Anda di halaman 1dari 25

KODE ETIK PEGAWAI DITJEN

PERBENDAHARAAN

JAKARTA, 19-21 APRIL 2016

LATAR BELAKANG
REFORMASI BIROKRASI

LATAR BELAKANG (LANJUTAN)


PMKKEPDIRJEN
48/PM.5/2007
161/PMK.01/2012
KODE ETIK

TERBI
T

CABUT

PMK 234/PMK.01/2015
Direktorat Jenderal Perbendaharaan

DASAR HUKUM
1.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara
2.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
3.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
4.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5.Keputusan Presiden Nomor 134/M Tahun 2013;
6.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007
tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
71/PMK.01/2007 dan terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.01/2012;
7.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.01/2007

DASAR HUKUM (LANJUTAN)


8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang
Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya dengan Tunjangan
Khusus Pembinaan Keuangan Negaradi Lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.01/2015;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;
10.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KM.1/2003 tentang
Pedoman Teknis Pelaksanaan Peningkatan Efisiensi dan
Disiplin Kerja Aparatur Negara di Lingkungan Departemen
Keuangan;
11.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 293/KMK.01/2007
tentang Pendelegasian Wewenang kepada Para Pejabat di
Lingkungan Departemen Keuangan untuk Memberikan Sanksi
Moral atas Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Departemen Keuangan;
12.Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER3/PB/2013 tentang Pengelolaan Pengaduan di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

TUJUAN

Martabat, kehormatan, dan kredibilitas


organisasi Direktorat Jenderal

PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI


DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PELAPORAN

BAB V PENUTUP

LAMPIRAN II - VIII

KODE ETIK PEGAWAI

ETIKA DALAM BERNEGARA


1. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
2. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan bernegara;
3. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
4. Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas;
5. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa;
6. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijaksanaan dan program Pemerintah;
7. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara
efisien dan efektif;
8. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar;
9. Tidak meminta/menerima imbalan/gratifikasi, yang berhubungan dengan
jabatan dan berlawanan dengan tugas dan kewajiban;
10.Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan;
11.Tidak membuat dan/atau menyebarluaskan hal-hal yang mengandung
unsur kebencian dan SARA;
12.Tidak membuat dan/atau menyebarluaskan tulisan/gambar yang dapat
merendahkan institusi/pimpinan pemerintahan;

ETIKA DALAM BERORGANISASI


1. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku dengan penuh
tanggung jawab, termasuk tidak menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangan
yang dimiliki;
2. menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3. melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang;
4. membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
5. menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam
rangka pencapaian tujuan;
6. memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
7. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan
kinerja organisasi;
9. berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja;
10.tidak menyebarkan informasi perbendaharaan yang menurut ketentuan perundangundangan tidak boleh disebarluaskan kepada pihak yang tidak berkepentingan;
11.menaati ketentuan jam kerja dan memanfaatkannya untuk kegiatan kedinasan;
12.menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan ruang kerja, termasuk tidak
merokok di dalam gedung kantor;
13.berpakaian sesuai ketentuan dan standar etika yang berlaku, dan tidak memakai
pakaian dengan bahan jeans saat dinas/pertemuan resmi, kecuali ditentukan lain;
14.memakai sepatu kerja pada saat jam kerja di lingkungan kantor maupun saat
pertemuan dinas di luar kantor, kecuali ada keperluan ke kamar kecil atau untuk
keperluan melaksanakan ibadah sesuai agama/kepercayaannya;
15.mengenakan tanda pengenal (name tag) Pegawai saat jam kerja/keperluan dinas;
16.mengindahkan etika berkomunikasi (bercakap-cakap, bertelepon, menerima tamu,

ETIKA DALAM BERMASYARAKAT


1. mewujudkan pola hidup sederhana;
2. memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun,
tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan;
3. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil
serta tidak diskriminatif;
4. tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
5. berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam melaksanakan tugas;
6. memiliki toleransi atas perbedaan agama/kepercayaan, adat
istiadat dan budaya;
7. tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma kesusilaan,
antara lain zina, selingkuh, judi, pornografi/pornoaksi;
8. tidak memasuki tempat-tempat yang dipandang tidak pantas
secara etika dan moral yang berlaku di masyarakat, seperti
tempat pelacuran dan perjudian, kecuali karena adanya
penugasan khusus;
9. tidak membuat posting berupa tulisan/gambar/video di media
sosial yang menyinggung/merugikan orang lain maupun
institusi/organisasi;
10.tidak melanggar aturan etika/moral masyarakat yang dapat

ETIKA TERHADAP DIRI SENDIRI


1. jujur dan terbuka serta tidak memberikan ucapan atau
informasi yang tidak benar yang berakibat timbulnya
fitnah/prasangka buruk dari sesama Pegawai;
2. bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
3. menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok
maupun golongan;
4. berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
kemampuan, ketrampilan, dan sikap;
5. memiliki daya juang yang tinggi;
6. menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
7. berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan;
8. tidak mengkonsumsi minuman keras maupun obatobatan terlarang, kecuali dalam kondisi tertentu (acara
adat atau tindakan medis) yang mengharuskan konsumsi
barang tersebut;
9. tidak menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk

ETIKA TERHADAP SESAMA PNS


1.

memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri


Sipil;
2. saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal
maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antar
instansi;
3. menghargai perbedaan pendapat;
4. menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
5. menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai
Negeri Sipil;
6. tidak melakukan pemaksaan agama/kepercayaan terhadap pemeluk
agama/kepercayaan lain;
7. tidak melakukan tindakan kekerasan fisik/main hakim sendiri;
8. mau mengakui kesalahan dan tidak melemparkan tanggung jawab
kepada Pegawai lain atas hasil pelaksanaan tugasnya;
9. memberi prioritas cuti bagi Pegawai yang akan memperingati hari
besar agama/kepercayaannya, kecuali ditentukan lain sesuai kebijakan
pimpinan (misalnya kebijakan pembatasan jumlah Pegawai yang
melaksanakan cuti);
10. memberi kesempatan menunaikan ibadah ketika rapat kerja/tugas
kedinasan sedang berlangsung;

PENERAPAN KODE ETIK


1. Setiap Pegawai wajib menerapkan Kode Etik dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari.
2. Setiap atasan langsung Pegawai turut bertanggungjawab atas
kepatuhan penerapan Kode Etik bawahannya, dalam bentuk:
a. Pembinaan terkait penerapan Kode Etik; dan/atau
b. Kesediaan dimintai keterangan dalam hal terdapat dugaan pelanggaran
Kode Etik yang dilakukan oleh Pegawai bawahannya.

3. Setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal


Perbendaharaan wajib melakukan internalisasi Kode Etik dalam
berbagai bentuk kegiatan atau media.
4. Dalam rangka penegakan Kode Etik, UKI melaksanakan kegiatan
pemantauan kepatuhan kode etik dan disiplin Pegawai di
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
5. Pemantauan kepatuhan kode etik dan disiplin berpedoman pada
Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan yang mengatur
mengenai Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Disiplin
di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

SANKSI
Pegawai yang melakukan pelanggaran
atau penyimpangan terhadap Kode
Etik dikenakan sanksi moral, berupa:
1. permohonan maaf secara lisan
dan/atau tertulis; atau
2. Pernyataan penyesalan
Pengenaan sanksi moral dapat
disampaikan secara tertutup atau
terbuka.

SANKSI MORAL
1) Tertutup
Penyampaian sanksi moral secara tertutup disampaikan
Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang
dihadiri oleh Pegawai yang bersangkutan serta pejabat
lain yang terkait dan berlaku sejak tanggal disampaikan
oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai yang
dikenakan sanksi.
Pangkat pejabat lain yang terkait dalam penyampaian
sanksi moral secara tertutup, harus tidak lebih rendah
dari Pegawai yang dikenakan sanksi.
Pertimbangan pengenaan sanksi moral secara tertutup
antara lain yaitu:
a) pelanggaran kode etik yang bersifat individu/ antar individu;
b) tidak memiliki dampak negatif terhadap unit kerja atau lingkup
yang lebih luas; dan
c) dapat diselesaikan dengan permohonan maaf.

SANKSI MORAL (LANJUTAN)


2) Terbuka
Sanksi moral secara terbuka dapat disampaikan
Pejabat yang berwenang melalui beberapa
sarana/media sebagai berikut:
)
)
)
)
)

Forum pertemuan resmi pegawai


Upacara bendera
Papan pengumuman
Media massa
Forum lain yang dipandang sesuai

SANKSI MORAL (LANJUTAN)


Pertimbangan pengenaan sanksi moral
secara terbuka antara lain yaitu:
pelanggaran kode etik yang terkait isu
SARA dan berpotensi menimbulkan
keresahan sosial;
menjadi fokus perhatian pimpinan
kementerian/ unit eselon I;
pelanggaran kode etik yang memiliki
dampak negatif terhadap citra unit kerja;
dan/ atau
pencemaran nama baik/citra instansi yang
terungkap melalui media massa.

SANKSI MORAL (LANJUTAN)


Sanksi moral ditetapkan dengan keputusan Pejabat yang berwenang
dengan memuat pelanggaran Kode Etik yang dilakukan.
Dalam hal tempat kedudukan Pejabat yang berwenang dan tempat
Pegawai yang dikenakan sanksi moral berjauhan, Pejabat yang berwenang
dapat menunjuk Pejabat lain di lingkungannya untuk menyampaikan
sanksi moral dimaksud, dengan ketentuan pangkat Pejabat yang ditunjuk
tidak lebih rendah dari Pegawai yang dikenakan sanksi.
Pegawai yang dikenakan sanksi moral namun tidak hadir pada waktu
penyampaian keputusan sanksi moral tanpa disertai alasan yang sah,
dianggap telah menerima keputusan sanksi moral tersebut.
Pegawai yang dikenakan sanksi moral namun tidak bersedia mengajukan
permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau membuat
pernyataan penyesalan, dapat dijatuhi hukuman disiplin ringan
berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Disiplin Pegawai.
Sanksi moral dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak
keputusan sanksi moral disampaikan kepada Pegawai yang dikenakan
sanksi.

