Anda di halaman 1dari 46

TANTANGAN DAN

PELUANG
PRODUKSI OBAT HALAL

Prof. Dr. Slamet Ibrahim S,


Apt.
School of Pharmacy ITB
sibrahim@fa.itb.c.id
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN
IMPLEMENTASI
SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL INDONESIA
Aula Timur, 14 Desember 2015
PENDAHULUAN
Undang undang No 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal (UUJPH) telah disahkan
dan diundangkan pada Oktober 2014.
UU RI ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan dan jaminan tentang kehalalan
produk yang dikonsumsi dan digunakan
masyarakat, terutama ummat Islam.
Yang dimaksud dengan produk dalam UU ini
adalah barang dan/atau jasa yang terkait
dengan makanan, minuman, obat, kosmetik,
produk kimiawi, produk biologi, produk
rekayasa genetik,
SEMINAR MENJAWAB serta IMPLEMENTASI
TANTANGAN barang gunaan yang
SISTEM JAMINAN
dipakai, digunakan, atau
PRODUK HALAL dimanfaatkan
INDONESIA, 2015 oleh
BATASAN OBAT
Obat adalah bahan atau paduan bahan-
bahan termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia (UU RI No 36
tahun 2009, tentang Kesehatan, Pasal 1
aya 8).
Obat adalah bahan yang digunakan dalam
produk farmasi
SEMINAR MENJAWAB yangIMPLEMENTASI
TANTANGAN dimaksudkan untuk
SISTEM JAMINAN
mengubah sendi atau
PRODUK HALAL menyelidiki
INDONESIA, 2015 sistem
BATASAN OBAT (USA-
FDA)
1. Bahan atau Sediaan Farmasi yang
terdapat dalam Farmakope (USP) atau
Formulasi Nasional (NF).
2. Bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan
suatu penyakit pada manusia atau
khewan.
3. Bahan (di luar makanan) yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi
struktur atau fungsi tubuh manusia atau
khewan.
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
4. Bahan yang dimaksudkan untuk
Tujuan Penggunaan Obat
a. Melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam
tubuh ( vitamin, mineral, hormon, protein,
gula, dll)
b. Mencegah suatu penyakit atau infeksi
(misalnya vaksin)
c. Melawan dan membunuh penginfeksi
( antibiotika, antibakteri, anti parasit, dll)
d. Blokade/menghalangi sementara fungsi normal
tubuh (misalnya anestetika dan kontrasepsi)
e. Koreksi terhadap suatu fungsi faal/fisiologi
organ yang terganggu (disfungsi, hipofungsi
dan hiperfungsi)
f. Detoksifikasi racun dalam tubuh ( antidotum)
g. Membantu dalam diagnosis (senyawa radio
opaque)
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
h. Tujuan rekreatif dan INDONESIA,
PRODUK HALAL kegiatan2015
religi
i. Meningkatkan performans atlit (doping dalam
Sumber/Bahan Asal Obat

1. Tanaman dan Tumbuhan


2. Binatang
3. Mineral (bahan tambang)
4. Sintesis Kimia
5. Mikroba (jasad renik)
6. Produk biologi (Biopharmaceutical
drugs, vaksin dan serum)
7. Bagian tubuh Manusia (darah, produk
darah, hormon, dll)

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Aspek hukum Obat
Pasal 98 (UU No 36, Tahun 2009 , KESEHATAN)
(1) Sediaan farmasi (obat, obat tradisional dan
kosmetik) dan alat kesehatan harus aman,
berkhasiat, bermutu, dan terjangkau.
Pasal 105
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku
obat harus memenuhi syarat farmakope Indonesia
atau buku standar lainnya.
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan
kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi
standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.
Pasal 106 :
(3) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
diedarkan setelah mendapat izin edar.
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
PENGEMBANGAN SUATU OBAT

Desain
Rasional Kualitas Kualitas Kualitas

Manufak Manufakt Pemasaran


Pengem- tur ,
Penemua ur obat
bangan senyawa Distribusi,
n jadi
Aktif dan
Penggunaa
n
-Riset dasar - Uji praklinik Produksi
- Skrining - Uji klinik senyawa aktif

