PPh Final Nama kelompok: Eka Syifa Isani 1660203101110 Desak Gede Tiara 166020310111013 Pajak Salah satu sumber penerimaan dalam negeri yang paling potensial Kepentingan WP berbeda dengan kepentingan pemerintah, sehingga WP cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran WP dapat menggunakan manajemen pajak PPh Pasal 22 Definisi PPh Pasal 22 Pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi, atau lembaga pemerintah, dan lembaga- lembaga negara lain, yang berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan- badan tertentu, baik badan pemerintah maupun badan swasta, Pemungut PPh Pasal 22 Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Bendahara pengeluaran Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri dan eksportir Industri atau badan usaha Objek PPh Pasal 22 Impor barang Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendaharawan pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran Pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar Industri baja dan industri otomotif Penjualan bbm, gas, dan pelumas Penjualan hasil industri dalam negeri PPh Pasal 22 Bahan Bakar Minyak dan Gas Uraian SPBU pertamina SPBU swastanisasi
Premium 0,25% dari penjualan 0,3% dari penjualan
Solar 0,25% dari penjualan 0,3% dari penjualan
Premix/super TT 0,25% dari penjualan 0,3% dari penjualan
Minyak tanah 0,3% dari penjualan -
Gas LPG 0,3% dari penjualan -
Pelumas 0,3% dari penjualan -
Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk Pembayaran dan penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang jumlahnya kurang dari Rp 2.000.000 (bukan merupakan jumlah yang dipecah- pecah) Pengoptimalan kredit pajak Contoh: PPh Pasal 22 atas pembelian solar dari Pertamina yang bersifat final jika pembelinya perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran migas. Tetapi jika pembelinya bergerak dibidang manufacturing, PPh Pasal 22 tersebut dapat dikreditkan dengan PPh badan. Pengkreditan ini lebih menguntungkan ketimbang dibebankan sebagai biaya. Bila dibandingkan, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 75 % dari nilai pajak yang dikreditkan ( untuk laba kena pajak badan di atas tahun 2008 ). Bila dikreditkan, maka seluruh jumlah pajak diklaim oleh wajib pajak. Akan tetapi bila dibebankan sebagai biaya, maka dampak pengurangan pajaknya hanya sebesar 23 %, itu pun dengan asumsi bahwa biayanya merupakan deductible expenses (biaya yang dapat dikurangkan). Pengoptimalan kredit pajak (lanjutan) Mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan dan/ pemungutan PPh bagi WP yang memiliki peredaran bruto tertentu Perlakuan akuntansi PPh Pasal 22 PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final, perlakuannya sebagai uang muka pajak, yang pada akhir tahun pajak merupakan kredit pajak (sebagai unsur pengurang utang pajak pada akhir tahun pajak) dan akan dilaporkan di dalam neraca PPh Pasal 22 yang bersifat final, perlakuannya sebagai beban pajak dalam tahun yang bersangkutan sehingga akan dilaporkan dalam laporan laba rugi Contoh soal perhitungan PPh Pasal 22 (tidak final) Contoh soal perhitungan PPh Pasal 22 (final) PPh Pasal 23 Definisi PPh Pasal 23 Pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 23 Pemotong PPh pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang terdiri atas: 1. Badan Pemerintah. 2. Subjek Pajak badan dalam negeri. 3. Penyelenggara kegiatan. 4. Bentuk usaha tetap. 5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. 6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukan dari Direktur Jendral Pajak untuk memotong pajak PPh Pasal 23. Objek PPh Pasal 23 Diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03.2015 yang berlaku efektif pada tanggal 24 Agustus 2015 (62 jenis jasa) Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 adalah: 1. Dividen 2. Bunga 3. Royalti 4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya 5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan 6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21. Tarif PPh Pasal 23 Tarif 15% dari jumlah bruto atas: - dividen, - hadiah dan penghargaan Tarif 2% : 1. Dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/bangunan 2. Dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, dan jasa konsultan 3. Dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03.2015 yang berlaku efektif pada tanggal 24 Agustus 2015 (62 jenis jasa) Pengecualian pemotongan PPh Pasal 23 Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 adalah: Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak daalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di indonesia dengan syarat: 1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan 2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memeberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor. Dividen yang dterima oleh orang pribadi Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya Pengahilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Pengoptimalan kredit pajak Memahami saat terutangnya pajak Memisahkan tagihan material dan jasa Mewaspadai penagihan dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja Ekualisasi biaya yang terkait dengan objek PPh Pasal 23 Contoh soal perhitungan PPh Pasal 23 PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh Pasal 23 kepada beberapa pihak dengan rincian: Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis: Damayanti dengan NPWP 01.444.888.2.987.000, Nurmadina NPWP 01.888.555.2.456.000, dan Azzahra yang belum memiliki NPWP. Royalti yang diberikan kepada Damayanti sebesar Rp25.000.000. Royalti untuk Nurmadina sebesar Rp10.000.000. Dan royalti untuk Azzahra sebesar Rp5.000.000. Pembayaran bunga pinjaman kepada BRI dengan NPWP 03.111.222.2.541.000 untuk bulan September sebesar Rp1.500.000. Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk PT Insan Media Print adalah sebagai berikut: Untuk pembayaran royalti kepada penulis: Damayanti 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000 Nurmadina 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000 Azzahra 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000 Karena Azzahra masih belum memiliki NPWP, maka dikenakan tambahan PPh sebesar 100% dengan nominal: 100% x Rp750.000 = Rp750.000. Dengan demikian, Azzahra akan terkena pemotongan sebesar Rp750.000 + Rp750.000 = Rp1.500.000. Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23, penulis akan mendapatkan hasil bukti pemotongan. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal 23. Sebab termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan pengecualian terhadap PPh Pasal 23. Pengangsuran dan Penundaan pembayaran pajak