MEKANISME PENANGANAN
Dugaan
Pelanggar
an

Unit Kerja Es. II / I

Unit Kerja Atasan Pelanggar


Identitas Pelapor dan
Pelanggar;
Pelanggaran;
Saksi; dan
Bukti.

ADUA
N

PEJABAT YANG
BERWENANG
MEMERIKSA
PELANGGARAN
DISIPLIN

Disiplin
LAPORAN
ATASAN

TEMUA
N

UKI

ANALI
SIS

Kode
Etik
USULAN

Pembinaan oleh atasan


langsung

Pejabat yang
Berwenang

S
K
MAJELI
S

PEJABAT YANG BERWENANG


MEMBENTUK MAJELIS KODE ETIK
PEGAWAI YG DIPERIKSA

PEJABAT YG
BERWENANG

Pegawai yang memangku jabatan struktural Menteri Keuangan


Pimpinan Tinggi Madya/Eselon I dan
Pimpinan Tinggi Pratama/Eselon II atau
yang setingkat di lingkungan Kementerian
Keuangan.
Pegawai
yang
memangku
Administrator/Pejabat
Eselon
lingkungan
Direktorat
Perbendaharaan.

jabatan Direktur Jenderal


III
di Perbendaharaan
Jenderal

Pegawai
yang
memangku
jabatan Sekretaris
Pengawas/Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan Direktorat Jenderal
Fungsional di lingkungan Kantor Pusat Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Pegawai
yang
memangku
jabatan Para Kepala Kantor
Pengawas/Pejabat Eselon IV, Pelaksana, dan Wilayah Direktorat
Fungsional di lingkungan Kantor Wilayah Jenderal

MAJELIS KODE ETIK


Pembentukan Majelis Kode Etik

Majelis Kode Etik dibentuk setiap terjadi pelanggaran Kode Etik


yang
disampaikan
kepada
Pejabat
yang
berwenang
membentuk Majelis Kode Etik. Keanggotaan Majelis Kode Etik
terdiri dari:
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota;
b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota; dan
c. Anggota selain Ketua dan Sekretaris.
. Anggota Majelis Kode Etik diatur sebagai berikut:
a. berjumlah ganjil, dan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
Pegawai,
b. jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh
lebih rendah dari jabatan dan pangkat Pegawai yang
diperiksa.
c. unsur keanggotaan paling kurang terdiri dari Atasan
langsung Pegawai, UKI di unit kerja bersangkutan, dan
unsur yang menangani kepegawaian.

TUGAS&KEWAJIBAN MAJELIS
Pemanggil
an I

MAJELIS

5
HK
datang

5
HK
5
HK

tidak

Pemanggila
n II
datang

Pemeriksaan
Pembelaan
oleh Pegawai
ybs.

Musyawarah
Suara
Terbanyak

TERTUTUP

tidak

KEPUTUSAN
BERSIFAT
FINAL

LHP

PEJABAT YANG BERWENANG


MENGENAKAN SANKSI
Pejabat
Direktur Jenderal

Wewenang
Mengenakan sanksi moral terhadap para

Perbendaharaan

Pegawai yang memangku jabatan Pimpinan


Tinggi

Pratama/Pejabat

lingkungan

Eselon

Direktorat

II

di

Jenderal

Pemangku jabatan

Perbendaharaan
Mengenakan sanksi moral terhadap para

Pimpinan Tinggi

Pegawai

Pratama/Pejabat

Administrator/Pejabat

Eselon II
Pemangku jabatan

lingkungan masing-masing
Mengenakan sanksi moral terhadap para

Administrator/Pejabat Pegawai
Eselon III

yang

yang

Pengawas/Pejabat

memangku
Eselon

jabatan
III

di

memangku

jabatan

Eselon

Pejabat

IV,

Fungsional dan Pelaksana di lingkungan

PELAPORAN
Untuk kepentingan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
penanganan dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh
UKI di masing-masing unit kerja, diperlukan pelaporan
berjenjang yang dilakukan secara periodik.
Pelaporan penanganan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik
oleh UKI dilaksanakan sebagai berikut:
1. Hasil penanganan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik
Pegawai yang dilaksanakan oleh UKI-P dan UKI-W, dilaporkan
tiap semester secara berjenjang kepada UKI di atasnya.
2. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
dilakukan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah
semester berakhir untuk UKI-P dan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja setelah semester berakhir untuk UKI-W.
3. UKI-E1 melaporkan hasil penanganan dugaan pelanggaran di
lingkungan kantor pusat dan hasil penanganan UKI di unit
kerja vertikal kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan
selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kerja setelah
semester berakhir.

Anda mungkin juga menyukai