HIPOPARATIROID
Oleh:
Elisabeth Sintikhe Mambaya
0110840004
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hipoparatiroid adalah gangguan umum yang ditandai dengan
rendahnya kalsium serum, peningkatan serum fosfor, dan
kekurangan produksi hormon paratiroid (PTH) (Bart, 2015).
Bagi Pembaca
Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan
pembaca tentang penyakit hipoparatiroid.
BAB II
ISI
2.1 DEFENISI
Hipoparatiroid adalah penyakit seumur hidup yang ditandai dengan
tidak memadai produksi paratiroid hormon (PTH), sehingga kadar
kalsium darah rendah (Hypocalcemia) dan kadar serum fosfat tinggi
(Hyperphosphatemia).
Hipoparatiroidisme meningkatkan risiko insufisiensi gingal, batu ginjal
ginjal, katarak subkapsular posterior, dan kalsifikasi intraserebral.
Diagnosis tergantung pada pengukuran yang akurat dari PTH. Etiologi
paling umum hipoparatiroidisme yaitu pascaoperasi, diikuti oleh
gangguan autoimun dan gangguan genetik yang jarang terjadi.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyebab hipoparatiroid pada operasi leher anterior terdapat 78%
kasus, penyebab sekunder lainnya 9%, genetik 7%, dan idiopatik 6%.
2.3 ETIOLOGI
ANATOMI KELENJAR
PARATIROID
Secara anatomi, umumnya
pada manusia terdapat empat
kelenjar paratiroid.
Masing-masing kelenjar
kaya akan pembuluh darah,
ukuran 3 x 6 x 2 mm, dan
memiliki dua tipe sel (Barrett,
2016:379).
Sel-Sel pada Kelenjar Paratiroid
Hipoparatiroid Bawaan
Hipoparatiroid Autoimun
2.4 PENEGAKAN DIAGNOSIS
Kalsitriol
Vitamin D
Hormon PTH
2.7 KOMPLIKASI
Pemberian obat dilakukan sebagai pengganti hormon PTH
yang hilang, induvidu yang terkena diberikan sejumlah
besar calsium oral dan analog vitamin D aktif, yang mana
terapi yang ditambahkan meyebabkan meningkatnya
kalsium yang sangat tinggi, sehingga dapat
meningkatkan risiko kerusakan ginjal (nefrokalsinosis,
nefrolitiasis, dan gagal ginjal) (Monis, 2015:86).
Pengobatan Hipoparatiroid dengan PTH kadang-kadang
digunakan untuk mengobati hipoparatiroidisme. Akan tetapi,
pemakainan hormon ini memiliki efek yang berlangsung
hanya beberapa jam dan karena kecenderungan tubuh
mengembangkan antibodi melawan hormon, mengakibatkan
hormon secara progresif makin kurang efektifitasnya
(Guyton,2016:1042).
2.8 REHABILITASI