Anda di halaman 1dari 41

Disampaikan Oleh :

Andriansyah Putra Tumanggor ;


Arini Yolin Tamara Panjaitan ;
Baharuddin Yusuf Siregar ;
Dhea Amalia Nasution ;
Fikri Hasonangan Harahap ;
Handsen Prim Siringo ringo.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

A. Subyek PBB
yang termasuk kedalam Subyek PBB adalah :
Orang Pribadi atau Badan Apabila suatu bidang dan
yang : bangunan tidak diketahui secara
Mempunyai hak atas jelas siapa yang akan menanggung
bumi/tanah, dan/atau; pajaknya maka yang menetapkan
Memperoleh manfaat adalah Direktorat Jenderal Pajak.
atas bumi/tanah Penetapan ini ditentukan
dan/atau; berdasarkan bukti-bukti; Apakah
Memiliki, menguasai ada perjanjian antara pemilik dan
atas bangunan, penyewa yang mengatur, siapa
dan/atau; yang menanggung kewajiban
Memperoleh manfaat pajaknya dan siapa yang
atas bangunan secara nyata mendapat manfaat
atas bidang tanah dan bangunan
tersebut.
Lanj
B. Obyek PBB
yang menjadi Obyek PBB adalah Bumi
dan Bangunan.
Bangunan adalah
Bumi adalah permukaan konstruksi teknik yang
bumi atau tanah dan isi ditanam atau dilekatkan
yang ada di bawahnya, secara tetap pada bumi,
termasuk tanah, tanah atau perairan untuk
pekarangan, sawah, tempat tinggal, tempat
empang dan perairan usaha maupun tempat
pedalaman (Pasal 1 yang diusahakan
Undang-Undang Nomor 12 (Pasal 1 Undang-Undang
Tahun 1985 JO Undang- Nomor 12 Tahun 1985 JO
Undang Nomor 12 Tahun Undang-Undang Nomor 12
1994 ). Tahun 1994).
Lanj
Yang termasuk ke Bangunan :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks
bangunan, seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang
merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut;
Jalan tol;
Kolam renang;
Pagar mewah;
Tempat olahraga;
Galangan kapal, dermaga;
Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
Fasilitas lain yang memberikan manfaat (Penjelasan Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
JO Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 ).
Lanj
Dikecualikan dari pengenaan PBB :
(Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 JO Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 )

Tanah atau bangunan yang digunakan semata-mata untuk melayani


kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan
dan nasional, yang dimaksudkan untuk tidak memperoleh
keuntungan. Contoh objek yang dikecualikan atau tidak dikenai PBB
itu seperti : pesantren atau sejenisnya, sekolahan/madrasah, tanah
wakaf, rumah sakit pemerintah dan lain-lain.
Tanah atau bangunan yang digunakan untuk kuburan umum,
peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu seperti museum.
Tanah atau bangunan yang digunakan oleh perwakilan diplomatik
atau konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
Tanah yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, taman
nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah
negara yang belum dibebani sesuatu hak.
Bangunan yang digunakan oleh perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan
Lanj
C. Saat Terutangnya PBB dan Cara
Pelunasan.
Saat yang menentukan pajak yang
terhutang adalah menurut keadaan
obyek pajak pada tanggal 1 Januari, maka
atas segala mutasi atau perubahan atas
Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal
1 Januari akan dikenakan pajak pada
tahun berikutnya.
Jatuh tempo pada 31 Agustus setiap
tahunnya.
Lanj
Cara Pelunasan (Pembayaran)
Melalui :
Bank atau Kantor Pos dan Giro Tempat
Pembayaran yang tercantum pada
SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) atau;
Petugas pemungut PBB
Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi.
Teller Bank/ ATM (Online)
Dengan membawa SPPT dan akan
menerima STTS sebagai tanda terima.
Lanj
Perhitungan PBB
Faktor faktor perhitungan PBB adalah :
NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)
Harga rata rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar.
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak)
Maksimal adalah Rp. 12.000.000,00,-
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)
Nilai yang digunakan sbg dasar perhitungan pajak.
- Perkebunan, Kehutanan, Pertambangan : 40%
- NJOP bernilai 1M atau Lebih : 40%
- NJOP dibawah 1M : 20%
Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak adalah 0,5%
Lanj
Lanj
PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN PERDESAAN DAN
PERKOTAAN (PBB-P2) SEBAGAI PAJAK
DAERAH

Merupakan suatu bentuk tindak lanjut


kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan
tersebut dituangkan ke dalam Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses


pendataan, penilaian, penetapan,
pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan
pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).
Lanj
Perbedaan Antara UU PBB dan UU
PDRD
Kota Kota penerima pengalihan PBB-P2 :
Lanj
Perbedaan Antara UU BPHTB dan UU PDRD

Pengalihannya sejak tanggal 1 Jan 2011, untuk setiap daerah.


Lanj
Manfaat Pengalihan ke PBB P2 :
Dengan pengalihan ini, penerimaan
PBB-P2 dan BPHTB akan sepenuhnya
masuk ke pemerintah kabupaten/kota
sehingga diharapkan mempu
meningkatkan jumlah pendapatan asli
daerah (PAD).
Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)
A. Subyek BPHTB
Yang menjadi subjek pajak adalah
orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan.
Yang kemudian diwajibkan untuk
membayar Pajak.
Lanj
B. Obyek BPHTB
Objeknya
adalah : Hak Tersebut
Hak atas meliputi
Tanah dan hak milik;
Bangunan hak guna usaha;
hak guna
bangunan;
hak pakai;
hak milik atas
Pasal 2 UU No.20 Thn satuan rumah
2000 susun;
hak
pengelolaan.
Lanj
Pemindahan Hak
Karena
jual beli;
tukar-menukar;
hibah;
hibah wasiat;
waris;
pemasukan dalam
perseroan atau
badan hukum
lainnya; Pemberian hak
pemisahan hak yang baru :
mengakibatkan Perolehan kelanjutan
peralihan; Hak
penunjukkan pembeli pelepasan
dalam lelang; tersebut hak;
pelaksanaan putusan Meliputi : diluar
hakim yg mempunyai pelepasan
kekuatan hukum
tetap; hak.
penggabungan
usaha;
peleburan usaha;
pemekaran usaha;
hadiah.
Lanj
Dikecualikan dari Pengenaan BPHTB :
- Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik ;
- Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau
untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan
umum ;
- Badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditetapkan oleh Menteri ;
- Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan
perbuatan hukum lain dengan tidak
adanya perubahan nama :
- Karena wakaf :
- Karena warisan :
- Untuk digunakan kepentingan ibadah.
Lanj
C. Saat Terutangnya dan Cara
Pelunasannya.
Saat Terutangnya
Lanj
Cara Pelunasannya

SSB 5 lbr
SSB 2

SSB 1,3,5. K.POS


WP Persepsi/BAN K.POS OPER
SSB 1 K III/BANK
SSB 4
2
B
SSB 5

SS

SS
B
3

U
SK

KPP KPPN

NOTARI Pratama SSB 3 : Untuk KPP


SSB 1 : Untuk WP (B.P) SSB 4 : Untuk Bank/ Pos
S/PPAT
SSB 2 : Untuk KPPN SSB 5 : Notaris/PPAT.
Lanj
Lanj
Perhitungan BPHTB
Yang mempengaruhinya adalah :
NPOP (Nilai Perolehan Objek Pajak)
Merupakan nilai saat memperoleh hak atas tanah dan
bangunan
NPOPTKP (Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak)
Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah
Wasiat
Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Waris dan Hibah
Wasiat
Tarif BPHTB
Tarif yang dikenakan adalah 5%.
Rumus Perhitungan

BPHTB = 5% x (NPOP NPOPTKP)


Lanj
Contoh :
Diperjual-belikan sebidang tanah kosong di
Jakarta Selatan dengan data-data sebagai berikut:
Luas 1.000 m(kuadrat).
NJOP = 1.000.000,- per meter
NPOPTKP adalah Rp. 80.000.000,- (DKI Jakarta)
Harga kesepakatan antara penjual dan pembeli
adalah Rp. 2.000.000,- per meter
Maka nilai NPOP (Nilai Transaksi) = 1.000 x
2.000.000,- = Rp. 2.000.000.000,-
Perhitungan BPHTB
BPHTB = 5 % x (Rp. 2.000.000.000 Rp.
80.000.000) = Rp. 96.000.000,-
Bea Meterai
Pengantar
Sering sekali kita membeli dan menggunakan meterai
sehingga beranggapan bahwa tanpa ada meterai maka
perjanjian di dalam dokumen itu bisa batal.
Keabsahan dokumen perjanjian tidak mesti berhubungan
dengan meterai. Meterai hanyalah tanda bahwa kita telah
membayar pajak.
Pemeteraian surat perjanjian itu penting agar surat tersebut
dapat digunakan sebagai alat bukti mengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata (Psl 2 (1)
huruf a UU Bea Meterai)
Jadi kesimpulannya walaupun tidak adanya meterai dari
sebuah dokumen, bukan berarti perbuatan hukumnya tidak
sah, hanya saja tidak memenuhi persyaratan sebagai alat
bukti di pengadilan.
Lanj
Bea Meterai adalah Pajak atas dokumen yang
dipakai oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea meterai
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang perubahan tarif bea
meterai dan besarnya pengenaan harga nominal yang dikenakan bea
meterai.
Dasar Hukumnya :

Keputusan Menteri Keuangan, Nomor :


571/KMK.04/2000, tentang bentuk,ukuran, dan warna benda
meterai desain tahun 2000.
133a/KMK.04/2000 , tentang pengadaan, pengelolaan dan
penjualan benda meterai.
133b/KMK.04/2000 , tentang pelunasan bea meterai dengan
menggunakan cara lain
133c/KMK.04/2000 , tentang pemusnahan benda meterai

Kep Dirjen Pajak :


KEP-122a/PJ/2000
KEP-122b/PJ/2000 Tentang Tata Cara Pelunasan
KEP-122c/PJ/2000 Bea Meterai.
KEP-122d/PJ/2000
Lanj
A. Subyek Bea Meterai
Subjek atau pihak yang terutang
Bea Meterai adalah pihak yang
menerima atau pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak
pihak yang bersangkutan menentukan
lain.
Lanj
B. Obyek Bea Meterai
Pada dasarnya Obyek Bea
Meterai adalah dokumen. Dalam
hal ini bentuk dokumen yang
menjadi objek dari bea meterai
adalah sebagai berikut.
Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan serta surat-surat
lain yg digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.

Surat perjanjian dan Surat yang memuat


surat-surat lainnya jumlah uang lebih dari
(antara lain: surat kuasa, Rp 1.000.000,00 atau
surat hibah, surat harga nominal yang
pernyataan) yang dibuat dinyatakan dalam mata
dengan tujuan untuk uang asing :
digunakan sebagai alat - Yang menyebutkan
pembuktian mengenai penerimaan uang
perbuatan, kenyataan atau - Yang menyatakan
keadaan yang bersifat Meterai pembukuan uang atau
perdata. Rp.600 penyimpanan uang
0 dalam rekening di bank
Akta-akta notaris termasuk - Yang berisi
salinannya pemberitahuan saldo
rekening di bank
Akta yang dibuat PPAT - Yang berisi pengakuan
termasuk rangkap- bahwa utang uang
rangkapnya seluruhnya atau
sebagian telah dilunasi
Surat berharga seperti atau diperhitungkan
wesel , promes dan aksep Efek dengan nama dan dalam bentuk
yang harga nominalnya lebih apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari
dari Rp1.000.000,00. Rp1.000.000,00.
Efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun, sepanjang harga nominalnya sama Surat yang memuat jumlah
dengan atau antara Rp. 250.000 - uang sama dengan atau
Rp1.000.000,00. antara.
Rp. 250.000 - Rp. 1.000.000
atau harga nominal yang
dinyatakan dalam mata uang
asing :
Cek, - Yang menyebutkan
Bilye Meterai penerimaan uang
Rp.300 - Yang menyatakan
t, 0 pembukuan uang atau
Giro. penyimpanan uang dalam
rekening di bank
- Yang berisi pemberitahuan
saldo rekening di bank
- Yang berisi pengakuan
Surat berharga seperti wesel , promes dan bahwa utang uang
aksep yang harga nominalnya sama dengan seluruhnya atau sebagian
atau antara : telah dilunasi atau
Rp. 250.000 Rp. 1.000.000 diperhitungkan

Namun, apabila Surat Surat atau Efek dengan Nama dalam


bentuk apapun bernilai dibawah Rp. 250.000,- Tidak Dikenakan Bea
meterai.
Lanj
Kemudian ada juga dokumen
yang tidak dikenakan bea
meterai.

Secara umum dokumen yang tidak


dikenakan bea meterai adalah
dokumen yang berhubungan
dengan transaksi intern
perusahaan, berkaitan dengan
pembayaran pajak dan dokumen
Negara.
Lanj
Dikecualikan dari Obyek Bea Meterai :
1. Dokumen yang berupa surat penyimpanan barang , konosemen, surat
angkutan penumpang dan barang, keterangan pemindahan yang
dituliskan pada ketiga surat tersebut, bukti untuk pengiriman dan
penerimaan barang, surat pengiriman barang untuk dijual atas
tanggungan pengirim dan surat-surat sejenis lainnya.
2. Segala bentuk ijazah.
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pesiun, uang tunjangan dan
pembayaran lainnya yang kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-
surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara dan kas
pemerintah daerah.
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang
dapat disamakan dengan itu dari kas negara, kas pemerintah.
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern oganisasi
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan pembayaran uang, uang
tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya
yang bergerak di bidang tersebut.
8. Surat gadai yang diberikan oleh perusahaan umum pegadaian.
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Lanj
Lanj
Lanj

Meterai tempel desain terbaru ini


dikeluarkan dan disosialisasikan kepada
masyarakat luas oleh DJP bertepatan pada
HUT RI ke 69 yaitu 17 Agustus 2014.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari dan mencegah tindakan
pemalsuan atau penggunaan meterai bekas
pakai. Banyak orang menggunakan kata
meterai dengan materai, meterei, metrei.
Lanj
C. Saat Terutangnya dan Cara
Pelunasannya
Saat Terutangnya adalah sbb :
Dokumen yang dibuat oleh satu pihak. Saat terutangnya bea
meterai atas dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada
saat dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa
dokumen itu dibuat, misalnya cek.

Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak. Saat terutangnya
bea meterai adalah pada saat dokumen tersebut selesai
dibuat, yang ditutup dengan tandatangan dari pihak-pihak
yang bersangkutan.

Dokumen yang dibuat di luar negeri. Saat terutangnya bea


meterai adalah pada saat dokumen tersebut digunakan di
Indonesia.
Lanj
Cara Pelunasannya
Dengan Meterai Tempel, yaitu :
a. Meterai tempel harus direkatkan
seluruhnya dengan utuh dan tidak Dengan Cara Lain
rusak di atas dokumen yang yang ditetapkan
dikenakan bea meterai. Menteri Keuangan,
b. Meterai tempel direkatkan di
yaitu Membubuhkan
tempat dimana tanda tangan akan
dibubuhkan Bea meterai Lunas
c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan :
dengan pencantuman tanggal, bulan, a. Menggunakan Mesin
dan tahun Teraan meterai
dilakukan dengan tinta atau yang b. Menggunakan
sejenis dengan itu, sehingga sebagian Teknologi Percetakan
tanda tangan c. Menggunakan
ada di atas kertas dan sebagian lagi
Sistem
di atas meterai tempel
d. Jika digunakan lebih dari satu Komputerisasi
meterai tempel, tanda tangan harus d. Menggunakan Alat
dibubuhkan lain dan teknologi
sebagian di atas semua meterai tertentu.
tempel dan sebagian di atas kertas.
Lanj
D. Pemeteraian Kemudian.

Anggapan bahwa suatu dokumen yang bea


meterainya tidak dan atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya menyebabkan dokumen
tersebut menjadi tidak sah adalah keliru sebab sah
tidaknya suatu dokumen tidak tergantung pada
dilunasinya Bea Meterai.

Dokumen tersebut tetap sah, hanya agar dapat digunakan


sebagai alat bukti dokumen tersebut harus dilunasi /
dipenuhi Bea Meterainya dengan cara pelunasan Bea
Meterai dan dikenakan denda sebesar 200% (pasal 8 UUBM)
pada kantor pos besar.
Lanj
Pemeteraian Kemudian dilakukan atas:

Dokumen yang akan digunakan sebagai alat


pembuktian di muka pengadilan

Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang


dilunasi sebagaimana mestinya

Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan


digunakan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai