Anda di halaman 1dari 50

TUBERKULOSIS

ABDOMINAL
Tinjauan radiologis dari temuan-temuan yang didapat
dengan pemeriksaan Computed Tomography (CT) dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Oleh:
Bibah, Oka, Manda, Rizal
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang tingkat insiden nya cederung
mengalami peningkatan, terutama yang diakibatkan dari infeksi HIV dan
penggunaan obat-obatan imunosupresif.
Organ organ di abdomen merupakan lokasi yang paling umum diserang oleh
tuberkulosis ekstra-paru.
Kondisi ini seringkali dibingungkan oleh beberapa kondisi seperti contohnya IBS,
kanker, dan penyakit-penyakit infeksi lainnya.
Keterlambatan dalam mendiagnosis dapat menyebabkan peningkatan tingkat
morbiditas, pemahaman awal akan kondisi yang muncul penting untuk penanganan
lanjut yang tepat.
Pada makalah ini dibahas kasus dengan diagnosis tuberkulosis abdomen yang telah
dikonfirmasi dan ditegakkan melalui pemeriksaan CTScandan MRI, yang
menunjukkan keterlibatan dari beberapa organ dan sistem yang berbeda-beda, dan
beberapa presentasi yang muncul seringkali membingungkan para dokter ahli
radiologi untuk menegakkan diagnosa.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis bertanggung jawab atas 1,7 juta kematian setiap
tahunnya di seluruh dunia.
Paru-paru merupakan organ yang paling umum diserang. Keterlibatan organ
abdomen terjadi pada sekitar 11-12% pasien penderita tuberkulosis paru.
Di Brazil tahun 2010, telah muncul 71.658 kasus baru tuberkulosis, dari kasus
tersebut 10.071 kasus merupakan tuberkulosis ekstra-paru.
Tuberkulosis abdominal dapat mengenai beberapa struktur yang berbeda:
Saluran gastrointestinal
Traktus genitourinari
Organ-organ padat (liver, lien, pankreas)
Kantung empedu
Aorta dan cabang-cabang nya
Peritoneum
Kelenjar getah bening
PENDAHULUAN
Penyakitini dapat muncul dengan gejala dan kondisi yang mirip dengan
penyakit lain, seperti contohnya:
kanker kelenjar getah bening,
penyakit Crohn, amoebiasis,
adenokarsinoma, dan lain-lain.

Tuberkulosis
abdominal dapat mempengaruhi organ intrakavitari manasaja,
yang akan mempresentasikan gejala-gejala tidak spesifik.
Padasaluran gastrointestinal, wilayah ileum terminal dan ileosekal merupakan
yang paling terdampak (50%).
Di
antara organ-organ padat, liver dan lien mempresentasikan keterlibatan
yang paling tinggi (70%).
PERITONEUM
PERITONEUM
Peritonitis
TB merupakan presentasi tuberkulosis abdominal yang
paling umum
Melibatkan rongga peritoneal, mesenterium, dan omentum.
Dipercaya bersifat hematogenosa. Jalur diseminasi lainnya mencakup
ekstensi langsung dan jalur limfatik.
Tuberkulosis
peritoneal umumnya diklasifikasikan kedalam tiga tipe
yang didasarkan pada aspek-aspek makroskopisnya:
1. tipe kering,
2. tipe basah,
3. dan tipe fibrosa.
PERITONEUM
Tipebasah (Gambar 1) mempresentasikan
asites bebas ataupun asites terlokulasi, yang
berkaitan ataupun tidak berkaitan dengan
penebalan peritoneal yang terdifusi
danhalus
Pada
tipe kering, terdapat dominasi
penebalan peritoneum serta penebalan
mesenterik dengan nodul-nodul pengkejuan,
pembesaran kelenjar getah bening, dan
Gambar 1. Peritonitis basah pada seorang pasien
adhesi fibrinosa
perempuan yang berusia 27 tahun. Rangkaian/
sekuens hasil pemeriksaan MRI aksial T2-weighted
(A) menunjukkan asites berukuran besar dengan
multi septa halus. Gambar hasil pencitraan MRI T1-
weighted yang diperjelas dengan penggunaan
Gadolinium (B) menunjukkan penebalan peritoneal
regular, halus, dan difusi (ditunjukkan dengan tanda
panah).
PERITONEUM
Sebaliknya,tipe fibrosa (Gambar 2) dicirikan oleh penebalan omentum dan
bowel loop (yang mana hal ini akan seperti sebuah massa, yang terkadang
tampak seperti asites terlokulasi dan mirip dengan karsinomatosis peritoneal).

