Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

HIPOPARATIROID
Oleh:
Elisabeth Sintikhe Mambaya
0110840004
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hipoparatiroid adalah gangguan umum yang ditandai dengan
rendahnya kalsium serum, peningkatan serum fosfor, dan
kekurangan produksi hormon paratiroid (PTH) (Bart, 2015).

Hipoparatiroidisme meningkatkan risiko insufisiensi ginjal, batu


ginjal, katarak subkapsular posterior, dan kalsifikasi intraserebral.
Diagnosis tergantung pada pengukuran yang akurat dari PTH.
Etiologi paling umum hipoparatiroidisme yaitu pascaoperasi, diikuti
oleh gangguan autoimun dan gangguan genetik yang jarang terjadi
(Bart, 2015).

Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia pada penyakit


hipoparatiroid tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir
pendidikan dokter yaitu (3A) (SKDI, 2012).
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi penyakit hipoparatiroid ?
2. Bagaimana epidemiologi dari penyakit hipoparatiroid ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit hipoparatiroid?
4. Bagaimana cara penegakan diagnosis penyakit hipoparatiroid?
5. Apa saja diagnosis banding dari penyakit hipoparatiroid?
6. Bagaimana terapi yang dapat dilakukan pada penderita
hipoparatiroid ?
7. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
hipoparatiroid ?
8. Bagaimana cara rehabilitasi penderita penyakit hipoparatiroid ?
9. Bagaiman prognosis dari penyakit hipoparatiroid ?
10.Bagaimana cara mengedukasi pasien hipoparatiroid ?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi tentang penyakit hipoparatiroid.
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit hipoparatiroid.
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit hipoparatiroid.
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosis penyakit hipoparatiroid.
5. Untuk mengetahui cara membuat diagnosis banding penyakit
hipoparatiroi.
6. Untuk mengetahui cara terapi yang dapat diberikan pada
penderita hipoparatiroid.
7. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipoparatiroid.
8. Untuk mengetahui cara merehabilitasi penderita
hipoparatiroid.
9. Untuk mengetahui prognosis dari penyakit hipoparatiroid.
10.Untuk mengetahui cara yang benar dalam mengedukasi
pasien hipoparatiroid.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Bagi Penulis
Untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
selama perkuliahan kedalam keadaan klinis.

Bagi Ilmu Pengetahuan


Untuk menambah informasi tentang penyakit
hipoparatiroidisme dalam kajian ilmu pengetahuan.

Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan pembelajaran bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih dalam
proses pendidikan.

Bagi Pembaca
Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan
pembaca tentang penyakit hipoparatiroid.
BAB II
ISI
2.1 DEFENISI
Hipoparatiroid adalah penyakit seumur hidup yang ditandai dengan
tidak memadai produksi paratiroid hormon (PTH), sehingga kadar
kalsium darah rendah (Hypocalcemia) dan kadar serum fosfat tinggi
(Hyperphosphatemia).
Hipoparatiroidisme meningkatkan risiko insufisiensi gingal, batu ginjal
ginjal, katarak subkapsular posterior, dan kalsifikasi intraserebral.
Diagnosis tergantung pada pengukuran yang akurat dari PTH. Etiologi
paling umum hipoparatiroidisme yaitu pascaoperasi, diikuti oleh
gangguan autoimun dan gangguan genetik yang jarang terjadi.

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyebab hipoparatiroid pada operasi leher anterior terdapat 78%
kasus, penyebab sekunder lainnya 9%, genetik 7%, dan idiopatik 6%.
2.3 ETIOLOGI
ANATOMI KELENJAR
PARATIROID
Secara anatomi, umumnya
pada manusia terdapat empat
kelenjar paratiroid.

Dua kelenjar menempel di


superior kelenjar tiroid dan
dua di inferior kelenjar tiroid.

Masing-masing kelenjar
kaya akan pembuluh darah,
ukuran 3 x 6 x 2 mm, dan
memiliki dua tipe sel (Barrett,
2016:379).
Sel-Sel pada Kelenjar Paratiroid

Chief cell memilki fungsi


menghasilkan hormon
paratiroid.

Oxyphil cell belum


diketahui fungsinya
secara pasti.
Efek utama dari peningkatan sekresi PTH
dalam menanggapi penurunan konsentrasi ion
kalsium cairan ekstraseluler
Pada penyakit Hipoparatiroid terdapat
beberapa etiologi:

Hipoparatiroid Yang Diinduksi Oleh Pembedahan

Hipoparatiroid Bawaan

Hipoparatiroid Autoimun
2.4 PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESI PEMERIKSAAN FISIK

Vinay Kumar (2015:728) meyatakan


Keseluruhan riwayat hidup, bahwa, manifestasi klinis utama
termasuk riwayat keluarga, sering hipoparatiroidisme meliputi inspeksi:
mengungkapkan kemungkinan perubahan morfologik biasanya tidak
penyebab penyakit. Pasien terlalu jelas dan mungin berupa
dengan hipoparatiroidisme sering katarak, kalsifikasi ganglia basal
mengeluh kelelahan, kekurangan serebral, dan kelainan gigi. Palpasi:
energi, dan merasa cemas. bisa didapatkan, peningkatan
Sebuah studi kontrol-kasus iritabilitas neuromuskulus (rasa geli,
dilaporkan tingginya skor spasme otot, wajah menyeringgai dan
kecemasan pada pasien spasme karpopedal menetap atau
hipoparathiroid dibandingkan tetani), aritmia jantung dan kadang
dengan pasien pasca tiroidektomi peningkatan tekanan intrakranial dan
tanpa hipoparatiroidisme (Monis, kejang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.5 DIAGNOSIS BANDING
2.6 TERAPI

Kalsitriol

Vitamin D

Hormon PTH
2.7 KOMPLIKASI
Pemberian obat dilakukan sebagai pengganti hormon PTH
yang hilang, induvidu yang terkena diberikan sejumlah
besar calsium oral dan analog vitamin D aktif, yang mana
terapi yang ditambahkan meyebabkan meningkatnya
kalsium yang sangat tinggi, sehingga dapat
meningkatkan risiko kerusakan ginjal (nefrokalsinosis,
nefrolitiasis, dan gagal ginjal) (Monis, 2015:86).
Pengobatan Hipoparatiroid dengan PTH kadang-kadang
digunakan untuk mengobati hipoparatiroidisme. Akan tetapi,
pemakainan hormon ini memiliki efek yang berlangsung
hanya beberapa jam dan karena kecenderungan tubuh
mengembangkan antibodi melawan hormon, mengakibatkan
hormon secara progresif makin kurang efektifitasnya
(Guyton,2016:1042).
2.8 REHABILITASI

Pada rehabilitasi terdapat enam sasaran manajemen dari


terapi penyakit hipoparatiroid:
1) Untuk mencegah tanda-tanda dan gejala hipokalsemia
2) Untuk menjaga konsentrasi serum kalsium sedikit dibawah
normal (yaitu tidak lebih dari 0,5 mg/dl dibawah normal)
atau dalam rentan normal
3) Menjaga kadar kalsium dan fosfat dibawah 55mg dl (4,4
mmolL)
4) Untuk menghindari hiperkalsiuria
5) Untuk menghindari hiperkalsemia
6) Untuk menghindari nefrokalsinosis atau nefrolitiasis dan
kalsifikasi extraskeletal lainnya.
2.9 PROGNOSIS
Akibat pembuangan semua kelanjar paratiroid yang tidak hati-
hati lewat pembedahan maka pasien yang tadinya tidak memiliki
riwayat penyakit hipoparatiroidisme dapat terkena sebagai
penyebab hipoparatiroidisme pasca operasi leher anterior.

Kadang-kadang tidak semua jaringan dibuang, sisanya


mengalami pasokan vaskuler akibat perubahan fibrotik pada
leher setelah pembedahan. Sering setelah periode
hipoparatiroidisme yang bervariasi, fungsi paratiroid pulih
kembali akibat penyembuhan jaringan yang tersisa. Kadang-
kadang penyembuhan terjadi berbulan-bulan setelah
pembedahan (Ad.Bonam). (Isselbacher, 2014:2392).
2.10 EDUKASI
Dalam studi cross-sectional oleh Elizabeth
L. Monis (2015:86), Edukasi dalam hal ini
sangat perlu peranan dokter dalam
memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga tentang penyakit
hipoparatiroid yang sedang diderita oleh
pasien sehingga individu dan keluarga pun
dapat mengerti dan dapat mengelolah
penyakitnya dengan baik, serta
menjelaskan kepada individu dan keluarga
pasien akan komplikasi yang dapat saja
terjadi selama pengobatan.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hipoparatiroid adalah penyakit seumur hidup yang ditandai
dengan tidak memadai produksi paratiroid hormon (PTH),
sehingga kadar kalsium darah rendah (Hypocalcemia) dan
kadar serum fosfat tinggi (Hyperphosphatemia).

Penyebab hipoparatiroid pada operasi leher anterior


terdapat 78% kasus, penyebab sekunder lainnya 9%,
genetik 7%, dan idiopatik 6%.

Etiologi penyakit hipoparatiroid dapat dikelompokkan


dalam 3 kategori yaitu Hipoparatiroid Yang Diinduksi Oleh
Pembedahan, Hipoparatirod Bawaan, Hipoparatiroid
Autoimun.
Untuk menegakkan diagnosa hipoparatiroid pada anamnesis dapat
ditemukan, pasien sering mengeluh kelelahan, kekurangan energi,
dan merasa cemas. Pada pemeriksaan fisik khasnya pada saat
palpasi: bisa didapatkan, peningkatan iritabilitas neuromuskulus
(rasa geli, spasme otot, wajah menyeringgai dan spasme karpopedal
menetap atau tetani). Pada pemeriksaan penunjang laboratorium
didapatkan rendahnya kadar PTH dalam darah, sehingga kadar
kalsium darah rendah dan kadar fosfat tinggi.

Diagnosis banding dari hipoparatiroidisme adalah


pseudohipoparatiroidisme. Hipoparatiroidisme ditandai dengan
hypocalcaemia, didefinisikan sebagai kalsium serum total di bawah
batas rendah dari normal dan hyperphosphatemia, yang keduanya
hasil dari kekurangan PTH dalam sirkulasi. Sebaliknya,
pseudohipoparatiroidisme (PHP) ditandaidengan hipokalsemia dan
peningkatan kadar PTH.

Terapi hipoparatiroidisme didapat yang kronik mirip dengan terapi


yang digunakan untuk hipoparatiroidisme ideopatik yaitu
penggantian dengan kalsitriol dan kalsium oral. Pada jaunari 2015
Food and Drug Administration (FDA) meyetujui rhPTH (Natpara)
sebagai terapi dari penyakit hipoparatiroidisme.
Komplikasi penyakit hipoparatiroid dapat terjadi akibat
pengganti hormon PTH yang hilang akibat pasien diberikan
sejumlah besar calsium oral dan analog vitamin D aktif, yang
mana terapi yang ditambah meyebabkan ayunan besar
kalsium, yang dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal
(nefrokalsinosis, nefrolitiasis, dan gagal ginjal).

Rehabilitasi terdapat enam sasaran manajemen dari terapi


penyakit hipoparatiroid yang berfungsi mengoptimalkan
kehidupan pasien hipoparatiroidisme.

Prognosis kadang-kadang penyembuhan terjadi berbulan-bulan


setelah pembedahan (Ad.Bonam).

Edukasi dalam hal ini sangat perlu peranan dokter memberikan


penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit hipoparatiroid yang sedang diderita oleh pasien
sehingga pasien pun dapat mengerti dan dapat mengelolah
penyakitnya dengan baik, serta menjelaskan kepada individu
dan keluarga akan komplikasi yang dapat saja terjadi.
3.2 SARAN
Pendataan di Indonesia, penyakit hipoparatiroid di Indonesia sendiri
belum memiliki data pasti tentang berapa banyak penderita
hipoparatiroid sehingga data-data yang diambil kebanyakan dari luar
negeri yang sudah memiliki data pasti akan presentasi penderita
hipoparatiroid di negara mereka. Hal ini dapat menjadi masukkan agar
di Indonesia dapat mengumpulan data-data dan presentase penyakit ini
sehingga dapat membantu mengoptimalkan kenerja di bidang
kesehatan. Disarankan juga kepada RSUD Dok.II Jayapura khususnya
bagian pengisian dan pelayanan rekam medik agar data pasien dapat
dikelolah dengan baik dan ditulis selengkap lengkapnya dan disimpan
dengan baik sehingga apabila dibutuhkan dapat ditemukan dengan
mudah untuk kepentigan pasien dan penelitian-penelitian selanjutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai