PERBENDAHARAAN
LATAR BELAKANG
REFORMASI BIROKRASI
TERBI
T
CABUT
PMK 234/PMK.01/2015
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DASAR HUKUM
1.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara
2.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
3.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
4.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5.Keputusan Presiden Nomor 134/M Tahun 2013;
6.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007
tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
71/PMK.01/2007 dan terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.01/2012;
7.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.01/2007
TUJUAN
BAB IV PELAPORAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN II - VIII
SANKSI
Pegawai yang melakukan pelanggaran
atau penyimpangan terhadap Kode
Etik dikenakan sanksi moral, berupa:
1. permohonan maaf secara lisan
dan/atau tertulis; atau
2. Pernyataan penyesalan
Pengenaan sanksi moral dapat
disampaikan secara tertutup atau
terbuka.
SANKSI MORAL
1) Tertutup
Penyampaian sanksi moral secara tertutup disampaikan
Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang
dihadiri oleh Pegawai yang bersangkutan serta pejabat
lain yang terkait dan berlaku sejak tanggal disampaikan
oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai yang
dikenakan sanksi.
Pangkat pejabat lain yang terkait dalam penyampaian
sanksi moral secara tertutup, harus tidak lebih rendah
dari Pegawai yang dikenakan sanksi.
Pertimbangan pengenaan sanksi moral secara tertutup
antara lain yaitu:
a) pelanggaran kode etik yang bersifat individu/ antar individu;
b) tidak memiliki dampak negatif terhadap unit kerja atau lingkup
yang lebih luas; dan
c) dapat diselesaikan dengan permohonan maaf.
MEKANISME PENANGANAN
Dugaan
Pelanggar
an
ADUA
N
PEJABAT YANG
BERWENANG
MEMERIKSA
PELANGGARAN
DISIPLIN
Disiplin
LAPORAN
ATASAN
TEMUA
N
UKI
ANALI
SIS
Kode
Etik
USULAN
Pejabat yang
Berwenang
S
K
MAJELI
S
PEJABAT YG
BERWENANG
Pegawai
yang
memangku
jabatan Sekretaris
Pengawas/Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan Direktorat Jenderal
Fungsional di lingkungan Kantor Pusat Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Pegawai
yang
memangku
jabatan Para Kepala Kantor
Pengawas/Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan Wilayah Direktorat
Fungsional di lingkungan Kantor Wilayah Jenderal
TUGAS&KEWAJIBAN MAJELIS
Pemanggil
an I
MAJELIS
5
HK
datang
5
HK
5
HK
tidak
Pemanggila
n II
datang
Pemeriksaan
Pembelaan
oleh Pegawai
ybs.
Musyawarah
Suara
Terbanyak
TERTUTUP
tidak
KEPUTUSAN
BERSIFAT
FINAL
LHP
Wewenang
Mengenakan sanksi moral terhadap para
Perbendaharaan
Pratama/Pejabat
lingkungan
Eselon
Direktorat
II
di
Jenderal
Pemangku jabatan
Perbendaharaan
Mengenakan sanksi moral terhadap para
Pimpinan Tinggi
Pegawai
Pratama/Pejabat
Administrator/Pejabat
Eselon II
Pemangku jabatan
lingkungan masing-masing
Mengenakan sanksi moral terhadap para
Administrator/Pejabat Pegawai
Eselon III
yang
yang
Pengawas/Pejabat
memangku
Eselon
jabatan
III
di
memangku
jabatan
Eselon
Pejabat
IV,
PELAPORAN
Untuk kepentingan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
penanganan dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh
UKI di masing-masing unit kerja, diperlukan pelaporan
berjenjang yang dilakukan secara periodik.
Pelaporan penanganan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik
oleh UKI dilaksanakan sebagai berikut:
1. Hasil penanganan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik
Pegawai yang dilaksanakan oleh UKI-P dan UKI-W, dilaporkan
tiap semester secara berjenjang kepada UKI di atasnya.
2. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
dilakukan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah
semester berakhir untuk UKI-P dan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja setelah semester berakhir untuk UKI-W.
3. UKI-E1 melaporkan hasil penanganan dugaan pelanggaran di
lingkungan kantor pusat dan hasil penanganan UKI di unit
kerja vertikal kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan
selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kerja setelah
semester berakhir.