-Uji pada FASE 1, 2, 3


hewan

GLP & GMP GMP GDP, GSP


GCP & GPP

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Skrining Ketat Obat Baru

Sumber: www.venture-pharmaceuticals.com
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Persyaratan Umum
BAHAN
AKTIF CPOB/ BAHAN
FARMASI EKSIPIEN
cGMP
Aman
PROSES Aman
Berkhasia MANUFAKTUR Tidak berlebihan

t (COMPOUNDING) Tidak mengurangi


Ketersediaan

Aman hayati &
Bermutu Efek terapi obat

Berkhasia
SEDIAAN Tidak mengganggu
t FARMASI dalam
pengujian dan
penetapan
SEMINARBermutu
MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN kadar obat
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Bermutu
Siklus Supply
Chain Obat
Sumber: PraeAgusta (PT.
Pasien/customer
Enseval TBK) PBF Bahan Baku

Consumer
Demand
Order to
Supplier

Apotik/ RS PBF Sub-Dist PBF DISTRIBUTOR MANUFACTURER

GPP GDP GMP

INVENTORY INVENTORY INVENTORY INVENTORY


Shipment to Shipment to Shipment to
retailer Wholesaler Distributor
Industri farmasi sebagai
produsen obat
Industri farmasi merupakan titik awal dari rantai
pasok farmasi, meliputi industri farmasi pembuatan
obat dan pembuatan bahan obat (Permenkes No
1799/MenKes/Per/XII/2010).
Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat meliputi pengadaan bahan
awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu, penjaminan mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan.
Industri Farmasi wajib memperoleh izin dari DirJend.
Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI.
memenuhi persyaratan CPOB (mempunyai
sertifikat CPOB dari
SEMINAR MENJAWAB BadanIMPLEMENTASI
TANTANGAN POM), dan mempunyai
SISTEM JAMINAN
nomor izin edar PRODUKdari obat
HALAL yang 2015
INDONESIA, diproduksinya.
SARANA PENYEDIAAN DAN
PENYALURAN OBAT DI
INDONESIA
INDUSTRI
FARMASI
200

PEDAGANG BESAR
FARMASI 2400

APOTEK
10.000

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Kriteria Obat Bermutu
Ada kesesuaian antara obat dengan kegunaannya yang
telah ditetapkan, meliputi karakteristik mutu farmakope yaitu
identitas, kemurnian, dan kadar /potensi (ICH).
Ketepatan obat terhadap tujuan penggunaannya yang
ditentukan oleh:
a. Perbandingan khasiat dan keamanan obat terhadap pengobatan
yang sesuai dengan pernyataan dalam label atau sebagaimana
yang dipromosikan atau dipublikasikan,
b. Kesesuaian obat terhadap spesifikasi mutu farmakope dalam
hal identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik
lainnya (WHO).

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Produsen Obat harus
menjamin:
Produk akhir mengandung sejumlah tertentu
senyawa aktif yang sesuai dengan
pernyataan dalam label.
Keragaman sediaan antar unit/bets telah
diminimalkan.
Setiap bahan yang digunakan dalam formula
dan produk akhir telah memenuhi
persyaratan identitas, kemurnian, dan
kadarnya sesuai Farmakope Indonesia V atau
standar lainnya.
Setiap produk akhir tidak mengandung
kontaminan yang masuk selama proses
manufaktur.
Setiap produk akhir stabil selama
penyimpanan dalam kondisi
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN yang
IMPLEMENTASI sesuai.
SISTEM JAMINAN
Produk akhir tetap
PRODUK efektif
HALAL untuk
INDONESIA, 2015 pengobatan
pasien.
Klasifikasi Obat
Cara memperoleh obat
1. Obat Etikal (harus dengan resep
dokter)
Obat Keras , Obat Golongan
Narkotika dan
Obat Golongan Psikotropika
2. Obat Tanpa resep dokter (OTC
Drugs)
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Klasifikasi Vaksin
Vaksin adalah sediaan farmasi yang
mengandung zat antigenik yang
mampu menimbulkan kekebalan aktif
dan khas pada manusia.
1. Vaksin bakteri
2. Toksoid bakteri
3. Vaksin viral dan ricketsia
4. Vaksin campuran/konyugat
5. Vaksin DNA
6. Vaksin Virus-Like Particles

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Klasifikasi Obat Herbal
a. OBAT TRADISIONAL / JAMU
(Syarat : aman, khasiat empiris,
bermutu)
b. OBAT HERBAL TERSTANDAR
(Syarat : aman, khasiat uji praklinik,
bermutu/ standardisasi bahan baku)
c. FITOFARMAKA
(Syarat : aman, khasiat berdasarkan uji
klinik, bermutu/standardisasi bahan baku)

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Perbedaan antara
Obat dan Makanan
1. Tujuan penggunaan:
Obat : Diagnosis, penyembuhan,
peningkatan, pemulihan,
pencegahan penyakit (live saver)
Makanan: Sumber energi dan untuk
pertumbuhan
perkembangan tubuh dan
penggantian sel dll.
2. Waktu penggunaan:
Obat : Hanya pada kondisi sakit, preventif
atau
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
pemulihan
PRODUK HALALdi bawah
INDONESIA, pengawasan
2015
Kriteria Kehalalan Obat
(1)
Dinyatakan halal sesuai dengan
Syariat Islam (UU No 33 Tahun 2014,
Jaminan Produk Halal)
Memenuhi persyaratan mutu, aman
dan berkhasiat (UU No 36 Tahun
2009, Kesehatan), serta terdaftar
(mempunyai izin edar)di Badan POM RI.
Memenuhi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 30 Tahun 2013,
tentang Obat dan Pengobatan.
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Kriteria Kehalalan Obat
(2)
Tidak dibuat dari atau bercampur
dengan bahan haram atau najis
(haram and najis free materials)
Pada saat diproduksi, penyimpanan
dan distribusi tidak terkontaminasi
oleh bahan berasal dari babi (pork
free facility and process)

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Obat, Makanan dan Minuman serta
Kosmetik yang terdaftar di BPOM

Saat ini telah terdaftar di Badan POM


RI sebagai berikut
(www.pom.go.id/news/):
1. Obat 24.281
2. Obat Tradisional 9.248
3. Makanan & Minuman 64.726
4. Kosmetik 100.314
5. Suplemen Makanan 3.299
(Unduhan: 4 Desember 2015)

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Daftar Obat dan
Formularium Nasional 2013

Jumlah Obat dalam FORMULARIUM


NASIONAL 2013, yang dijadikan
rujukan untuk Obat BPJS Kesehatan
adalah sebagai berikut:
(www.pom.go.id/news/):
519 item obat, terdiri dari:
a. 29 kelas terapi
b. 90 sub kelas terapi
c. 923 kekuatan/bentuk sediaan
. Misalnya Parasetamol terdapat dalam 4
bentuk
SEMINAR sediaan:
MENJAWAB Tablet,
TANTANGAN Sirop, Kaplet
IMPLEMENTASI dan
SISTEM JAMINAN
Kapsul PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Daftar Obat dalam e-
Catalogues
Sumber: Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekes, Dir Jend.
Bin Far dan Alkes. Kemenkes RI.

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Obat yang telah
bersertifikat halal
Jumlah Obat yang bersertifikat Halal
dari LPPOM MUI hanya ada 22 item
yaitu:
a. 2 Vaksin Anti Meningitis
b. 13 Aromatherapi
c. 2 Obat typhus dari Ekstrak Cacing
d. 4 Obat Tradisional
e. 1 Obat
Sumber: gosok
www. republika.co.id/berita/hasil, diunduh 12
desember 2015

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Fakta Nyata:
Jumlah Industri Farmasi di Indonesia :
200, terdiri atas BUMN (4), PMA (24) dan
PMDN (163).
Bahan baku obat (BBO) hampir 95%
diimport dari Luar negeri : Tiongkok,
India, Amerika, dll.
Mayoritas industri farmasi di Indonesia
adalah industri farmasi formulasi yang
memproduksi sediaan farmasi.
Hanya ada 1 industri BUMN yang
memproduksi sediaan Vaksin untuk
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
keperluan PRODUK
dalam negeri
HALAL maupun
INDONESIA, 2015 ekspor.
Fakta Nyata:

o Omzet Industri Farmasi Indonesia mencapai Rp.


52 Trilyun pada
tahun 2014.
o Pangsa pasar Industri Farmasi PMDN mencapai
70% dan siasanya
30% dikuasai PMA. (Sumber: GP Farmasi
Indonesia).
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Indonesian Pharma Market
will reach double digit in growth

2015 Global market: $1.1


IMS Health, Market Prognosis, 2011-15
Keengganan untuk disertifikasi
halal karena ada anggapan (1):

Karena sekitar 95% BBO diimport


maka Industri Farmasi akan
mendapatkan kesulitan dalam
mendapatkan Sertifikat halal BBO dari
produsen atau importir.
Penekanan kriteria untuk obat adalah
aman, berkhasiat dan bermutu sudah
menjamin keefektifan dalam
pengobatan.
Penambahan kriteria kehalalan untuk
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
obat, akan meningkatkan biaya
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
produksi yang akhirnya akan
Anggapan (2)
Kewajiban sertifikasi halal untuk obat,
dapat menyebabkan kekosongan
persediaan obat yang dibutuhkan yang
dapat mengancam kesehatan dan
keselamatan pasien.
Penambahan biaya yang signifikan untuk
sertifikasi, pemisahan fasilitas dan
peralatan dalam manufakturing obat
halal dan obat haram.
Penggantian salah satu komponen dalam
formulasi, akan berdampak pada proses
produksi, karena
SEMINAR MENJAWAB harus
TANTANGAN melakukan
IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
penglangan ujiHALAL
PRODUK stabilitas, uji kinerja
INDONESIA, 2015
Perbedaan
pandangan/paradigma
Dalam masalah proses pengolahan dan
manufakturing serta pengawasan mutu
BBO dan sediaan obat sangat ketat (uji
bioekivalen, disolusi terbanding,
biosimilar, dll)
Riset Obat dan Vaksin yang lama, ketat
dan membutuhkan dana yang cukup
besar dengan tingkat keberhasilan yang
kecil.
Produksi BBO dalam negeri belum bisa
dilaksanakan secepatnya karena
membutuhkan perencanaan yang
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
seksama dan PRODUKperlu dukungan
HALAL INDONESIA, 2015 dari
industri kimia dasar yang kuat (seperti
Perbedaan
pandangan/paradigma (2)
Beberapa BBO bisa dibuat dari bahan
berasal binatang melalui suatu proses yang
cukup panjang dalam beberapa tahap:
reaksi saponifikasi, pemisahan, reaksi
penggaraman, lalu pengasaman kembali dan
terakhir pemurnian untuk memperoleh asam
stearatnya. Sifat dan bentuk asam stearat
berbeda dengan lemak semula.
Suatu BBO disintesis menggunakan katalis
enzim berasal dari binatang, jumlahnya kecil
tetapi reaksinya jauh lebih cepat dan sangat
spesifik. Produk yang dihasilkan dibersihkan
dari enzim
SEMINAR tersebut
MENJAWAB TANTANGANmelalui kromatografi
IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
kolom menggunakan celite (turunan
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015 dari
Peluang Bisnis?
Indonesia dengan jumlah penduduk yang
besar telah muncul sebagai new
emerging pharmaceutical market
dengan pertumbuhan yang tinggi
dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Peserta asuransi kesehatan melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS
Kesehatan) meningkat secara signifikan.
Obat dan vaksin Halal dapat menjadi
barrier untuk masuknya komoditas
sejenis pada MEA.
Riset bersama antara Industri Farmasi
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
dengan Perguruan Tinggi2015
PRODUK HALAL INDONESIA, untuk
memproduksi BBO dan Obat Halal di
Upaya Melacak Kehalalan
Obat
Melacak keberadaan bahan haram
dalam komponen obat melalui
kajian formulasi :
- Bahan Obat Berkhasiat
- Bahan Eksipien
- Wadah/Kemasan
Melacak kehalalan terutama
melalui audit:
- Kajian laboratorium
- Kajian retrospektif proses
sintesis, isolasi, dan
pemurnian bahan aktif maupun
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
eksipien yang
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
digunakan dalam formula.
Bahan Baku Obat yang Kritis
Kehalalannya.

Hormon atau turunannya


Lemak dan turunannya (sabun, garam dari
asam lemak, gliserol)
Enzim-enzim (amilase, lipase, protease, dll)
Heparin dan turunannya (antikoagulan)
Insulin
Gelatin
Asam amino
Khomr (memabukkan)
Produk biologi (biopharmacutical drugs)
Produk GMO (genetically modified organism)

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Perlu dikritisi karena:
Kemungkinan bisa berasal dari babi atau
turunannya.
Kemungkinan bisa berasal dari binatang ternak
selain babi seperti sapi, kambing, atau domba
yang penyembelihannya belum tentu sesuai
dengan Syariah Islam.
Kemungkinan dalam proses produksinya
melibatkan bahan haram.
Kemungkinan berasal dari bagian tubuh (misalnya
plasenta, rambut, darah).

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Hukum Syariah Bahan yang berasal
dari Sintesis Kimia dan Tanaman

Bahan aktif farmasi dan eksipien yang berasal dari


hasil sintesis kimia dapat dinyatakan halal,
asal dalam produksi manufakturnya terbebas dari
bahan haram dan najis serta sesuai GMP yang
berlaku (Perlu audit)
Tanaman atau bagian tanaman (segar ataupun
kering) yang digunakan sebagai bahan baku jamu
atau ekstrak dapat dinyatakan halal, asal dalam
proses produksi terbebas dari bahan yang haram
atau najis (Perlu audit).

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Sediaan Tablet/kaplet
TITIK KRITIS:
Bahan Aktif
Farmasi
Eksipien :
Mg Stearat,
Asam
stearat dan
Gelatin
Proses
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Sediaan Kapsul

TITIK KRITIS:
Bahan Aktif
Farmasi
Eksipien
Pengemas
Cangkang
kapsulSISTEM
SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI gelatin
JAMINAN
PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Sediaan Injeksi

TITIK KRITIS:
Bahan Aktif
Farmasi
Eksipien
Proses

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Sediaan Salep atau Krim

TITIK KRITIS:
Bahan Aktif
Farmasi
Eksipien

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Sediaan Obat Tetes mata

TITIK KRITIS:
Bahan Aktif
Farmasi
Eksipien

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Formula Tablet Asetaminofen
(RPS, ed. 17, 1998, hal 1621)

Asetaminofen 300 mg
Polivinilpirolidon 22,5 mg
Laktosa 61,75 mg
Alkohol 4,5 mL
Asam stearat 9 mg
Talk 13,5 mg
Amilum jagung 43,25 mg

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Analisis/melacak kehalalan
(RPS, ed. 17, 1998, hal 1621)

Bahan aktif adalah Asetaminofen yang


diproduksi melalui sintesis kimia dengan bahan
awal p-nitrofenol lalu direduksi menjadi p-
aminofenol dan diasetilasi menggunakan asam
asetat anhidrida/asam asetat glasial lalu
dimurnikan.
Titik Kritis adalah: Asam stearat ( produk dari
lemak nabati dan juga bisa dari lemak binatang).
Walaupun hanya ada 1,50% per tablet.
Perlu audit?.

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
Simpulan dan Saran
Sertifikasi halal produk berupa obat diperlukan untuk
memberi jaminan kepada ummat Islam yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia.
Sertifikasi halal untuk produk berupa obat dapat
dilakukan secara bertahap berdasarkan prioritas
mengingat hampir 95% bahan bakunya diimport dari
Tiongkok, India, dll.
Sertifikasi halal untuk obat-obat penting yang bersifat
live saving perlu disupport Pemerintah.
Perlu dibuka ruang komunikasi dan dialog antar
pemangku kepentingan dalam bidang Obat
( Pemerintah, Industri farmasi, Ulama, Ilmuwan terkait
dan Konsumen) untuk mensukseskan UU JPH ini.

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015
TERIMA KASIH

SEMINAR MENJAWAB TANTANGAN IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN


PRODUK HALAL INDONESIA, 2015

Anda mungkin juga menyukai