Anda di halaman 1dari 32

POLIMERISASI

EMULSI

HELLO!

Devi Permata Utami H / 15521205


Hana Safira R / 15521211
Cakra Warta K / 155213
Gigih Lintang P / 15521221
Rian Aditaha / 15521236
Wahidah Nur S / 15521247
Defrizaldi Chandra Y / 15521250
Aditya Katamsi / 15521261
Dika Puji R / 15521265

Apa sih polimeriasi


emulsi itu?
Sejarah dan Pengertiannya

Polimerisasi Emulsi
merupakan polimerisasi
adisi terinisiasi radikal
bebas dimana suatu
monomer atau campuran
monomer
dipolimerisasikan di
dalam air dengan
perubahan surfaktan
untuk membentuk suatu
produk polimer emulsi

Proses polimerisasi
emulsi pertama kali
dilakukan pada pada saat
perang dunia ke dua,
karena terancamnya
pasokan karet alam
sehingga mulai
diciptakan karet sintetik.
Polimer emulsi yang
pertama kali disintesis
adalah poli (1.3
butadiene co styrene).

Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi emulsi (0,01 10 m), polimerisasi
yang dipropagasi di dalam misel, dengan adanya
surfaktan atau emulsifier yang mengelilingi
monomer, dengan menggunakan air sebagai fase
kontinyu.

Bahan
Reaksi
Polimerisasi Emulsi

Reaksi polimerisasi
emulsi memerlukan
empat komponen utama
yakni monomer (butadien
dan Styrene), surfaktan,
inisiator (ammonium
persulfat) dan air.

Monomer
Monomer
merupakan molekul
yang sederhana
yang dapat
berikatan secara
kimia dengan
monomer sejenis
atau berbeda jenis
membentuk polimer

Monomer yang
digunakan adalah
Butadien dan
Styrene yang
kemudian akan
membentuk polimer
Latex Styrene yang
memiliki berat
molekul yang tinggi.

Surfaktan
Surface active agent
atau surfaktan
merupakan salah satu
zat yang sangat
penting dalam
polimerisasi emulsi.
Surfaktan dapat
memiliki beberapa
fungsi yaitu sebagai
tempat terjadinya
reaksi polimerisasi dan
menstabilkan partikel

Surfaktan sendiri
merupakan suatu zat
dengan struktur yang
terdiri dari dua bagian
yaitu bagian liofilik
(suka pelarut) dan
liofobik (tidak suka
pelarut). Dalam hal
pelarut air, bagian
liofilik yang bersifat
polar disebut gugus
hidrofilik sedangkan

Surfaktan
Berdasarkan gugus
hidrofiliknya, surfaktan
dibagi menjadi empat
yaitu:

Surfaktan anionik
memiliki gugus
hidrofilik yang
bermuatan negatif.
Contohnya : gugusgugus karboksilat,
sulfat, sulfonat dan
fosfat.

Surfaktan kationik
gugus hidrofiliknya
bermuatan positif.
Contohnya : garamgaram ammonium
kuarterner rantai
panjang.

Surfaktan nonionik
gugus hidrofiliknya
tidak mempunyai
muatan. Contohnya:
dodesil alkohol
etoksilat.

Surfaktan
zwiterionik
memiliki gugus
hidrofilik yang
bermuatan positif
maupun negatif.
Contohnya : asam
amino rantai

Inisiator
Inisiator merupakan sumber radikal bebas dalam
polimerisasi emulsi, inisiator berperan menginisiasi
terjadinya polimerisasi adisi monomer-monomer
untuk membentuk polimer. Pada pembuatan Latex
Styronal digunakan Ammonium Persulfat, radikal
sulfat akan terbentuk akibat suhu. Hal ini terkait
laju dekomposisi. Inisiator Ammonium Persulfat
menjadi radikal bebas didefinisikan sebagai waktu
paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan
larutan inisiator pada suhu tertentu untuk
mencapai setengah dari konsentrasi awal.
Penurunan konsentrasi ini diperoleh melalui
dekomposisi termal.

Air
Fungsi air pada polimerisasi emulsi adalah sebagai
medium dispersi yang dapat menyerap dan
menyebarkan panas yang timbul dari reaksi
eksoterm yang terjadi. Air yang digunakan harus
memenuhi kualitas yang baik agar tidak
menggangu proses polimerisai, misalnya air
demineral.

Teknik
Polimerisasi

Dalam polimerisasi
emulsi terdapat tiga
macam teknik, yaitu:
1.Teknik batch
2.Teknik Kontinyu
3.Teknik semi-kontinyu

Teknik Batch
Pada teknik ini, semua komponen yang di perlukan
dalam reaksi polimerisasi dicampurkan pada awal
reaksi. Kelebihan dari polimerisasi jenis ini adalah
sederhana dan dapat menghasilkan polimer
dengan molekul tinggi sedangkan kekurangannya
adalah polimerisasi jenis ini menghasilkan polimer
dengan ukuran yang tidak seragam

Teknik Kontinyu
Teknik polimerisasi secara kontinyu adalah teknik
polimerisasi dimana semua komponen yang
terlibat dalam polimerisasi tersebut ditambahkan
bersamaan dan secara terus menerus. Teknik ini
memiliki keunggulan dalam pengontrolan suhu
karena komponen dimasukan secara sedikit demi
sedikit

Teknik Semikontinyu
Pada teknik semikontinyu, sebagian air dan
surfaktan dicampurkan dan kemudian dimasukan
kedalam reaktor, selanjutnya kepada campuran
yang disebut initial charge ini dimasukan preemulsi monomer dan larutan inisiator secara terus
menerus ditambahkan sampai habis, teknik
polimerisasi jenis ini paling banyak digunakan
dalam industri polimer, khususnya yang
menghasilkan polimer bergugus fungsi

Kinetika dan
Mekanisme
Polimerisasi (Smith-Ewart
Mechanism)

Tahap Pertama
Ketika radikal yang dihasilkan dalam fase aqueos
bertemu dengan monomer di dalam misel, hal ini
meniru proses polimerisasi. Konversi monomer
untuk polimer dalam misel menurunkan
konsentrasi monomer dan menghasilkan
konsentrasi gradien monomer. Akibatnya,
monomer dari tetesan monomer dan misel yang
belum terinisiasi mulai berdifusi ke misel yang
mengandung polimer. Misel yang tidak bertemu
radikal selama tahap awal konversi mulai
menghilang. Pada akhir tahap ini, jumlah partikel
polimer yang tumbuh (awalnya misel) tetap sama.

Tahap Kedua
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap reaksi steady
state. Dalam tahap ini, tetesan monomer bertindak
sebagai reservoir yang memasok monomer ke
partikel polimer tumbuh dengan difusi melalui air.
Dalam tahap ini, rasio pertumbuhan partikel per
radikal bebas dapat dibagi menjadi tiga kasus.
Rasio pertumbuhan radikal bebas per misel << 1/2
(kasus pertama), = 1/2 (kasus kedua), dan >>
(kasus ketiga), di mana kasus kedua sering terjadi
dalam prakteknya.

Tahap Kedua
Pada waktu tertentu (untuk kasus 2), sebuah misel
mengandung salah satu rantai tumbuh atau tidak
ada rantai tumbuh. Dengan demikian, rata-rata,
ada sekitar 1/2 radikal per partikel. Tingkat
polimerisasi dalam tahap ini dapat dinyatakan
dalam:
di mana kp adalah tingkat propagasi homogen
konstan untuk polimerisasi dalam partikel. [M]
adalah konsentrasi monomer keseimbangan dalam
partikel. [P] merupakan konsentrasi polimerisasi
radikal dalam reaksi.

Tahap Kedua
Untuk
kasus 2, di mana radikal bebas per misel
adalah 1/2. [P] dapat dihitung menggunakan
rumus:

Dimana Nmicelles adalah nilai konsentrasi dari


misel. NA adalah bilangan Avogadro (radicals/mol
radicals).
Maka laju polimerisasinya

Tahap Ketiga
Tetesan monomer mulai menghabiskan sebagai
reaksi yang berlanjut. Misel dengan polimer dalam
tahap ini mungkin cukup besar dimana terkandung
lebih dari 1 misel per radikal.

SifatPolimerisasi
dan Aplikasi
Emulsi

Sifat
Polidispersitas
Proses polimerisasi emulsi melibatkan dua fasa
cair, dan menghasilkan fasa padat yang terdispersi
dalam media cair. Maka dari itu, polimer emulsi
mempunyai ukuran partikel yang beragam.
Distribusi ukuran partikel polimer dibagi menjadi
polimodal (polidisperse) dan monomodal
(monodisperse). Polimer dengan distribusi
polymodal mempunyai ukuran partikel yang
bervariasi dengan perbedaan cukup besar.
Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan akan
melebar, atau mempunyai banyak puncak kurva
distribusi.

Sifat
Viskostias
Viskositas pada polimer emulsi menunjukkan
kekentalan dan kemampuan emulsi dalam
mengalir. Polimer yang bercabang akan lebih kental
dibandingkan dengan polimer rantai lurus dengan
berat molekul yang sama. Polimer yang berukuran
kecil akan memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan polimer yang berukuran
besar. Penentuan viskositas berhubungan erat
dengan gaya gesek (friction) dengan spindle.

Aplikasi
Aplikasi dari
polimer emulsi
diantaranya:
Industri
Kertas
Industri
Tinta Cetak
Aplikasi
untuk
Dekorasi

Aplikasi
untuk
Pelapis
Otomotif

Aplikasi
untuk
Modifikasi
Aspal

Industri
Kontruksi

Aplikasi
serbuk
Redispersibl
e

Industri
Karpet
Industri Kulit

Aplikasi
untuk
Modifikasi

Keuntungan
dan
Kekurangan
Polimerisasi Emulsi

Keuntungan
Pengendalian mudah: viskositas massa reaksi
jauh lebih kecil ketimbang larutan dengan
kosentrasi yang sebanding; air menambah
kapasitas panas; dan massa reaksi dapat di
refluks.
Dengan menggunakan kosentrasi sabun yang
tinggi dan kosentrasi bibit yang rendah, akan
diperoleh sekaligus laju polimerisasi dan
panjang rata-rata rantai yang tinggi.
Produk lateks sering dapat langsung
digunakan, juga dapat jadi bahan pembantu
untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang
seragam melalui master hatching.

Kekurangan
Sulit untuk memperoleh polimer yang murni.
Permukaan partiket-partikel kecil yang sangat
luas memberikan ruang yang sangat besar bagi
zat-zat pengotor yang teradsorpsi meliputi
penarikan air oleh sisa sabun, yang dalam
jumlah yang sangat kecil pun dapat
menimbulkan masalah.
Memerlukan teknologi untuk mengambil
polimer padat.
Air dalam massa reaksi menurunkan yield per
volume reactor.

THANK
S!
Any
questions?

Anda mungkin juga menyukai