa melekatkan diri pada sebuah ribosom. Ribosom itu bergerak di sepanjang untaian yang menerjemahkan setiap
kodon suksesif menjadi asam amino yang tepat, yang ditambahkan kepada protein yang memanjang oleh sebuah
molekul RNA-transfer. Keempat, ketika ribosom mencapai ujung untaian RNA-pembawa, sebuah kodon memerintahkan
untuk melengkapi protein.

DNA Mitokondrial
DNA ada dalam nukleus, namun mitokondira sel juga mengandung DNA, yang disebut dengan DNA mitokondiral.
Mitochondria (mitokondria) adalah struktur pembangkit energy yang berlokasi dalam sitoplasma setiap sel, termasuk
neuron. Seluruh gen mitokondrial manusia diwarisi dari ibu, tetapi jejak-jejak materi genetik ayah telah ditemukan dalam
DNA mitokondrial seseorang.

Genetika Modern
Human genome project (proyek genome manusia) merupakan kolaborasi anatara berbagai lembaga
penelitian besar dan tim-tim peneliti individual di beberapa negara. Maksud dari kolaborasi tersebut adalah untuk
melengkapi peta sekuensi ketiga miliar unsure yang menyusun kromosom manusia. Hasil dari penelitian genome adalah
fakta bahwa teryata manusia memiliki gen-gen pengode protein dalam jumlah kecil. Manusia memiliki 25.000 gen
semacam itu.
Pencabutan Hukum Satu Gen-Satu Protein
Setiap gen berisi kode untuk sintesis protein namun sekarang diketahui bahwa alternative splicing bertanggung
jawab atas sebagian kompleksitas yang ditemukan pada banyak spesies. Alternative splicing adalah mekanisme yang
informasinya tersimpan dalam gen-gen spesies kompleks diedit untuk memungkinkan sebuah gen menetapkan dua
protein yang berbeda atau lebih.
Penemuan Small RNAs
Baru-baru ini ditemukan sebuah golongan molekul RNA yang disebut small RNAs dapat mengontrol DNA, dan
karena itu dapat memiliki dampak yang sangat besar pada perjalanan perkembangan. Small RNAs dapat menonaktifkan
gen, mengontrol tingkat ekspresinya, atau memecah-mecah molekul DNA menjadi segmen-segmen, yang sebagian
disimpan dan sebagian dibuang (Lau et al., 2006 dalam Pinel, 2012).
Aktivitas Pseudogen
Pseudogen adalah gen-gen yang tampaknya telah dirusak oleh mutasi selama perjalanan evolusi. Sebagian
pseudogen dapat menjadi aktif dan memiliki kontrol atas gen-gen structural (Gerstein & Zheng, 2006., dalam pinel,

7
2012). Sebagian pseudogen nampaknya mengode small RNAs, sehingga potensial memengaruhi perkembangan manusia
sangat besar.
Genome Manusia dalam Perspektif
Banyak upaya awal untuk memahami pengaruh genetik pada perilaku yang didasarkan pada premis bahwa
setiap perilaku dikontrol oleh sebuah gen yang mendedikasikan diri untuk itu namun pernyataan tersebut salah besar.
Sekarang, pemahaman tentang gen memengaruhi perkembangan perilaku manusia akan membutuhkan pemahaman
mengenai bagaimana produk-produk yang dihasilan oleh interaksi di antara banyak gen dan interaksi antara gen dan
pengalaman. Selain itu, otak manusia tetap plastis sampai masa dewasa, perlu untuk menentukan kapan ekspresi gen
tertentu dalam struktur neural tertentu terjadi di sepanjang hidup.

2.4. Perkembangan Perilaku: Interaksi Faktor-Faktor Genetik dan Pengalaman


Ontogeni adalah perkembangan individu selama hidupnya; sebaliknya, filogeni adlah perkembangan
evolusioner spesies selama berabad-abad.
A. Selective Breeding Tikus Maze-Bright dan Maze-Dull
Seleksi pengembangbiakan maze bright dengan maze-dull merupakan eksperimen dari Tyron pada tahun
1994 yang menyatakan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor belajar atau pengalaman
saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor genetic, dalam hal ini perkembangbiakan selektif. Dalam
eksperimen ini Tyron memulai dengan melatih tikus laboraturium untuk menyusuri jalur maze yang rumit, di
mana tikus akan menerima hadiah makan bila sampai di boks tujuan. Lalu ia menjodohkan tikus jantan dan
betina yang paling jarang masuk boks yang salah selama latihan ( maze-bright) serta mengawinkan tikus jantan
dan betina yang paling sering masuk boks yang salah selama latihan ( maze dull). Tyron juga menguji anak-anak
dari maze-bright untuk dibesarkan oleh orang tua maze-dull dan sebaliknya. Hasilnya anak-anak maze-bright
tetap melakukan lebih sedikit kesalahan dibandingkan anak-anak maze-dull. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetik mempengaruhi perkembangan perilaku.

Cooper dan Zubek pada tahun 1958 dalam eksperimennya menempatkan maze-bright dan maze-dull pada dua
kondisi lingkungan: (1) lingkungan yang terbatas fasilitsnya, yaitu dengan kandang yang kering dan tandus, (2)
lingkungan yang kaya fasilitas, yaitu dengan kandang yang memiliki banyak terowongan, lerengan, berbagai
display visual dan objek untuk menarik minat. Hasil dari eksperimen Cooper dan Zubek diketahui bahwa maze-
dull lebih banyak melakukan kesalahan dibanding maze-bright hanya bila mereka ditempatkan pada lingkungan
yang terbatas fasilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang kaya akan fasilitas dapat
mengatasi efek negatif gen yang kurang menguntungkan bahkan dapat mempertebal konteks selebral mereka.

B. Phenylketonuria (PKU): Gangguan Metabolisme Gen-Tunggal


Memahami genetika perilaku normal sering kali lebih sulit dibandingkan dalam memahami genetika perilaku
abnormal. Hal ini disebabkan oleh adanya banyak gen yang mempengaruhi perilaku normal, sedangkan untuk

8
perilaku abnormal terkadang hanya membutuhkan satu gen abnormal saja yang menimbulkan gangguan
perilaku. Contohnya adalah PKU.
PKU awalnya ditemukan oleh seorang dokter gigi Norwegia, Asbjorn Folling. Ia menemukan bau aneh pada urine
kedua anaknya yang mengalami retardasi mental. Ia menduga bau urine tersebut berhubungan dengan retadarsi
mental yang dialami anaknya, lalu ia menganalisis urine anaknya. Hasilnya ditemukan adanya kadar
phenylpyruvic acid (asam fenilpiruvik) yang tinggal pada urine mereka, ia pun mengidentifikasikan bahwa anak
dengan retardasi mental memiliki kadar asam fenilpirufik yang tinggi melampaui batas normal.
Selain retadarsi mental, gejala PKU yang lain adalah muntah-muntah, hiperaktif, kejang-kejang,
hiperiritabilitas dan kerusakan otak.

Homozigot PKU kekurangan phenylalanine hydroxylase (sebuah enzim yang dibutuhkan untuk mengobservasi
asam amino phenylalanine menjadi thyrosine). Konsekuensinya perkembangan otak menjadi abnormal. Hal ini
menunjukkan perilaku dipengaruhi genetic. Pada beberapa rumah sakit modern, bayi yang baru lahir di screen
(disaring) untuk melihat kadar fenilalaninnya tinggi atau tidak, bila tinggi kadarnya, bayi akan diberi diet khusus
dengan jumlah fenilalanin yang terbatas. Diet ini akan mengurangi jumlah fenilalanin dalam daerah sekaligus
mengurangi perkembangan retardasi mental, tetapi hal ini tidak mencegah perkembangan berbagai defisit
kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan PKU adalah hasil dari interaksi faktor genetic dan
faktor lingkungan (diet phenilalanin).

C. Perkembangan kicau burung


Terdapat dua fase:
1. Fase sensorik (dimulai bebrapa hari setelah menetas)
Burung-burung tersebut membentuk ingatan tentang kicauan burung dewasa yang mereka dengar
2. Fase sensorimotor (dimulai saat burung remaja bercicit)
Selama fase ini vokalisasi kicauan burung tersebut sedikit demi sedikit disempurnakan sampai mirip
dengan kicauan burung dewasa

2.5. Perbedaan Psikologis Genetika Manusia


Setiap orang merupakan produk interaksi gen-pengalaman dan bahwa efek gen dan pengalaman pada
perkembangan individual tak terpisahkan.

Perkembangan Individu-Individu versus Perkembangan Perbedaan di antara Individu-Individu


Dalam perkembangan individu, efek gen dan pengalaman tak terpisahkan. Dalam perkembangan perbedaan di
antara individu-individu, gen dan pengalaman dapat dipisahkan. Dengan menggunakan cara yang sama dengan
metafora si pendaki gunung dan panpipe-nya, para peneliti dapat menyeleksi sekelompok subjek dan menanyakan
seberapa besar proporsi variasi di antara mereka pada atribut tertentu (contonya, intelegensi) adalah akibat perbedaan
genetic atau perbedaan pengalaman.

9
Para pakar genetika perilaku meneliti individu-individu yang kesamaan genetiknya diketahui untuk mengases
kontribusi relative gen dan pengalaman pada perkembangan perbedaan dalam berbagai atribut psikologis. Mereka sering
kali membandingkan kembar monozigot (kembar identik) yang berkembang dari zigot yang sama dan oleh karena itu
identik secara genetic, dengan kembar dizigotik (kembar franetal) yang berkembang dari dua zigot dan oleh karena itu
boleh dibilang tidak ada bedanya dengan sepasang saudara kandung biasa.

Minnesota Study of Twins Reared Apart


Penelitian di University of Minnesota tentang anak-anak kembar yang dibesarkan secaya terpisah melibatkan 59
pasangan kembar identik dan 47 pasangan kembar fraternal. Umur subjek yang dipakai berkisar antara 19 hingga 68
tahun. Hasil-hasil penelitian dari Minnesota Study of Twins Reared Apart terbukti luar biasa konsisten, baik secara internal
maupun secara eksternal. Kembar-kembar identik lebih mirip satu sama lain secara substansial di semua dimensi
psikologis dibanding kembar fraternal dewasa, tidak peduli kedua pasangan itu dibesarkan di lingkungan keluarga yang
sama atau tidak.

Kontributor: Zahra Maulidya / 150116045 (2.3. & 2.5.)

Kontributor: Emily Griselda / 150116269 (2.4)

10
Hasil Bacaan 3

Carlson, Neil. R. (2012). Physiology of Behavior, 11th ed. United States of America: Pearson Education,
Inc

Kontributor: Devin Sandy Putra / 150116292

Chapter 1

Setiap organisme yang lahir terdiri dari jumlah sel yang sangat banyak, setiap sel mengandung kromosom. Kromosom
berbentuk besar, dan merupakan molekul yang kompleks yang mengandung protein yang dibutuhkan oleh sel untuk
tumbuh dan menjalankan fungsinya. Kromosom memiliki cetak biru dari anggota tertentu dari spesies tertentu. Mutasi
adalah perubahan yang tidak disengaja dalam kromosom sperma dan sel telur yang menyatu dan membentuk organisme
baru. Bentuk mutasi yang tidak banyak akan bermanfaat dan menyebabkan keuntungan selektif (selective advantages)
bagi orgnisme yang mengalaminya. Evolusi adalah perubahan bertahap dalam struktur dan fisiologis dari spesies
tumbuhan dan hewan sebagai hasil dari seleksi alam.

Chapter 2

Internal Structure of a cell

Di dalam sel, terdapat nukleus yang berbentuk bulat atau oval dan dilapisi oleh nuclear memnrane. Di dalam nukleus
terdapat nukleolus (mempunyai fungsi untuk memproduksi ribosom) dan kromosom. Kromosom Adalah untaian panjang
yang terdiri dari DNA (deoxyribonucleic acid) yang berisikan informasi genetika. Ketika mereka aktif, maka beberapa
bagian dari kromosom akan membentuk molekul kompleks yang lain, yang disebut sebagai mRNA (messenger
ribonucleic acid) yang menerima salinan dari informasi dalam lokasi tersebut. Molekul mRNA nantinya akan keluar dari
nukleus melewati nuclear membrane dan akan menempel pada ribosom untuk memproduksi protein.

Para peneliti menemukan bahwa jumlah gen yang ada tidak berpengaruh pada komleksitasnya satu organisme.
Contohnya, ulat yang hanya mempunyai 1000 sel mempunyai 19.000 gen, sedangan manusia hanya mempunyai 25.000
gen. Para peneliti juga menemukan bahwa genome (untaian dari nucleotides bases yang menyediakan informasi untuk
mensisntesis protein yang dapat di hasilkan oleh beberapa organisme) mengandung junk DNA. DNA tersebut berisi
informasi yang tidak dibutuhkan untuk produksi protein, hanya 1,5 persen dari DNA manusia yang mempunyai informasi
untuk memproduksi protein. Namun, setelah penelitian lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa non-protein-coding DNA
berkolerasi dengan kompleksitas yang terdapat di organisme, dan memutuskan bahwa junk DNA memang berguna
dan bukanlah sampah.

Chapter 5

GENETICS METHODS

Banyak karakteristik perilaku manusia (seperti talenta, personalitas, variabel, bahkan mental disorders) yang
ada di dalam suatu kelaurga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetika juga mempengaruhi perkembangan perbedaan
fisiologikal yang bertanggung jawa atas suatu karakteristik.
11
Twin studies

Metode untuk mengestimasi pengaruh hereditas untuk suatu perilaku adalah dengan mengkomparasikan
concordance rate untuk trait tersebut dalam anak kembar monozygotic dan dozygotic. Anak kembar monozygotic
mempunyai genotip (gen dan kromosom) yang sama. Sebaliknya, kembar dizygotic memppunyai rata-rata 50% genotip
yang sama dengan satu sama lain. Peneliti akan mempelajari tentang identifikasi anak kembar yang setidaknya salah
satu dari mereka mempunyai satu trait. Jika kedua anak kembar didiagnosia menderita suatu disorder, maka akan
disebut concordant. Jika hanya salah satu yang menderita disorder, maka akan disebut dengan discordant. Sehingga
ketika suatu disorder berbasiskan genetika, maka persentase monozygotic twins yang mengalami kecocokan diagnosis
akan setidaknya empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan dizygotic twins. Pembelajaan tentang twins menunjukkan
bahwa banyak karakteristik individual, termasuk personality traits, kecenderungan mengalami obesitas, kecanduan
alkohol, dan mental disorders terpengaruh oleh faktor genetikan.

Adoption Studies

Salah satu cara untuk mengukur pengaruh hereditas terhadap manusia adalah dengan mengkomparasikan
manusia yang diadopsi dalam umur yang masih sangat kecil oleh orang tua bologisnya dan orang tua adopsi. Semua
perilaku behavioral dapat dipengaruhi oleh lingkungan, hereditas, dan interaksi antara lingkungan dan hereditas hanya
sampai titik tertentu. Contohnya, kesehatan seorang ibu, nutrisi, dan perilaku pengkonsumsian narkoba pada saat hamil
akan sangat berpengaruh pada faktor environmental prenatal, kesehatan, medical care, dan diet anak tersebut. Jika
anak tersebut diadopsi setelah kelahirannya, maka faktor genetik anak tersebut akan diasosiasikan dengan orang tua
biologis, namun faktor lingkungan anak tersebut dipengaruhi oleh orang tua adopsi. Ilmuwan yang menginvestigasi
harus mengetahui terlebih dahulu identitas orang tua dan perilaku kedua orang tua angkat dan orang tua biologis. Ketika
perilaku anak condong kepada perilaku orang tua adopsi, maka disimpulkan bahwa sikap anak tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Sebaliknya ketika perilaku anak tersebut condong kepada orang tua bologis maka faktor yang
mempengaruhi adalah faktor biologis.

Genomic studies

Manusia mempunyai genom yang terdiri dari DNA yang berisi kode genetik. Tidak ada manusia, kecuali
monozygotic twins monozygotic twins, yang mempunyai allele (gen individu) yang sama. Studi ini mempelajari tentang
lokasi spesifik genome dari gen yang bertanggung jawab atas ciri-ciri karakter dan fisik.

Salah satu studinya adalah linkage studies, yang tujuannya adalah mengidentifikasi keluarga yang anggotanya
mempunyai karakteristik yang berbeda. Contohnya adalah adanya atau tidak adanya suatu penyakit keturunan. Peneliti
akan mengidentifikasi markers (rangkaian DNA yang lokasinya sudah diketahui) dan akan mengkomparasikannya dengan
individu yang normal.

Genomide association studies adalah penelitian yang dimana ilmuwan mengkomparasikan semua atau sebagian
genom suatu individu untuk menentukan apakah perbedaan di genom seseorang berkorelasi dengan adanya atau tidak
adanya penyakit atau ciri yang lain. Dan studi ini dapat dilakukan hanya karena pengembangan cara untuk mendapatkan
rangkaian DNA di semua genom manusia.
12
Targeted mutations

Gen yang bermutasi yang dihasilkan dari laboratorium dan dimasukan kedalam kromosom tikus adalah penelitian
yang disebut denga targeted mutations. Dalam beberapa kasus, gen tersebut gagal menghasilkan protein yang berfungsi
yang disebut dengan konck out genes. Sebagai contoh, manusia terdapat kekurangan enzim tertentu yang akan
mengganggu pembelajaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa enzim, setidaknya, bertanggung jawab terhadap
perubahan di struktur sinaps yang berguna untuk pembelajaran. Dalam kasus yang lain target mutasi adalah protein
yang mempunyai fungsi yang berguna dalam sel. Ilmuwan bahkan dapat memproduksi conditional knockout yang
membuat beberaa gen di binatang untuk berhenti mengekspresikan gen tertentu ketika binatang tersebut diberi obat
tertentu.

Antisense Oligonucleotides

Cara genetik yang lain adalah melibatkan produksi dari molekul yang menghambat produksi protein yang
disandikan oleh gen tertentu dengan menginjeksi antisense oligonucleotides. Antisense oligonucleotides yang umum
adalah untaian RNA atau DNA yang sudah dimodifikasi yang akan mengikat dengan molekul messenger RNA dan
mencegah mereka untuk memproduksi protein. Ketika molekul RNA terjebak seperti demikian, maka mereka akan
dihancurkan dengan enzim yang terdapat di dalam sel. Antisense sendiri adalah oligonucleotides yang sudah disintesis
yang mengandung urutan base complementary yang mengandung gen tertentu atau molekul dari mRNA.

13
Hasil Bacaan 3

Carlson, Neil. R. (2012). Physiology of Behavior, 11th ed. United States of America: Pearson Education,
Inc

Kontributor: Kezia Eunike Susanto / 150116126

Chapter 10:
Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan
Androgen Insensivity Syndrome Epididimis, vas deferens, seminal Mutasi genetic yang mencegah
vesicle, dan prostat gagal pembentukan reseptor androgen yang
berkembang berfungsi (terletak pada koromosom X).

Persistent Mullerian-duct Jika terjadi pada genetik laki-laki, Kegagalan dalam membentuk hormone anti-
Syndrome adrogen memiliki efek Mullerian, atau ketidakadaan reseptor dari
maskulinisasi, namun tak terjadi hormon ini.
defeminimisasi. Orang yang
terkena sindrom ini terlahir
dengan dua macam organ seks
internal, laki-laki, dan wanita.
Turners Syndrome Wanita mandul dengan Hanya memilik satu macam kromosom seks,
kecacatan mental dan juga yaitu X0.
beberapa kecacatan fisik

Parental Behavior
Perilaku reproduksi ada sejak keturunan dalam kandungan sampai setelah kelahiran. Hal ini berkaitan dengan
Parental Behavior termasuk juga Maternal Behavior di dalamnya. Penelitian banyak dilakukan dengan menggunakan
hewan pengerat seperti tikus. Ketika orang tua tikus memiliki gen kethananan tubuh kuat, maka akan terlihat dari berapa
banyak keturunan yang akan dihasilkan. Saat masih kecil, anak tikus ini mempertahankan diri dalam dunia, dibutuhkan
pertolongan dari orang tua untuk memenuhi kebutuhannya. Dari percobaan atas proses melahirkan tikus, akan
membunculkan contoh dari keluarnya hormon parental ataupun kekuarnya hormon maternal. Hormon parental akan
mucncul pada ibu yang sudah melahirkan antara lain menyusui, membuat sarang dll, sedankan bagi betuna tidak
melahirkan akan muncul hormon maternal.

Munculnya Maternal Behavior atau Perilaku Keibuan muncul bukan dari hormon seks (belum ada yang membuktikan)
dan yang mengurus anak bukan hanya ibu, tetapi juga ayah. Maternal Behavior memang dipengaruhi oleh hormon,
tetapi bukan di kontrol oleh hormon. Hal ini dikatakan demikian oleh para peneliti dikarenakan hampir semua tikus betina
yang belum kawin, jika diberi anak hewan di dekat mereka selama beberapa hari akan dirawat oleh tikus betina tersebut,
namun bagi tikus yang sensitif, hal ini akan berlanjut sampai seumur hidup.

14
Walaupun tidak dikontrol oleh hormon, tapi banyak aspek dari Maternal Behavior yang difasilitasi oleh hormon.
Pembuatan sarang untuk tempat tinggal ibu dan anak-anak tikus ini difasilitasi oleh hormon progresteron, namun ketika
selesai tahap kelahiran, induk tetap dapat membuat sarang walaupun kadar progesteron dalam tubuhnya telah menurun.
Terbukti, Tikus yang sedang hamil tidak langsung merawat anak tikus lain yang diberikan padanya untuk diadopsi,
namun ketika setelah proses kelahiran, ia akan segera merawat anak-anak tikus. Hal ini dikarenakan hormon muncul
sesaat sebelum proses kelahiran. Tiga hormon yang dilibatkan dalam Maternal Behavior adalah Progesteron, Astradiol,
dan Prolactin. Saat proses kelahiran, tingkat hormon estradiol akan mulai meningkat, progesteron akan menurun, dan
peningkatan tajam prolactin. Oksitosin juga terlibat dalam pembentukan ikatan antara ibu dan anak. Pada tikus oksitosin
memfasilitasi pembentukan perilaku ibu.

Medial Preoptic Area (MPA), bagian otak yang memegang peran besar untuk perilaku seksual pada laki-laki, memiliki
peran yang sama dalam Maternal behavior. Aktifitas metabolis MPA ini meningkat segera setelah proses kelahiran.
Prolaktin memberikan efek stimulasi pada perilaku ibu dengan mempengaruhi reseptor di daerah MPA. Infus prolaktin
di MPA akan merangsang maternal behavior sedangkan infus anti prolaktin menunda timbulnya maternal behavior.

Saraf pernicuman juga penting bagi perilaku ibu tikus. Saraf penciuman membuat tikus merasa ditolak oleh anak
anjing, sehingga saat tikus berada dekat dengan anjing itu, tikus akan menghindarinya. Menurut Fleming dan Rosenblatt
hal ini disebabkan oleh pembauan. Sistem penciuman memberikan masukan kepada amigdala medial, yang memainkan
peran penting dalam perilaku seksual. Beberapa neuron dalam medial amygdala mengirim akson ke Anterior
Hypothalamus (AH), dengan berproyek ke Periaqueductal Gray Matter (PAG). studi menunjuan bahwa ada koneksi antara
AH dan PAG yang memainkan peran dalam perilaku pertahanan dan respon menolak, Numan menunjukkan adanya
peran MPA pembiasaan terhadap bau anak anjing mungkin untuk menghambat aktivitas sirkuit AH PAG.

Numan menemukan bahwa neuron pada MPA yang diaktifkan oleh peforma Maternal Behavior yang mengirim
aksonnya ke VTA (=Ventral Tegmental Area). Numan dan rekan-rekannya telah menunjukkan bahwa dopamin
dilepaskan di NAC (= nucleus accumbens) selama maternal behavior, dan bahwa lesi dari NAC atau injeksi dari antagonis
dopamin ke dalam NAC mengganggu Maternal behavior. Akhirnya, akson dari NAC ke diproyeksikan ke Ventral Pallidum,
yang merupakan sebuah wilayah ganglia basalis yang terlibat dalam mengendalikan perilaku termotivasi, dan injeksi
muscimol ke pallidum ventral menekan maternal behavior (Muscimol, agonis GABA, menghambat aktivitas saraf). Dalam
sebuah studi fMRI (manusia) menemukan saat seorang ibu melihat foto anak mereka, daerah otak yang terlibat dalam
penguatan dan yang mengandung reseptor untuk oksitosin dan vasopressin menunjukkan peningkatan aktivitas. Daerah
yang terlibat dengan emosi negatif, seperti amigdala, menunjukkan penurunan aktivitas.

Biasanya anak hewan dipelihara dan diperhatikan oleh ibunya. Bagaimanapun, ada beberapa ayah yang berbagi
tugas dengan induk hewan-hewan ini. Jika kita melihat otak dari ayah yang memiliki parental behavior dengan yang
nonparental, kita akan melihat adanya perbedaan yang menarik. Tikus padang laki-laki yang monogami membentuk
ikatan pasangan dengan pasangan mereka dan membantu merawat anak-anak mereka, sementara poligami tikus
padang rumput akan meninggalkan sang betina setelah kawin. Pelepasan vasopressin memfasilitasi proses ini. Ukuran
MPA memainkan yang peran penting dalam maternal behavior, menunjukan dimorfisme seksual yang lebih ssedikit pada
tikus monogami dari pada tikus poligami.

15
Kirkpatrick, Kim, and Insel menemukan ketika tikus padang ditunjukan ke anak anjing, neurons di MPA akan aktif.
Lesi pada MPA menghasilkan defisit yang parah pada parental behavior dari tikus jantan dan spesies lain dari tikus
monogami oleh karena itu, MPA tampak memainkan peran yang sama dalam parental behavior baik pada perempuan
ataupun laki-laki.

Secara relatif masih sedikit pembahasan tentang kerja otak terhadap parental behavior pada manusia, tetapi fakta
menunjukkan baik prolactin ataupun oksitosin menfasilitasi peran ayah dalam memperhatikan anak. Fleming
menemukan bahwa seorang ayah dengan level prolaktin yang tinggi mempunyai perasaan simpati yang lebih kuat dan
lebih bertindak aktif saat anaknya menangis. Gordon menemukan seorang ayah dengan level prolactin prolactin yang
tinggi akan lebih suka bermain dengan anaknya, sedangkan memiliki level oksitosin yang tinggi memiliki perilaku yang
terkoordinasi baik antara ayah dan bayinya.

Orientasi Seksual dan Hereditas

Peneliti menympulkan, 2 faktor, exposure hormonal prenatal dan hereditas dapat mempengaruhi orientasi seksual
seseorang.

Chapter 11: Emotions

Respon emosi diambil berdasarkan 3 komponen yaitu behaviorial, autonomic, dan hormonal. Setelah diteliti hereditas
mengambil peranan yang cukup besar dalam perkembangan perilaku agresif. Viding mempelajari tentang kelompok
same-sex twins pada umur 7 dan 9 tahun, ia menemukan tingginya korelasi untuk kembar monozigot dibanding dengan
kembar dizigot dalam perilaku antisosial. Hal ini menunjukan adanya indikasi komponen genetik dalam perkembangan
sifat.

Chapter 12: Ingestive behaviors

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Obesitas Berat badan diatas rata-rata Berat badan terkait erat dengan hereditas. Berdasarkan
keasyikan dengan makanan dan penelitian anak kembar, variasi pada berat badan
makan, ritual makan, suasana dipengaruhi oleh perbedaan genetik. Efek yang
hati yang tidak menentu, dititmbulkan genetk sampai kepada berapa banyak berat
berlebihan berolahraga, badan orang akan turun ataupun naik ketika orang-orang
gangguan kinerja kognitif, dan tersebut diberikan diet tinggi-rendah kalori. Berdasarkan
fisiologis perubahan seperti suhu itulah, muncul pemahaman hereditas mempengaruhi
tubuh menurun efesiensi metabolisme. Dua gen yang diketahui
menyebabkan obesitas pada manusia adalah gen MC4
dan gen FTO (masa lemak dan gen yang berhubungan
dengan obesitas)
Anorexia nervosa Kecemasan yang berlebihan Penelitian yang dilakukan pada anak-anak kembar yang
mengenai kelebihan berat badan, masih duduk di SD menjadi bukti yang kuat tentang

16
sehingga penderitanya memiliki besarnya peran genetik pada perkembangan Anorexia
tubuh yang sangat kurus. Nervosa

Chapter 15: Neurological Disorders

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen Lingkungan


PKU Kecacatan mental, dengan IQ Merupakan penyakit keturunan, namum dapat diatasi
(phenylketonuria) rata-rata 20 pada umur 6 tahun dengan diet khusus.
Down Syndrome Kepala bulat. Lidah yang tebal Kelebihan satu kromosom pada kromosom 21
sehingga membuat penderita
harus membuka mulutnya terus,
mata sipit.
Parkinson Kerentaan otot, pergerakan yang Mutasi gen pada kromosom 6. Mutasi ini menyebabkan
lambat, tremor, dan postur yang disfungsi bagian tubuh. Menyebabkan tidak dapatnya
tidak stabil. mengikat protein.
Huntington Gerakan tidak terkendali pada Disebabkan oleh gen dominan pada kromosom 4.
anggota gerak huntington sendiri mengandung peregangan glutamin
panjang. Abnormal Huntington menjadi gagal melipat
dan membentuk agregasi yang menumpuk di inti
(nukelus).
Alzheimer Kesulitan mengingat, dan Penelitian menunjukan bahwa penderita Alzheimer
degenerasi otak yang adalah orang-orang yang memiliki keturunan Alzheimer
menyebabkan penderitanya akan juga. Alzheimer dapat terjadi akibat mutasi
kehilangan kemampuan apolipoprotein E (ApoE).
kognitifnya secara perlahan
Amyotrophic lateral Refleks perenggangan yang Mutasi pada gen yang memproduksi enzim superoxide
sclerosis (ALS) berlebihan, kelemahan progresif dismutase 1 (SOD1), yang ditemukan pada kromosom
dan atrofi otot, dan kelumpuhan. 21. 10% disebabkan oleh hereditasnya sedangkan 90%
sisanya dikarenakan degenerassi.

17
Hasil Bacaan 3

Carlson, Neil. R. (2012). Physiology of Behavior, 11th ed. United States of America: Pearson Education,
Inc

Kontributor: Vinnie Gunadevi Wijaya / 150116183

Chapter 6:

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Buta Warna (Defective Color Kesulitan dalam membedakan Kerusakan genetik pada penglihatan warna
Vision) warna merah, hijau dan biru. menyebabkan anomali pada satu atau tiga
tipe sel kerucut. Dua jenis buta warna yang
pertama melibatkan kromosom X. karena
lelaki hanya memiliki 1 kromosom X. mereka
lebih cenderung untuk menderita penyakit ini.

William Syndrome Memiliki kecacatan mental. Sindrom ini disebabkan oleh mutasi pada
Namun memiliki ketertarikan kromosom 7.
yang besar pada musik

Chapter 7:

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Ketidakpekaan terhadap rasa Penderitanya tak dapat Gen yang bertanggung jawab atas penyakit
sakit merasakan rasa sakit ini adalah alel autosomal yang terletak pada
kromosom 2.

Chapter 9:

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Narcolepsy Gangguan tidur pada waktu yang Dapat disebabkan oleh mutasi gen yang
tidak tepat, keinginan untuk tidur bertanggung jawab terhadap produksi dari
dimana saja, kapan saja reseptor orexin-B, mutasi yang sama juga
menyebabkan narcolepsy canine. Faktor
penurunannya ditemukan pada kromosom 6,
dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
tidak diketahui.

18
Sleepwalking Gangguan tidur yang berupa Dipengaruhi oleh faktor genetik
pergerakan (berjalan) yang tidak
disadari waktu tidur
Advanced Sleep Phase Syndrome Orang dengan sindrom ini tidur Mutasi pada kromosom 2, gen per2
pada pukul 7.30 malam, dan
bangun sekitar pukul 4 pagi
Delayed Sleep Syndrome Keterlambatan sekitar 4 jam Mutasi pada gen per3 yang ditemukan pada
pada ritme tidur bangun. Orang kromosom 1
yang menderita sindrom ini takk
bisa tidur sebelum pukul 2 pagi
dan memiliki kesulitan bangun
sebelum midmorning.

Chapter 16:

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Schizophrenia Pikiran yang menyimpang, Penyakit Schizophrenia dinyatakan sebagai
delusi, halusinasi dan tindakan penyakit turunan melalui penelitian anak
yang tidak wajar kembar dan anak adopsi. Schizophrenia tak
hanya disebabkan oleh satu macam gen,
melainkan disebabkan oleh berbagai jenis
gen yang menyebabkan gen schizophrenia
yang dapat ditingkatkan kemungkinan
terjadinya oleh beberapa faktor. Gen tersebut
tidak akan muncul apabila tidak dirangsang
oleh kejadian atau lingkungan yang dapat
menyebabkannya terjadi. Gen DISC1
(disrupted in schizophrenia 1) yang terlibat
pada regulasi embrionik dan neurogenesis
dewasa, dianggap berperan atas penyakit
Schizophrenia. Pada keluarga penderita
shcizophrenia banyak ditemukan mutasi pada
gen tersebut. Gen tersebut juga berperan
pada penyakit lain seperti bipolar disorder,
major deppresive disorder dan autisme.

19
Major Affective Disorder Penyimpangan terhadap Gen yang terlibat dalam affective disorder
masalah emosi adalah gen RORA yang berperan dalam ritme
sirkadian, dan juga gen GRM8, yang
mengkode produksi reseptor metabolis
glutamat. Gen ROBR, yang merupakan gen
yang mengatur tentang waktu, berperan
dalam bipolar disorder pada anak-anak.

Chapter 17:

Nama Penyakit Gejala Interaksi Gen-Lingkungan


Anxiety Disorder Kecemasan, dan ketakutan yang Gen yang mengkode produksi protein BDNF
tak berdasar dan tidak realistis (Brain-derived neurotropic factor) berperan
dalam anxiety disorder.

Obsessive Compulsive Disorder Gangguan terhadap obsesi Kemungkinan terjadinya penyakit ini pada
(pikiran yang susah ditinggalkan) kembar monozygote lebih besar daripada
dan kompulsi (perilaku yang kembar dizygote.
terus diulang)
Autistic Disorder Kegagalan dalam membangun Studi genetik menyampaikan bahwa penyakit
relasi sosial, perkembangan autistik dapat disebabkan oleh mutasi gen
komunikasi yang terganggu, dan langka, terutama yang berhubungan dengan
perilaku yang berulang dan perkembangan neural dan komunikasi.
stereotype
Attention-Deficit/Hyperactive- Kesulitan dalam memperhatikan Faktor hereditas pada penyakit ini ditemukan
Disorder sesuatu, mudah terganggu oleh pada studi pada keluarga dan anak kembar,
stimulus eksternal, sering kemungkinan penurunannya sekitar 75-91%.
berlarian, sering mengganggu
orang lain

Chapter 18:

Hereditas dan Penyalahgunaan Obat-Obatan

Kemungkinan kecanduan, khususnya pada alkohol dan nikotin dipengaruhi cukup kuat oleh faktor hereditas. Kecanduan
obat-obatan tertentu dipengaruhi oleh herditas general dan faktor lingkungan. Beberapa gen diketahui mempengaruhi
perilaku kecanduan terhadap zat tertentu, seperti pada variasi gen yang bekerja untuk dehididrogenase alkohol

20
memberikan peran dalam kemungkinan perilaku alkoholik, variasi pada reseptor gen 5 A Ch mempengaruhi kecanduan
terhadap nikotin, dan gen yang memproduksi sirtuin memodifikasi responsivitas terhadap potensi kecanduan kokain.

21
Hasil Bacaan Tambahan

Weiten, Wayne. (2013). Psychology: Themes and Variation (9th ed.). Las Vegas: Cengage Learning.

Kontributor: Vinnie Gunadevi Wijaya / 150116183

Susunan biologis seseorang sangatlah berkaitan dengan perilaku seseorang. Sebuah cabang studi yang
mempelajari mengenai pengaruh faktor genetik dan kepribadian dan perilaku seseorang disebut behavior genetic. Setiap
sel yang ada dalam tubuh seseorang membawa pesan dari ayah dan ibunya. Pesan tersebut tersimpan pada kromosom
yang berada pada nukleus tiap sel. Kromoson adalah untaian dari molekul DNA (deoxyribonucleic acid) yang membawa
informasi genetik. Setiap orang memiliki 23 pasang kromosom dalam tubuhnya yang tiap pasangnya berasal dari ibu
dan ayahnya masing-masing. Setiap kromosom mengandung ribuan pesan biokimiawi yang disebut gen.

Gen adalah bagian dari DNA yang memiliki fungsi kunci dalam transmisi keturunan. Seperti kromosom, gen
bekerja berpasangan. Pada kondisi homozygous terdapat dua gen yang identik pada pasangan yang spesifik.
Sementara pada keadaan heterozygous terdapat dua gen berbeda pada pasangan yang spesifik. Setiap gen memiliki
sifat tertentu. Pada keadaan homozygous sifat dari kedua orang tua yang sama akan diturunkan kepada keturunannya.
Sementara, pada keadaan heterozygous ada dua sifat yang berbeda yang diturunkan, namun yang gen yang bersifat
dominan akan menutupi sifat gen yang resesif. Genotype adalah susunan genetik seseorang. Sementara Phenotype
adalah manifestasi dari genotype seseorang dengan suatu cara yang dapat diobservasi (bentuk fisik). Karakteristik pada
manusia merupakan polygenic traits, atau karakteristik yang dipengaruhi oleh lebih dari satu pasang gen.

Untuk meneliti pengaruh genetik terhadap perilaku pada manusia, para ilmuwan telah melakukan penelitian-
penelitian yang dapat memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Penelitian dilakukan pada hubungan keluarga,
saudara kembar, dan anak adopsi. Pada penelitian hubungan keluarga, peneliti menemukan bahwa penyakit
schizophrenia cenderrung lebih banyak terjadi pada hubungan saudara kandung (9%), 4% pada hubungan kekerabatan
keluarga tingkat dua seperti keponakan, dan 2% pada hubungan kekerabatan keluarga tingkat tiga. Penemuan ini
membuktikan bahwa adanya pengaruh genetik terhadap perkembangan penyakit schizophrenia. Walaupun demikian,
penelitian pada hubungan keluarga kurang mampu memberikan bukti yang cukup definitif terhadap pengaruh genetik
dan perilaku.

Dalam penelitian saudara kembar, peneliti meneliti pengaruh genetik dengan membandingkan kemiripan antara
kembar identik dan kembar fraternal terhadap suatu sifat tertentu. Kembar identik yang terbelah dari satu zygote yang
sama memiliki genotype yang 100% sama. Sementara, kembar fraternal yang berasal dari dua zygote yang berbeda
memiliki sekitar 50% kesamaan genotype. Peneliti menemukan lebih banyak kemiripan pada saudara kembar identik
daripada saudara kembar fraternal yang dianggap terjadi karena saudara kembar identik memiliki lebih banyak kesamaan
genetik. Penemuan ini membuktikan bahwa kecerdasan dan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor genetik.
Namun, fakta bahwa kembar identik memiliki tingkat kecerdasan serta kepribadian yang berbeda juga membuktikan
pengaruh lingkungan terhadap individu.

Penelitian terhadap anak adopsi mengamati pengaruh genetik dengan menilai kemiripan anak adopsi terhadap
orang tua biologis dan orang tua adopsi. Pada penelitian terhadap tingkat kecerdasan, peneliti menemukan kemiripan
22
antara anak adopsi dengan orang tua biologisnya sedikit lebih banyak (sekitar .22) dibandingkan kemiripannya dengan
orang tua adopsi (sekitar .20). Hal ini membuktikan bahwa genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh terhadap
kecerdasan seseorang.

Pemetaan genetik adalah sebuah proses untuk menentukan lokasi dan potongan kimiawi dari gen yang spesifik
pada tiap kromosom. Kompilasi dari beberapa pemetaan genetik mampu membantu peneliti untuk mengetahui
hubungan antara suatu gen yang spesifik terhadap penyakit atau sifat tertentu. Melalui pemetaan genetik juga diketahui
bahwa perilaku sesorang dibentuk oleh banyak gen (polygenic).

Peneliti menemukan bahwa genetik dan pengalaman individu mempengaruhi sebagian besar perilaku seseorang.
Pada kasus penurunan penyakit schizophrenia, peneliti menjelaskan bahwa seorang individu tidak menurunkan penyakit
itu sendiri melainkan mampu menurunkan kemungkinan untuk terkena penyakit tersebut. Kemungkinan untuk
munculnya penyakit tersebut tergantung pada pengalaman hidup setiap individu. Sebuah cabang ilmu yang disebut
epigenetic mempelajari mengenai perubahan penurunan pada ekspresi gen yang tidak diliputi oleh modifikasi pada
bagian DNA. Ditemukan bahwa efek pada gen tertentu dapat diperkecil atau dihilangkan oleh aktivitas kimiawi pada
level selular, yang menyebabkan alterasi pada sifat, kesehatan dan perilaku. Kegiatan kimiawi tersebut dapat terjadi
karena adanya stimulasi dari lingkungan. Tanda epigenetic yang mempengaruhi ekspresi gen dapat diturunkan kepada
generasi berikutnya.

23
Rangkuman Materi Genetika

Ringkasan Materi yang Ditemukan pada Tiap Buku

Mendel, seorang Pastur dari Inggris pertama kali mencetuskan ide mengenai penurunan sifat melalui percobaannya
dengan menurunkan sifat yang dimiliki oleh kacang ercis. Beberapa hal yang dapat diperlajari dari penelitiannya
mengenai gen tersebut adalah;

Gen adalah bagian dari hereditas yang menjaga struktur identitas dari satu generasi ke generasi lainnya.
Homozigot adalah keadaan ketika sepasang gen memiliki jenis yang sama.
Heterozigot adalah keadaan ketika sepasang gen memiliki jenis yang berbeda.
Gen Dominan adalah gen yang memiliki pengaruh kuat atas penurunan sifat kepada keturunannya dan mampu
menutupi sifat gen resesif. Gen dominan biasanya berpengaruh pada keadaan homozigot dan heterozigot.
Gen Resesif adalah gen yang memiliki pengaruh lebih kecil atas penurunan sifat kepada keturunannya. Gen
resesif biasanya hanya berpengaruh pada keadaan homozigot.
Fenotip adalah hasil penurunan sifat dari induk kepada keturunannya yang dapat dilihat oleh mata.
Genotip adalah susunan genetik dari suatu inividu.

Kromosom

Kromosom, yang merupakan untaian dari gen dimiliki oleh setiap manusia sebanyak 23 pasang. 22 dari kromosom itu
adalah kromosom autosomal dan gennya disebut gen autosomal yang merupakan gen yang tidak terpaut kelamin.
Sementara satu pasang kromosom yang lain merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin individu, entah itu
perempuan (dengan kromosom XX) maupun laki-laki (dengan kromosom XY). Ada dua macam gen yang dikenal,
sex-linked gene yang merupakan gen yang berada pada kromosom seks dan sex-limited gene (gen terbatas kelamin)
hadir pada kedua jenis kelamin namun hanya bertindak lebih aktif pada satu jenis kelamin saja.

Dalam kromosom ditemukan deoxyribonucleic acid (DNA) yang akan menyediakan model urutan yang akan di
transkripsi oleh ribonucleic acid (RNA). Setelah proses itu terjadi, salah satu jenis RNA, m-RNA akan membentuk
urutan rantai yang akan digunakan untuk sintesis protein. Urutan dari RNA akan menentukan urutan dari asam amino
yang akan membentuk protein.

DNA terdiri atas 4 unsur, yaitu: adenine, thymine, guanine, dan cytosine. Sementara, RNA memiliki adenine,
guanine, cytosine, dan urasil. Unsur yang dimiliki oleh DNA akan berpasangan dengan unsur yang dimiliki oleh RNA
dalam membentuk urutan asam amino.

PKU (phenylketonuria)

PKU adalah penyakit keturunan yang membuktikan bahwa intervensi lingkungan dapat mengubah keadaan yang
diturunkan dari genetik. Homozigot PKU kekurangan phenylalanine hydroxylase (sebuah enzim yang dibutuhkan untuk
mengobservasi asam amino phenylalanine menjadi thyrosine). Konsekuensinya perkembangan otak menjadi abnormal.
Hal ini menunjukkan perilaku dipengaruhi genetik. Jika seorang bayi memiliki level PKU yang tinggi, tenaga medis akan

24
memberi masukan kepada orang tuanya untuk menjaga makanan anaknya dengan melakukan diet fenilanin rendah
yang ketat. Kesuksesan diet ini menunjukkan bahwa kemungkinan hereditas tidak berarti tak dapat dimodifikasi.

Ekspresi Gen dapat terjadi apabila suatu pengalaman mengaktifkan salah satu DNA. DNA yang teraktifkan tersebutlah
yang membuat kita memiliki sifat atau trait yang berbeda antar individu.

Mutasi adalah perubahan struktur genetik yang dapat diturunkan. Mutasi jarang memberikan manfaat bagi organisme
yang mengalaminya. Mutasi terjadi pada proses reproduksi.

Evolusi adalah perubahan frekuensi gen di dalam satu populasi yang terjadi dari generasi ke generasi.

Meneliti Pengaruh Gen dan Lingkungan

Untuk mempelajari pengaruh gen dan lingkungan, peneliti melakukan penelitian kepada anak kembar monozigot dan
kembar dizigot. Hasilnya, ditemukan banyak kemiripan pada kembar monozigot. Namun hal tersebut dianggap kurang
definitive karena orang yang berpenampilan sama cenderung diperlakukan sama.

Penelitian yang kedua dilakukan pada anak adopsi. Jika kemiripan anak adopsi lebih mengarah pada orang tua
biologisnya, maka dianggap faktor genetik lebih berperan. Apabila kemiripan anak adopsi lebih mengarah pada orang
tua angkatnya, faktor lingkungan dianggap lebih berperan. Walaupun demikian, penelitian ini kurang dapat
mendefinisikan pengaruh gen dan lingkungan karena ibu biologis anak adopsi tidak saja menurunkan gennya namun
juga lingkungan prenatal dari anak adopsi. Sehingga cukup sulit untuk membedakan faktor genetik, lingkungan prenatal
ataupun lingkungan anak adopsi dibesarkan.

Penelitian yang ketiga dengan meneliti gen yang memiliki peran spesifik terhadap perilaku tertentu. Namun penelitian
ini juga dianggap kurang definitif, hal ini dikarenakan ditemukan bahwa banyak gen yang berperan dalam pembentukan
suatu perilaku.

Ringkasan Materi yang Berbeda pada Tiap Buku

Pengaruh Gen terhadap Perilaku

Beberapa gen mengontrol kegiatan kimiawi otak, namun gen lainnya mempengaruhi perilaku secara tidak langsung.
Misalnya saja, gen membuat Anda terlihat sangat menarik, sehingga setiap orang asing yang lewat di depan Anda akan
tersenyum kepada Anda, dan banyak orang ingin mengenal Anda. Reaksi mereka terhadap penampilan Anda akan
merubah kepribadian Anda pula, jika demikian gen mempengaruhi perilaku Anda dengan mempengaruhi lingkungan
Anda (Kalat, 2016).

Evolusi

Teori evolusi Lamarck, atau yang dikenal sebagai Lamarckian evolution, menyampaikan bahwa penurunan hanya
terjadi pada karakteristik yang dibutuhkan. Evolusi meningkatkan fitness, yang secara operasional didefinisikan sebagai
banyaknya salinan dari gen tertentu yang dimiliki oleh generasi berikutnya (Kalat, 2016).

25
Evolusi Otak, manusia mungkin berevolusi dan memiliki otak yang besar dikarenakan oleh makanan kita. Kita memiliki
lebih banyak protein yang mentranspor glukosa ke otak dan lebih sedikit protein yang ditranspor ke otot. Jadi kita lebih
mengarahkan energi ke otak kita dibandingkan pada kekuatan fisik kita (Kalat, 2016).

Psikologi evolusi atau sosiobiologi membahas bagaimana suatu perilaku beevolusi, terutama perilaku sosial. Perilaku
altruistic (altruistic behavior) adalah sebuah tindakan yang menguntungkan orang lain selain pelakunya sendiri.
Alturis timbal balik (reciprocal alutruism), ide yang menyatakan bahwa hewan akan menolong individu yang akan
menolong mereka. Dua individu yang saling tolong menolong jelas akan bertahan hidup lebih baik. Seleksi kerabat
(kin selection), seleksi suatu gen yang menguntungkan kerabat suatu individu. Seleksi alam dapat mendukung
altruisme kepada kerabat tak langsung, jika manfaat yang mereka terima lebih besar daripada kerugian yang dialami
(Kalat, 2016).

Genetika Mendelian

Dichotomous traits (sifat dikotomis) merupakan satu sifat yang muncul antara dua bentuk, tidak pernah sebagai
bentuk kombinasi. Garis keturunan asli (true breeding line) adalah garis keturunan yang setiap anggota keturunan
selalu menghasilkan keturunan dengan sifat yang sama (Pinel, 2009).

Kromosom

Pada awal abad ke 20, Morgan dan rekan-rekannya melakukan studi komprehensif mengenai linkage (pertalian).
Mereka menemukan bahwa ada empat klaster yang berbeda pada gen lalat buah. Mereka menyimpulkan bahwa pertalian
terjadi di antara sifat-sifat yang dikode di kromosom yang sama (Pinel, 2009).