Gambar 2. Peritonitis fibrinosa. Gambar hasil


pencitraan MRI T2-weighted dengan supresi
lemak menunjukkan penebalan omentum
(ditunjukkan oleh tanda panah yang tipis) dan
penebalan difusi peritoneum (ditunjukkan oleh
tanda panah tebal) yang berkaitan dengan
konglomerat simpal usus yang menempati
rongga panggul (ditunjukkan oleh anak panah).
PERITONEUM
Asites
bebas ataupun asites yang terlokulasi dapat muncul pada 30-100% dari
seluruh kasus tergantung pada fase penyakit.
Hanya 3% dari seluruh pasien yang mempresentasikan peritonitis tuberkulosa
tipe kering.
Keberadaanfat-fluidlevelyang berkaitan dengan nekrosis kelenjar getah
bening sangat spesifik pada terjadinya asites tuberkulosa.
Omentum akan tampak mengalami perubahan pada 80% kasus, yang mana
tampilannya akan tampak seperti omentum yang terinfiltrasi difus, bernodul,
danbergumpal.
Densifikasidifuspaling umum ditemukan (Gambar 2), sedangkan pola
gumpalan omentum, yang dicirikan oleh penebalan lemak omentum dan
densifikasi lebih jarang terlihat dan hanya muncul pada <20% kasus. Hal ini
umum ditemukan pada kasus karsinomatosis peritoneal (terjadi pada 40% dari
seluruh kasus).
PERITONEUM
Penyakit
mesenterik merupakan abnormalitas umum yang dapat terobservasi
pada hasil pemeriksaan CT sebagai tahap awal tuberkulosis peritoneal, yaitu
pada 98% kasus.
Darimulai keterlibatan ringan (striasi linear, pembengkakan vaskular,
tampilan berbentuk bintang, dan pemadatan lemak) sampai keterlibatan yang
lebih bersifat ekstensif (infiltrasi difusidaunmesenterik).
Absesmesenterik mungkin diakibatkan oleh perluasan proses pengkejuan
masa kelenjar getah bening yang berukuran besar.Striasi tebal dengan
pembengkakan vaskular merupakan temuan-temuan yang paling umum (65%
kasus), kemudian diikuti oleh pola-pola nodular (29%).
PERITONEUM
Diagnosis tuberkulosis peritoneal masihlah menjadi satu tantangan.
Diakibatkanoleh banyaknya presentasi klinis yang muncul, temuan-temuan pemeriksaan
laboratorium yang tidak spesifik, dan tumpang tindah temuan-temuan pencitraan pada
penyakit-penyakit lain.
Utamanya dengan peritoneal karsinomatosis, yang dimana memiliki penanganan dan tingkat
prognosis yang sangat berbeda.

Dengan demikian, temuan-temuan hasil pemeriksaan CT yang paling umum pada


kasus tuberkulosis peritoneal mencakup:
a) Asites (70-90% kasus)
b) Penebalan peritoneum halus dengan peningkatan kejelasan setelah dilakukan injeksi
kontras intravena
c) Densifikasi bidang lemak akar mesenterik, yang dapat terjadi pada 70% dari seluruh
kasus
d) pembesaran kelenjar getah bening dengan area nekrosis ataupun kalsifikasi sentral
PERITONEUM
Di sisi lain, temuan-temuan yang paling umum dalam karsinomatosis peritoneal mencakup:
a) penebalan peritoneal multinodular dan iregular
b) pembesaran kelenjar getah bening retroperitoneal homogen
c) gumpalan omental, sebagai mana yang disebutkan diatas

Tanda tomografik yang paling berguna untuk membedakan antara tuberkulosis


peritoneal dan karsinomatosis peritoneal adalah penebalan peritoneum.
d) Pada kondisi tuberkulosis peritoneal, akan tampak penebalan halus dan regular.
e) Pada kondisi karsinomatosis peritoneal, akan tampak penebalan seperti nodular dan
iregular

Peritonitis non-tuberkulosis (peritonitis bakterial, sebagai contohnya), pseudomiksoma


periotenal dan mesotelimea membentuk spektrum dari beberapa diagnosa selain tuberkulosis
peritoneal.
KELENJAR
GETAH BENING
KELENJAR GETAH BENING
Keterlibatankelenjar getah bening umumnya memiliki kaitan dengan
tuberkulosis gastrointestinal, dan lebih jarang memiliki kaitan dengan
presentasi organ-organ padat dan peritoneum.
Keterlibatanpaling umu dari rangkaian kelenjar getah bening (kelenjar getah
bening mesenterik, seliak, porta hepatis, dan peripankreatik) dapat dijelaskan
oleh saluran limfatik dari ileosekal, jejunal, ileal, dan regio kolon kanan setelah
menelan materi yang terinfeksi.
KELENJAR GETAH BENING
Pola penyakit yang melibatkan kelenjar getah
bening beragam pada hasil pemeriksaan CT
Sering menunjukkan pembesaran kelenjar
getah bening (40 60%) dengan hipoatenuasi
pada pusat dan hiperatenuasi pada bagian
tepinya setelah dilakukan injeksi kontras
intravena
Hal ini umum terjadi namun tidak bersifat
patognomonik pada nekrosis kaseosa (Gambar
Gambar 3. Penyakit TB kelenjar getah bening pada
3). seorang pasien laki-laki yang berusia 54 tahun.
seorang pasien laki-laki yang berusia 54 tahun.
Keberadaan pembesaran multipel kelenjar getah
bening pada akar mesenterik dan wilayah
periaortik. Kelenjar getah bening yang membesar
dengan nekrosis sentral (panah pada gambar A).
Kalsifikasi kelenjar getah bening yang terobservasi
(panah pada gambarB)
KELENJAR GETAH BENING
Limfoma, metastasis, infeksi piogenik, dan penyakit Whipple merupakan
diagnosis banding utama.
Pola keterlibatan kelenjar getah bening mencakup peningkatan jumlah
kelenjar getah bening (bukan peningkatan volume), pembentukan kluster dan
kumpulan kelenjar getah bening yang berukuran besar dan terlokalisasi
(Gambar 4).
Gambar 4. Penyakit tuberkulosis kelenjar
getah bening pada seorang pasien laki-laki
yang berusia 55 tahun. Kelenjar getah
bening multipel yang mengalami
pembesaran (ditunjukkan oleh tanda
panah) dengan nekrosis sentral pada
rangkaian periaortik, pericaval, dan
interaortocaval. Abses tuberkulosis yang
berukuran besar baik pada otot-otot psoas
(P) dan sejumlah kecil asites (tanda
bintang) yang terobservasi.
SALURAN
GASTROINTESTINA
L
SALURAN
GASTROINTESTINAL
Keterlibatan intestinal pada tuberkulosis abdominal merupakan hal yang tidak
jarang terjadi.
Beberapa mekanisme dapat menyebabkan keterlibatan usus oleh penyakit ini,
antara lain:
1. Tertelannya material yang terinfeksi pada tuberkulosis paru aktif
2. Reaktivasi fokus intestinal yang tadinya dorman yang diakibatkan oleh
diseminasi hematogen pada usia kanak-kanak
3. Diseminasi hematogen dari tuberkulosis aktif
4. Penyebaran langsung dari organ-organ lain.
SALURAN
GASTROINTESTINAL
Tuberkulosis dapat melibatkan bagian saluran gastrointestinal manapun
Organ yang paling terpengaruh antara lain katup ileosekal, ileum terminal,
dan sekum terminal, yang muncul pada 90% kasus tuberkulosis usus (Gambar
5A). utama hasil pemeriksaan
Temuan
pencitraan tuberkulosis usus mencakup:
1. Penebalan parietal, simetris atau
asimetris
2. Kompresi ekstrinsik oleh pembesaran
kelenjar getah bening, yang dapat
merepresentasikan masa heterogen.
Gambar 5.A: Tuberkulosis sekum dan kolon
asenden. Diketahui, terjadi penebalan parietal
iregular, penurunan diameter luminal, dan
densifikasi lemak di sekitarnya pada tingkat
sekum, ruas yang paling umum terdampak
oleh tuberkulosis, di dekat wilayah katup
ileosekal dan kolon asenden.
SALURAN
GASTROINTESTINAL
Presentasi klinis tuberkulosis rektal lebih jarang muncul dan berbeda dari
tuberkulosis pada segmen proksimal.
Hematochezia (88%) dan konstipasi (37%) merupakan gejala-gejala yang
paling umum.
Penebalan luminal umumnya bersifat signifikan, dengan panjang yang
beragam, area ulserasi yagn dalam, yang umumnya berlokasi sekitar 10 cm
dari batas anus (Gambar 5B).
Gambar 5B: Tuberkulosis rektal pada
pasien lain. Hasil pemeriksaan pencitraan
CT menunjukkan penebalan fokus yang
tidak teratur, penurunan diameter luminal,
dan densifikasi lemak di dekatnya pada
tingkat rektum, yang merupakan ruas yang
jarang diserang oleh tuberkulosis. Lesi ini
mirip seperti jaringan neoplasma
SALURAN
GASTROINTESTINAL
KOMPLIKASI
Usus kecil dan usus besar merupakan lokasi yang paling umum terkena
dampak.
Perforasi (Gambar 6) dan fistula merupakan komplikasi gastrointestinal yang
paling umum akibat tuberculosis.
Beberapa komplikasi lainnya mencakup komplikasi-komplikasi vaskular,
intususepsi, dan obstruksi usus kecil.
Gambar 6. Pasien perempuan yang
berusia 25 tahun menunjukkan
perforasi usus akibat tuberkulosis
pada usus, dan memproduksi
kumpulan cairan yang banyak
(ditunjukkan dengan tanda panah).
SALURAN
GASTROINTESTINAL
Diagnosis banding tuberkulosis usus beragam tergantung keterlibatan organ,
derajat dan pola
Mencakup:

a.Penyakit Crohn
b.Limfoma

c. Amebiasis

d.Adenokarsinoma
HEPAR DAN
SALURAN EMPEDU
HEPAR DAN SALURAN
EMPEDU
Tuberkulosis hepatik terisolasi merupakan kondisi yang jarang terjadi
Umumnya tuberculosis hepatic ditemukan sebagai kondisi penyerta (80-
100%)
Manifestasi tuberkulosis hepatik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
milier dan makronodular
HEPAR DAN SALURAN
EMPEDU
Bentuk milier (Gambar 7) berkaitan
dengan penyebaran hematogenosa,
menandakan keterlibatan hepar.
Terdapat pembesaran pada hepar
Terjadi peningkatan pada kadar enzim
hepatik
Dilatasi bilier tampaknya tidak begitu
jelas terlihat.
Gambar 7. Tuberkulosis hepatik milier.
Gambar hasil pemeriksaan MRI aksial T1-
weighted yang diperjelas dengan gadonilium
dengan supresi lemak berhasil
mengidentifikasi multi nodul hipovaskular
yang berukuran kecil yang tidak dapat
terdeteksi pada pemeriksaan lanjutan setelah
terapi terkait.
HEPAR DAN SALURAN
EMPEDU
Diagnosis banding untuk bentuk tuberkulosis hepatik mikronodular mencakup:
1. