Anda di halaman 1dari 55

Komunikasi

terapeutik

Dony N
Pengertian Komunikasi Terapeutik

Hubungan kerjasama antara perawat dan


klien yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
dalam membina hubungan intim yang
terapeutik (Start & Sundeen,1987)
Komunikasi dalam asuhan keperawatan
yang ditujukan untuk mengubah perilaku
klien ke arah yang lebih baik agar mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Stuart dan
Laraia, 2001)
Komunikasi yang dilakukan secara sadar
oleh perawat dan bertujuan untuk
kesembuhan pasien
Komunikasi terapeutik dapat terlaksana
ketika perawat mampu menunjukkan
sikap empati, berkomunikasi secara
efektif serta mampu memberikan
respons terhadap pikiran, kebutuhan dan
perhatian klien (Mohr,2003)
Tujuan komunikasi
terapeutik
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan diri
Diharapkan dpt mengubah sikap & perilaku klien,
perawat diharapkan dpt mengubah cara pandang
klien shg dpt menghargai & menerima dirinya

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal


yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain
Klien belajar cara menerima dan diterima orang
lain. Dg komunikasi terbuka, jujur, serta
menerima klien apa adanya, prwt akan dpt
meningkatkan kemampuan klien dlm membina
hub saling percaya (Hibdon, 2000)
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yg realistik.
Klien terkadang menetapkan standart diri
terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya,
prwt berperan membantu utk menyadari
keadaan dirinya & memotivasi klien utk tetap
berusaha selama proses penyembuhannya

4. Peningkatan identitas dan integritas diri.


Kondisi sakit yg terlalu lama & tak kunjung
sembuh cenderung menyebabkan klien
mengalami gangg identitas & integritas dirinya
Manfaat komunikasi
terapeutik
1. Mendorong dan menganjurkan
kerjasama antara perawat dan pasien
2. Melakukan identifikasi untuk
mengetahui perasaan pasien dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan
3. Memberikan pengertian tentang
gangguan kesehatan yang dihadapi
pasien sekaligus membantu
mengatasinya
4. Mencegah tindakan negatif pasien
akibat gangguan kesehatan yang
dideritanya
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
1. Hub. Terapeutik perawat-klien
Prinsip : humanity of nurse and client,
hub.perawat & klien tdk hanya sekedar hub
penolong dg kliennya ttp merupakan hub.
Antar manusia yg bermartabat.

2. Menghargai keunikan klien


Setiap individu mempunyai karakter yg
berbeda , perawat perlu memahami
perasaan & perilaku klien dg melihat
perbedaan latar belakang keluarga, budaya
& keunikan setiap individu.
3. Menjaga harga diri
Semua komunikasi yg dilakukan harus
dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan.
4. Hubungan saling percaya
Komunikasi yg menciptakan tumbuhnya
hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali
permasalahan maupun alternatif
pemecahan masalah
Karakteristik perawat yg mampu
memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik
1. Kejujuran (Trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama perawat.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan
pasien hanya bisa terjalin dengan bermodal
kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan
informasi yg diyakini kebenarannya

2. Ekspresif dan tidak membingungkan


Ketidaksesuaian antara komunikasi verbal dan non
verbal dapat mengakibatkan kebingungan pasien
sehingga pesan yg akan disampaikan tidak diterima
dengan sempurna.
Perawat hendaknya menggunakan bahasa yang
dimiliki oleh pasien
3. Bersikap positif
Perawat harus bersikap hangat, penuh perhatian, dan
selalu menghargai pasien
Beberapa pakar mengatakan bahwa inti dari hubungan
terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman
yg empati dan bersikap positif.

4. Empati bukan simpati


Perawat akan mampu merasakan sekaligus memikirkan
permasalahan pasien sehingga dapat memberikan
alternatif untuk mengatasi masalah pasien.
Simpatik : perawat tidak mampu melihat secara
obyektif permasalahan pasien karena disaat
bersamaan sudah larut secara emosional.
5. Melihat permasalahan dari kacamata pasien
Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus berorientasi pada pasien.
Dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien
harus memandang permasalahan dari kacamata
pasien sehingga perawat harus menggunakan
active listening dan kesabaran dalam
mendengarkan ungkapan pasien.

6. Menerima pasien apa adanya


Mengkritik pasien berdasarkan nilai-nilai yang
diyakini oleh perawat hanya akan mengakibatkan
pasien merasa tidak dianggap. Hal itu akan
berdampak tidak baik bagi kelanjutan hubungan
terapeutik antara perawat dan pasien.
7. Sensitif terhadap perasaan pasien
Kemampuan sensitif terhadap perasaan pasien
merupakan hal penting yg perlu diperhatikan dan
dimiliki perawat karena kemampuan tersebut bisa
saja seorang perawat melakukan pelanggaran
batas privasi dan menyinggung perasaan pasien

8. Tidak mudah terpengaruh dengan masa lalu


pasien
Seorang perawat akan sulit membantu mengatasi
masalah yg dihadapi oleh pasien apabila dirinya
sendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalamhidupnya.
Unsur unsur komunikasi terapeutik
(Potter & Perry ,2010)

a. Keramahan
Merupakan unsur pertama guna memberikan kesan yang
bermakna dalam hal perencanaan perawatan yg hendak
dilaksanakan
b. Penggunaan nama
Dalam komunikasi terapeutik, penggunaan nama
merupakan bagian dari unsur yg cukup fundamental,
dimana pengenalan diri akan berfungsi meretas keraguan
di fikiran pasien
c. Dapat dipercaya
Seseorang yg dipercaya adalah seseorang yg saat
memberikan bantuan mampu tdk menghadirkan keraguan
pada diri pasien. Seorang perawat senantiasa
menunjukkan kehangatan, konsistensi, kejujuran,
kompetensi, dan rasa hormat terhadap pasien
d. Otonomi dan tanggung jawab
Keberanian yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dlm membuat pilihan / menentukan
keputusan sekaligus mempertgjwbkannya

e. Asertif
Komunikasi asertif dapat memberikan ruang bagi
seseorang utk mengekspresikan perasaan dan
fikirannya tanpa harus menghakimi, menuduh,
maupun menyakiti org lain.
di bidang keperawatan sikap asertif berfungsi
meningkatkan rasa percaya diri seseorang
sekaligus menunjukkan rasa penghormatan thdp
orang lain
Kendala yang kerap terjadi
a. Tingkah laku perawat
Tingkah laku perawat selalu menjadi sorotan di
masyarakat (misalnya : pandangan judes, jahat,
dan sisi negatif lainnya)
b. Perawat yang berorientasi rumah sakit
Realitas pelayanan keperawatan : kerap
menjumpai prwt yg hanya fokus pada penyakit
sementara aspek psikososial kurang diperhatikan.
c. Kurang tanggap terhadap kebutuhan pasien
Realitas pelayanan keperawatan : sering kita
menjumpai perawat yg tidak tanggap terhadap
keluhan dan kebutuhan pasien
Tahap komunikasi
terapeutik
1. Tahap persiapan
Penting bagi seorang perawat melakukan pengkajian
terhadap perasaannya sendiri berkenaan dengan
kesiapannya dlm berinteraksi dg pasien, menganalisis
kekuatan sekaligus kelemahan diri sendiri.

A. Tahap Persiapan (Prainteraksi)


1. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan
pasien
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri dalam
berkomunikasi
3. Mengumpulkan data pasien
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien
2. Tahap Perkenalan

Kegiatan yg dilakukan perawat


pertama kali bertemu dg klien,
perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien
Dilaksanakan setiap awal pertemuan
(pertemuan 1,2,dst)
Tujuan : untuk memvalidasi
keakuratan data & rencana yg telah
dibuat dg keadaan klien saat ini serta
mengevaluasi hasil tindakan yg lalu
Tugas perawat pada tahap perkenalan

Membina rasa saling percaya


(perawat harus terbuka, jujur, menerima pasien apa
adanya, menepati janji dan menghargai pasien)
Merumuskan kontrak dengan pasien
(perawat menjelaskan mengenai peranananya supaya
pasien tdk salah paham terhadap kehadirannya)
Menggali pikiran dan perasaan pasien
(pertanyaan terbuka : untuk mendorong pasien
mengekspresikan pikiran dan perasaannya)
Merumuskan metode keperawatan/tujuan bersama
pasien
C. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan tahap inti dari


keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Dalam tahap ini seorang
perawat dan pasien bekerja sama guna
mengatasi masalah yang ada
Perawat harus melakukan active
listening serta mampu mendefinisikan
masalah yg sedang dihadapi sekaligus
mencari solusi dan cara mengatasinya
Perawat harus memiliki kemampuan
dalam menyimpulkan kondisi pasien
secara tepat dan benar.
D. Tahap Terminasi

Terminasi sementara
Dilakukan saat akhir dari setiap
pertemuan dengan pasien
Terminasi akhir
Dilakukan saat perawat
menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan
Tugas perawat pada fase
terminasi
Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah
dilaksanakan
( Perawat mengulang / menyimpulkan tidak berkesan
menguji kemampuan pasien )

Melakukan evaluasi subjektif


(dilakukan setelah interaksi dg menanyakan perasaan
pasien)

Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan


(tindak lanjut yg diberikan harus relevan dg rencana
interaksi berikutnya)

Membuat kontrak pertemuan selanjutnya


(tempat , waktu, tujuan dari interaksi yg hendak dilakukan)
Sikap perawat dalam komunikasi
terapeutik

1. Kehadiaran secara fisik (Evans, 1975)

. Berhadapan
(posisi berhadapan secara implisit sudah menegaskan
siap melayani pasien)
. Mempertahankan kontak mata
(sebagai bentuk ungkapan sangat menghargai pasien)
. Membungkuk ke arah pasien
(sebagai bentuk ungkapan senantiasa mendengarkan
sesuatu yg hendak dikomnikasikan oleh pasien)
. Tetap rileks
(mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi yg datang dari pasien saat komunikasi sedang
dilangsungkan)
2. Kehadiran Psikologis (Truax, Carkhfoff, Benerso, 1987)

Dimensi Respon

1. Keikhlasan
Keterbukaan, kejujuran, ketulusan
2. Menghargai
3. Empati
Turut merasakan perasaan pasien sekaligus
mengidentifikasi masalahnya merupakan salah satu nilai
yang harus dikembangkan oleh perawat
4. Konkret
Perawat harus senantiasa menggunakan metode
keperawatan yg bersifat spesifik dan dpt
dipertanggungjawabkan
Cara mencapai
kondisi komunikasi
terapeutik
Dimensi
Tindakan
1. Konfrontasi

Pengekspresian perawat terhadap perilaku klien yg merusak agar


klien sadar akan perilakunya.

Tujuan : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaian pada


dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku dan kepercayaan
(Smith,1992).

Konfrontasi dilakukan apabila terdapat :


2. Tingkah laku tdk produktif
3. Tingkah lakunya merusak
4. Melanggar hak kita/orang lain
Cara untuk mengonfrontasi
1. Membuat sesuatu lebih jelas, kejelasan situasi akan membuat hub
menjadi bermakna & lbh terbuka.
Saya melihat wajah ibu tampak murung & kelihatan gelisah, apa
yang membuat ibu tdk nyaman ?

2. Menginterpretasikan opini dengan kata-kata yg lebih jelas


keluarga ibu yg sakit tdk akan bisa istirahat apabila bpk/ibu ramai

3. Minta untuk bertindak dan berperilaku yang asertif


Di rumah sakit selalu memerlukan lantai yg bersih supaya tdk ada
perpindahan infeksi.

4. Memberikan harapan, kepercayaan dan dukungan


Perawat jangan segan untuk memberikan penguatan positif atas hal-
hal yg mampu dikerjakan pasien.
Saya hari ini senang sekali melihat ibu sudah bisa latihan duduk.
Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan
Sundeen,1998)
Tiga kategori dalam konfrontasi :
Ketidaksesuaian antara konsep
dengan diri pasien (ketidaksesuaian
ekspresi diri pasien dg harapan yg
diinginkan)
Ketidaksesuaian antara ekspresi
nonverbal dg perilaku pasien
Ketidaksesuaian antara pengalaman
pasien dg perawat
2. Kesegaran
Perawat hendaknya memiliki sensitivitas yg tinggi terhadap
perasaan pasien (peka terhadap perasaan dan
permasalahan klien)
Salah satu kebuntuan dlm komunikasi tdk adanya
sensitivitas perawat akan permasalahan klien shg klien
menjadi cemas, tdk percaya pada perawat.
3. Keterbukaan
Peningkatan keterbukaan antara perawat dan pasien dpt
menurunkan tingkat kecemasan pasien.
Perawat membuka diri dg mengungkapkan pengalaman
pribadinya mengenai keluhan yg dirasakan klien dg
prognosisnya dg harapan utk mengurangi kecemasan klien.
bulokasi infus kalau dipegang-pegang akan mudah
infeksi& saya khawatir kalau infeksi menjalar ke seluruh
tubuh dan saya harus memindahkan infus ke tempat lain yg
membuat ibu ditusuk lagi kedua kalinya.
4. Katarsis Emosional
Motivasi pasien utk mengutarakan hal-hal yg
mengganggunya. Apabila masih kesulitan dlm
mengekspresikan perasaannya perawat hrs
membantunya dg mencoba mencairkan suasana.
Komunikasi terbuka (paling tepat ): Apa yang
dirasakan ibu hari ini ?

5. Bermain Peran
Memberikan stimulasi utk membangkitkan semangat
pasien
Pada semua kegiatan yg memerlukan pemahaman
klien perawat perlu mendemonstrasikan terlebih
dahulu sebelum klien mencobanya karena bila hanya
secara lesan daya pemahaman klien berbeda-beda.
Dimensi Respon
1. Keikhlasan
Bekerja dg ikhlas dilandasi sikap jujur, tulus &
berperan aktif dlm berhub dg klien.
Perawat hendaknya menerima klien apa adanya &
memberikan perawatan tanpa melihat siapa dia.
Perawat memandang klien sbg orang yg
membutuhkan pertolongan.
2. Respek/ hormat
Sikap yg peduli & menghargai terhdp semua kebuth
klien, ditunjukkan dg selalu memperhatikan keluhan
klien, dg prinsip perawat bekerja utk proses
kesembuhan klien dg selalu siap sedia melayani
klien.
Sikap respek (Susan Smith dalam Nurjanah,2001) :
Kesediaan bekerja utk klien, menunjukkan sikap sedia,
ketertarikan pada masalah klien, memahami keunikan
dan melakukan pendekatan penyelesaian masalah.
3. Konkret
Perkataan yg jelas, akurat, tdk membingungkan dan
mudah dimengerti.
Contoh : Apa yang dirasakan ibu saat ini ?
Perawat hanya berkepentingan mendapatkan data yg
akurat, klien sbg subjek maka kegiatan komunikasi
banyak didominasi klien, perawat sbg pendengar yg
baik dan bertugas menyimpulkan masalah klien
4. Empati
Mengerti perasaan klien tanpa larut di dalamnya.
Penyimpangan komunikasi
1. Penyimpangan komunikasi pada diri klien
Upaya menutupi diri & sikap menghindar/ tdk mengakui
perasaan yg mengganggu dlm dirinya yg berdampak pada
peningkatan kecemasan = bentuk resistensi klien kpd
perawat.
(tanda klien belum siap utk utk mengutarakan masalahnya,
bentuk protes ketidaksiapan klien kpd perawat krn klien
belum percaya kepada perawat).

Dibutuhkan kesabaran yg tinggi dari perawat, perawat


menggunakan tehnik komunikasi klarifikasi, konfrontasi dg
menunggu sampai klien melakukan perbuatan destruktif &
selanjutnya dikonfrontasi dg kondisi yg realistik.
Perawat tdk boleh tergesa-gesa utk menanggapi perilaku
destruktif dari klien
2. Penyimpangan pada diri perawat
a. Kontertransferens
Bentuk respon emosional berupa hambatan terapeutik yg
berasal dari diri perawat yg dibangkitkan oleh sikap klien.
Perawat terpancing oleh sikap klien yg berlebiha, baik
sikap terlalu baik maupun sikap terlalu buruk shg
perawat merespon dg emosi yg terlalu berlebihan.
b. Pelanggaran batas
Pemberian pyan keperawatan keluar dari batas
pemenuhan kebuth dasar manusia, klien diajak
berkomunikasi diluar proses keperawatan
c. Pemberian hadiah
Pemberian hadiah dlm bentuk barang tertentu dg
tendensi klien akan mendapatkan perlakuan melebihi
dari konsep pelayanan keperawatan yg semestinya.
Sikap perawat dalam komunikasi
terapeutik
Kesadaran diri perawat merupakan
kunci utama dalam membina hub dg
pasien
Kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan banyak dipengaruhi oleh
sikap dari seorang perawat termasuk
dalam berkomunikasi
Teknik Komunikasi
Terapeutik
Dua persyaratan mendasar dalam
melakukan komunikasi yang efektif (Stuart
dan Sundeen, 1998)
Komunikasi harus ditujukan guna menjaga
harga diri pemberi maupun penerima pesan
Komunikasi yang menciptakan saling
pengertian harus didahulukan sebelum
memberikan saran, informasi maupun
masukan
Tehnik Komunikasi Terapeutik

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Tehnik yang digunakan :
Pandang pasien saat bicara
Pertahankan kontak mata, shg pasien merasa
rileks dlm mengeluarkan keluh kesahnya
Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
Jaga sikap tubuh (jangan menyilangkan
kaki/tangan)
Anggukan kepala saat pasien membicarakan
hal penting / membutuhkan umpan balik
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara
2. Menunjukkan penerimaan
(Menerima bukan berarti menyetujui, tetapi
bersedia mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan maupun tidak setuju)

Tehnik yang digunakan :


Mendengarkan tanpa harus memutus
perbincangan
Memberikan umpan balik
Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dg
komunikasi lisan
Hindari berdebat, mengekspresikan keraguan,
maupun mencoba mengubah pikiran pasien
3. Memberikan pertanyaan yang
berkaitan, maka akan menjadi baik
apabila pertanyaan yg diajukkan
berkaitan dg topik yg sedang
dibicarakan ( pertanyaan harus
berurutan)
4. Mengulang ucapan pasien dg
susunan kata-kata sendiri
Hal ini dapat menunjukkan bahwa
perawat telah menunjukkan umpan
balik pada pasien, perlu disertai
rangkuman mengenai kondisi pasien
5. Klarifikasi
Penting bagi perawat utk menghentikan
pembicaraan guna mengklarifikasi serta
menyamakan persepsi . Supaya pesan bisa
sampai dg benar seorang perawat harus
memberikan contoh yg konkret dan mudah
dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Memfokuskan komunikasi adalah salah satu
metode utk membatasi pembicaraan, perawat
tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat
menyampaikan keluhannya kecuali pembicaraan
tersebut melenceng dari tujuan
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat harus menyampaikan hasil
pengamatannya dengan jelas dan akurat
sehingga pasien paham mengenai kondisi yg
dikeluhkan
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi kepada
pasien merupakan kewajiban perawat, serta
meningkatkan rasa percaya pasien kepada
perawat.
Apabila ada informasi yg ditutupi dokter,
perawat hrs melakukan klarifikasi terhadap
alasan yg melatarinya
9. Diam
Diam merupakan salah satu metode guna
memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat
dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya.
Penggunaan metode diam membutuhkan ketrampilan
dalam menilai ketepatan dan ketetapan waktu.
10. Meringkas
Pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan
secara singkat.
Membantu perawat dalam mengulang aspek penting
dari interaksinya dg pasien shg bisa berlanjut pada
pembicaraan dengan topik yg msh bertalian
11. Memberikan penghargaan
Memberikan salam kepada pasien dengan
menyebut namanya.
12. Menawarkan diri
Saat pasien belum siap berkomunikasi
secara verbal dg orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dg memulai komunikasi
yg bisa mencairkan suasana sehingga
pasien rileks dalam menghadapi kenyataan
yg terjadi dan bersedia menceritakan
permasalahannya ke perawat
13. Memberi kesempatan pasien untuk memulai
pembicaraan
Memberikan kesempatan pasien untuk
berinisiatif memilih topik pembicaraan .
Dituntut keahlian perawat dalam menganalisis
secara singkat mengenai kondisi pasien shg
dapat menstimulasi pasien melalui topik
pembicaraan yg menyinggung kondisi kesehatan.
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Merupakan salah satu cara agar pasien terus
membicarakan hal yg mengindikasikan keluhan
yg dideritanya.
15.Menempatkan kejadian secara teratur
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur
akan membantu perawat atau pasien untuk
melihat kemungkinan dari kejadian yg
pertama shg perawat dapat memberikan
pelayanan yg memuaskan dan bermakna bagi
pasien dalam pemenuhan kebutuhan.
16. Memberikan anjuran kepada pasien untuk
mengurai persepsinya
Perawat dapat mengerti pasien dengan
melihat perspektif pasien (pasien dengan
bebas menguaraikan persepsinya kepada
perawat)
17. Refleksi
Apabila pasien bertanya mengenai
apa yang harus dikerjakan, perawat
bisa menjawabnya dg berdiskusi dg
pasien guna menentukan tindakan
bersama. Dengan demikian perawat
mencoba menghargai pendapat
pasien.
Komunkasi Nonterapeutik

1. Menanyakan pertanyaan pribadi


Hal itu sama sekali tidak perlu dilakukan dan sebaiknya dihindari oleh
seorang perawat.

2. Memberikan pendapat pribadi


Perawat harus dapat membedakan sekaligus memetakan antara
pendapat pribadi dg pendapat profesional.
Perawat hanya berhak memberikan usul, pertimbangan, atau alternatif
piihan, keputusan akhir tetap ada di tangan pasien

3. Mengganti subyek
Menggantikan pokok materi adalah bagian dari komunikasi nonterapeutik
dan harus dihindari oleh perawat. Sikap tersebut menunjukkan sikap
tidak simpati terhadap masalah yg dihadapi pasien .
Ketika pemikiran seseorg disela maka gagasan yg hendak disampaikan
menjadi kacau, shg informasi yg disajikan bisa tidak lengkap.
4. Respon otomatis
Ketika seorang perawat menyamaratakan kondisi pasien, akan
membuat keterangan yg hendak disampaikan menjadi kurang tepat.
Inilah cerminan perawat yg lemah yg bisa mengancam hubungan
antara perawat dan pasien.

5. Memberikan harapan semu


Umumnya perawat merasa tergoda untuk menentramkan hati
keluarga pasien dg beberapa bentuk ungkapan :
Tidak ada yang perlu dicemaskan.
Semua akan baik-baik saja.
Demi menjaga profesionalitas hubungan sebaiknya jangan pernah
dilakukan apabila kenyataannya tidaklah demikian.

6. Simpati
Simpati adalah perasaan perhatian, duka cita atau kasihan terhadap
kondisi pasien.
Simpati lebih terpusat pada perasaan perawat bukan pasien.
7. Meminta Penjelasan
Menurut beberapa pakar kata Mengapa
merupakan pertanyaan yang memiliki konotasi
menuduh.
Kata tersebut bisa mengakibatkan pasien merasa
diuji keberadaannya, bila informasi tambahan
memang dibutuhkan sebaiknya seorg perawat
menghindari kata mengapa
8. Persetujuan maupun penolakan
Adakalanya pasien mengungkapkan sesuatu hal yg
bukan meminta persetujuan tetapi membuka ruang
dikusi.
Bila perawat menolak menunjukkan bahwa perawat
sudah membatasi otoritas pasien.
9. Respon Bertahan
Diam dan mendengarkan keluhan pasien bukan berarti setuju. Hal
itu ditujukan guna menemukan pertimbangan terhadap
ketidakpuasan yg dirasakan pasien.

10.Respon agresif atau pasif


Perawat harusnya menghindari konflik/isu yg tidak
menyenangkan , serta tanggapan agresif.
Konflik /isu yg tidak menyenangkan : representasi perasaan
sedih, cemas, mati kutu, dan putus asa.
Tanggapan agresif mencerminkan kemarahan, frustasi dan
tekanan.

11. Membantah
Perawat harus menghindari tindakan yg menyiratkan pasien
keliru atau tidak berpendidikan.

Anda mungkin juga menyukai