Pada tahap petama meiosis, setelah kromosom menduplikasi diri, mereka berbaris berpasang-pasangan. Setelah itu
mereka sering cross over satu sama lain di titik acak, lalu terpecah di titik pertemuan itu, dan terjadi tukar menukar di
antara bagian-bagiannya sendiri. Akibat dari rekombinasi genetik tersebut, masing-masing gamet mengandung
kromosom-kromosom yang unik, rekombinasi sebagai hasil penyatuhan kromosom-kromosom yang diwarisi dari ayah
dan ibu (Pinel, 2009).

Genetika Modern

Human genome project (proyek genome manusia) merupakan kolaborasi anatara berbagai lembaga penelitian besar
dan tim-tim peneliti individual di beberapa negara untuk melengkapi peta sekuensi ketiga miliar unsure yang menyusun
kromosom manusia (Pinel, 2009).

Alternative splicing adalah mekanisme yang informasinya tersimpan dalam gen-gen spesies kompleks diedit untuk
memungkinkan sebuah gen menetapkan dua protein yang berbeda atau lebih (Pinel, 2009).

Small RNAs dapat menonaktifkan gen, mengontrol tingkat ekspresinya, atau memecah-mecah molekul DNA menjadi
segmen-segmen, yang sebagian disimpan dan sebagian dibuang (Pinel, 2009).

26
Pseudogen adalah gen-gen yang tampaknya telah dirusak oleh mutasi selama perjalanan evolusi. Sebagian pseudogen
dapat menjadi aktif dan memiliki kontrol atas gen-gen struktural (Pinel, 2009).

Pemahaman tentang gen memengaruhi perkembangan perilaku manusia akan membutuhkan pemahaman mengenai
bagaimana produk-produk yang dihasilan oleh interaksi di antara banyak gen dan interaksi antara gen dan pengalaman.
Selain itu, otak manusia tetap plastis sampai masa dewasa, perlu untuk menentukan kapan ekspresi gen tertentu dalam
struktur neural tertentu terjadi di sepanjang hidup (Pinel, 2009).

Interaksi Faktor-Faktor Genetik dan Pengalaman: Selective Breeding Tikus Maze-Bright dan Maze-
Dull
Tyron melatih tikus laboraturium untuk menyusuri jalur maze yang rumit, di mana tikus akan menerima hadiah makan
bila sampai di boks tujuan. Lalu ia menjodohkan tikus jantan dan betina yang paling jarang masuk boks yang salah
selama latihan (maze-bright) serta mengawinkan tikus jantan dan betina yang paling sering masuk boks yang salah
selama latihan (maze dull). Tyron juga menguji anak-anak dari maze-bright untuk dibesarkan oleh orang tua maze-dull
dan sebaliknya. Hasilnya anak-anak maze-bright tetap melakukan lebih sedikit kesalahan dibandingkan anak-anak maze-
dull. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik mempengaruhi perkembangan perilaku (Pinel, 2009).

Cooper dan Zubek menempatkan maze-bright dan maze-dull pada dua kondisi lingkungan: (1) lingkungan yang terbatas
fasilitsnya, yaitu dengan kandang yang kering dan tandus, (2) lingkungan yang kaya fasilitas, yaitu dengan kandang
yang memiliki banyak terowongan, lerengan, berbagai display visual dan objek untuk menarik minat. Maze-dull lebih
banyak melakukan kesalahan dibanding maze-bright hanya bila mereka ditempatkan pada lingkungan yang terbatas
fasilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang kaya akan fasilitas dapat mengatasi efek negatif gen
yang kurang menguntungkan bahkan dapat mempertebal konteks selebral mereka (Pinel, 2009).

Metode Genetik

Linkage studies, bertujuan untuk mengidentifikasi keluarga yang anggotanya mempunyai karakteristik yang berbeda
(Carlson, 2012).

Genomide association studies adalah penelitian yang dimana ilmuwan mengkomparasikan semua atau sebagian
genom suatu individu untuk menentukan apakah perbedaan di genom seseorang berkorelasi dengan adanya atau tidak
adanya penyakit atau ciri yang lain (Carlson, 2012).

Targeted mutations Gen yang bermutasi yang dihasilkan dari laboratorium dan dimasukan kedalam kromosom tikus
adalah penelitian yang disebut denga targeted mutations. Dalam kasus yang lain target mutasi adalah protein yang
mempunyai fungsi yang berguna dalam sel. Ilmuwan bahkan dapat memproduksi conditional knockout yang membuat
beberaa gen di binatang untuk berhenti mengekspresikan gen tertentu ketika binatang tersebut diberi obat tertentu
(Carlson, 2012).

Antisense Oligonucleotides yang umum adalah untaian RNA atau DNA yang sudah dimodifikasi yang akan mengikat
dengan molekul messenger RNA dan mencegah mereka untuk memproduksi protein (Carlson, 2012).

27
Parental Behavior
Munculnya Maternal Behavior atau Perilaku Keibuan muncul bukan dari hormon seks (belum ada yang membuktikan)
dan yang mengurus anak bukan hanya ibu, tetapi juga ayah. Tiga hormon yang dilibatkan dalam Maternal Behavior
adalah Progesteron, Astradiol, dan Prolactin. Jika kita melihat otak dari ayah yang memiliki parental behavior dengan
yang nonparental, kita akan melihat adanya perbedaan yang menarik. Tikus padang laki-laki yang monogami membentuk
ikatan pasangan dengan pasangan mereka dan membantu merawat anak-anak mereka, sementara poligami tikus
padang rumput akan meninggalkan sang betina setelah kawin (Carlson, 2012).

Gangguan dan Kemungkinan Hereditas

Melalui berbagai macam jenis penelitian, peneliti menemukan bahwa banyak dari penyakit; penyakit mental, perilaku
menyimpang, gangguan tidur, maupun gangguan fisik memiliki penyebab genetik. Walaupun demikian bukan berarti
orang yang memiliki kemungkinan akan suatu penyakit akan selalu terkena atau mengalami penyakit yang didapatkan
dari keturunannya. Munculnya penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana invdividu tersebut
hidup. Seperti yang telah kita pahami mengenai ekspresi gen, suatu jenis gen tidak akan terpicu apabila tidak ada suatu
jenis pengalaman yang membuatnya aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit turunan tidak selamanya akan selalu
muncul atau dialami oleh keturunan dari penyakit tertentu tersebut (Carlson, 2012).

Melalui penelitian yang dilakukan oleh peneliti itu juga kita dapat mengetahui letak gen pada kromosom manakah yang
dapat mempengaruhi perubahan perilaku pada seseorang (Carlson, 2012).

Selain gangguan dan penyakit, emosi dan orientasi seksual juga dipengaruhi oleh faktor genetik yang dimiliki oleh
seseorang.

Hereditas dan Penyalahgunaan Obat-Obatan

Kemungkinan kecanduan, khususnya pada alkohol dan nikotin dipengaruhi cukup kuat oleh faktor hereditas. Kecanduan
obat-obatan tertentu dipengaruhi oleh herditas general dan faktor lingkungan. Beberapa gen diketahui mempengaruhi
perilaku kecanduan terhadap zat tertentu (Carlson, 2012).

28
Referensi Tambahan

Firmansyah et al. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Bandung: Setia Purna Inves.

29

Anda mungkin juga menyukai