Anda di halaman 1dari 44

Oleh : Nasrul An Nafiq

2015104010110004
Pembimbing :
dr. Eddy Zarkaty M, Sp. OG.

Laboratorium / SMF Ilmu Kandungan & Kebidanan


RSU Haji Surabaya
Universitas Muhammadiyah Malang
2016

PENDAHULUAN
Ketuban Pecah Premature (KPP) : ruptur membran fetal
yang 1 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
Insiden KPP 6% - 10%, dimana sekitar 20% kasus terjadi
sebelum memasuki UK 37 minggu. KPP berhubungan
dengan 30% - 40% persalinan preterm, dimana sekitar 75%
pasien akan mengalami persalinan satu minggu lebih dini
dari jadwal.
Komplikasi KPP pada neonatus meliputi respiratory
distress syndrome, cord compression, oligohidramnion,
infeksi neonatal dan lain sebagainya.

Anatomi Selaput Ketuban

Fisiologi Selaput Ketuban


Fungsi Selaput Ketuban :
Sebagai wadah cairan ketuban.
Melindungi janin dari benturan trauma fisik.
Melindungi janin terhadap penetrasi langsung dari mikroba &
bahan-bahan kimiawi yang berbahaya.
Melindungi ibu terhadap gerakan-gerakan janin.
Menciptakan kondisi maturasi jaringan paru janin optimal.
Mempertahankan kestabilitas suhu dalam rahim.
Sebagai penyedia bahan baku pembentukan prostaglandin
berperan pada proses persalinan.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Ketuban pecah prematur : pecahnya selaput ketuban


(amnion & khorion) tanpa diikuti tanda-tanda persalinan
pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada
kehamilan preterm.
Pecahnya ketuban yang 1 jam kemudian tidak diikuti tandatanda awal persalinan.

Etiologi & Patogenesis KPP


3 Cara Invasi & Kolonisasi
Kuman Dalam Kehamilan :
Ascending
Transplasenta
Iatrogenik
instrumentasi
mekanik pada
prosedur invasif

Beberapa Faktor Risiko yang Memicu


Terjadinya Ketuban Pecah Prematur :
Kehamilan multipel: kembar dua (50%), kembar tiga (90%).
Riwayat persalinan preterm sebelumnya: risiko 2 - 4x.
Tindakan sanggama: TIDAK berpengaruh kepada risiko,

KECUALI jika higiene buruk, predisposisi terhadap infeksi


Perdarahan pervaginam: trimester pertama (risiko 2x),
trimester kedua/ketiga (20x).
Bakteriuria: risiko 2x (prevalensi 7%).

Continued.

o
o
o
o

pH vagina di atas 4.5: risiko 32% (vs. 16%).


Servix tipis/kurang dari 39 mm: risiko 25% (vs. 7%).
Flora vagina abnormal: risiko 2-3x.
Kadar CRH (corticotropin releasing hormone)
maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb,
dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
(Marjono, 1999).

Skema Patofisiologi Ketuban Pecah Prematur

Diagnosis KPP

a. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel


lanugo vernix.
b. Inspeksi: keluar cairan pervaginam.
c. Inspekulo : bila fundus ditekan / bagian terendah digoyangkan
keluar cairan dari ostium uteri & terkumpul pada forniks posterior.
d. Pemeriksaan Dalam : didapatkan cairan dalam vagina & selaput
ketuban sudah tidak ada lagi.
e. Pemeriksaan Laboratorium :
Kertas lakmus : (+) lakmus merah berubah mejadi biru
Mikroskopik : tampak lanugo, verniks kaseosa.

Tatalaksana
Umum
- Berikan eritromisin 4x250mg selama 10 hari
- Rujuk ke fasilitas yang memadai
Khusus
- >= 34minggu

Terminasi persalinan
- 24-33minggu
Bila terdapat amnionitis, abrusio plasenta dan kematian
janin, terminasi segera
Berikan dexametason 6mg IM tiap 12jam selama 48jam
atau betametason 12mg IM tiap 24jam selama 48jam

Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu


dan janin
Bayi dilahirkan di UK 34 minggu atau di UK 32-33
minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan
paru dan hasil menunjukkan bahwa paru sudah matang
-< 24minggu
Pertimbangkan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan
janin
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
mungkin menjadi pilihan
Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), terminasi segera

Komplikasi
Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina

ke intrauterin.
Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin
akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau
letak lintang).
Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor)
karena air ketuban habis.

Pencegahan
Deteksi faktor risiko & deteksi infeksi secara dini
Trimester pertama: deteksi faktor risiko, aktifitas seksual, pH

vagina, USG, pemeriksaan Gram, darah rutin, urine.


Trimester kedua dan ketiga: hati-hati bila ada keluhan nyeri
abdomen, punggung, kram di daerah pelvis seperti sedang
haid, perdarahan pervaginam, lendir merah muda, discharge
vagina, poliuria, diare, rasa menekan di pelvis.

Definisi
Keradangan bakterial saluran kemih mulai

dari korteks renalis sampai meatus uretra


disertai adanya kolonisasi mikroba di urin

Etiologi
Penyebab ISK bisa bermacam-macam

mikroorganisme, terbanyak adalah kuman


gram negatif yang berasal dari saluran cerna,
E.coli (65%) masih merupakan kuman
penyebab tersering pada ISK

Klasifikasi ISK
Gejala

- Bakteriuri asimptomatis
Dimana terdapat bakteri dalam urine lebih dari
100.000 /ml urine. Pada urinalisis dapat
ditemukan adanya leukosit
- Bakteriuri simptomatis
Lokasi
- ISK Bawah: Urethritis, sistitis, prostatitis
- ISK Atas: Pielonefritis

ISK Bawah (Sistitis)


Dengan gejala dapat berupa disuria,

terkadang didapatkan hematuria, nyeri


daerah suprasimpisis, terdesak kencing
(urgency), stranguria, tenesmus dan nokturia.
Tetapi jarang sampai menyebabkan demam
dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai
leukosit dan eritrosit.

ISK Atas (Pielonefritis)


Dengan gejala berupa nyeri dan tegang pada

daerah sudut costovertebral , demam, mual


dan muntah
Dapat disertai keluhan seperti pada infeksi
saluran kemih bawah
Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat
dan pada pemeriksaan urinalisis ditemukan
leukosit.

Faktor Resiko
Perubahan morfologi traktus urinarius selama

kehamilan
- Dilatasi ureter dan pelvis renal
- Vesika urinaria terdesak ke anterior-superior

Patogenesis
Melalui aliran darah yang berasal dari usus

halus atau organ lain ke bagian saluran kemih.


Penyebaran melalui saluran getah bening
berasal dari usus besar ke buli-buli atau ke
ginjal.
Secara asendens yaitu migrasi
mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu
urethra, buli-buli, ureter lalu ke ginjal.

Manifestasi Klinis
Lokal
- Disuria

Sistemik
Polakisuria

- Stranguria Tenesmus
- Nokturia
- Nyeri

Prostatismus

- Panas badan

Diagnosis
Urinalisis

- Piuria dinyatakan positif bila leukosit >5 LPB


(400x) atau >=103
- Hematuria bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB
sedimen urin
Bakteriologis
- Mikroskopis
Dikatakan positif bila didapatkan satu bakteri
pada pemeriksaan mikroskopis urine segar
pada lapangan pandang minyak emersi

Biakan Bakteri

Bakteriuria Asimptomatik
- biakan urin 2x >= 100.000cfu/ml dengan kuman
sama
- Biakan urin 1x >= 100.000cfu/ml dengan tes nitrit
positif
Bakteriuria Simptomatik (sistitis, pielonefritis)
- Sindrom piuria-disuria
Biakan urin >= 1000cfu/ml, piuria leukosit >20/mm3

Terapi
Tujuan dari pengobatan ISK adalah
1.Menghilangkan kuman dan koloni kuman
2.Menghilangkan gejala
3.Mencegah dan mengobati sepsis
4.Mencegah gejala sisa

Oleh: Nasrul An Nafiq


Pembimbing: dr. Eddy Zarkaty M, Sp.OG

30

Identitas
Nama

: Ny. Syamiah
Usia
: 22 tahun
Alamat : kapad madya 4 i/28 SBY
Agama : Islam
Suku
: Madura
Pekerjaan
: IRT
MKB
: 16.50WIB tanggal 19/11/2016

31

Suami

: Tn. M. Achmad
Umur
: 28 tahun
Suku
: Madura
Agama : Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat : kapad madya 4 i/28 SBY

32

Anamnesis
Keluhan Utama : Ketuban Pecah
Keluhan Tambahan : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dengan hamil pertama datang ke RSU Haji pada


tanggal 11 September 2016 pukul 16.50 atas rujukan
dari puskesmas dengan G1 P000 UK 40-41 minggu
THIU + letak kepala + inpartu kala 1 fase laten + KPP.
Pasien mengeluhkan kenceng-kenceng, kencengkenceng dirasakan pasien sejak kemarin malam.
Kenceng-kenceng dirasakan semakin sering. Pasien
mengaku ada rembesan air keluar dari jalan lahir sejak
jam 04.00. Pada saat keluar air rembesan tersebut
pasien menyangkal keluar darah dari jalan lahir.
33

Riwayat
Riwayat Penyakit
Dahulu

Hipertensi: Dabetes Melitus: Asma: Alergi: -

Riwayat Penyakit
Keluarga
Hipertensi: Dabetes Melitus: Asma: Alergi: -

34

Riwayat Haid
Menarche
Siklus

:
Lama
:
Dismenorhea :
HPHT
:
TP
:
UK
:

: 15 tahun
30 hari, teratur
7 hari
(-)
25-01-2016
4-11-2016
40-41 minggu

35

Riwayat Perkawinan
Menikah
: 1 kali

Lama menikah

: 1 tahun
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
1. Hamil ini
Riwayat ANC :
Riwayat ANC : 7x di bidan puskesmas
Riwayat KB: 36

Pemeriksaan Umum
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 60 kg
BMI
: 26,6
Keadaan umum
: lemah

A/I/C/D
:-/-/-/Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu
: 37,8 C
37

Status Generalis
Kepala

: Oedem kelopak mata - / Konjunctiva anemis - / Sclera icterus - / Leher


: Pembesaran KGB (-),
Thorax
: Bentuk normal, gerak simetris
Pulmo
: Suara nafas vesikuler, Rh - / - , Wh - / Cor
: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : distended-, supel+, H/L ttb, NT-, BU+
Ekstremitas : akral hangat
+
+
oedem
+
+
38

Status Obstetri
Abdomen :

Inspeksi : perut membesar, cembung, simetris, striae

albican (-), linea nigra (-), bekas jahitan operasi (-)


Palpasi :
Leopold I : Teraba bagian janin bulat,
lunak, kesan bokong, TFU 34
cm
Leopold II : Kesan punggung janin di sisi
kanan ibu.

39

Leopold III
: Kesan bagian terendah janin
adalah kepala
Leopold IV
: Kesan bagian terendah janin
(kepala) sudah masuk PAP

DJJ : 145x/menit
TBJ : 3410gr
VT : Pembukaan 6cm, eff: 75%, let.kepala,

Hodge 1, ketuban (-)


His : (+) 1x/10mnt selama 40detik
40

Diagnosis :
G1P0000/ 40-41 Minggu/ THIU/ Letak Kepala/
Inpartu Kala 1 fase aktif/ KPP/ Febris/ UPD N/
TBJ 3410gram

41

Planning
diagnosis
NST
DL dan UL
terapi
Antibiotik: Erytromisin 4x250gram
Observasi CHPB
Pro spontan belakang kepala

42

Follow up

43

TERIMA KASIH

44

Anda mungkin juga menyukai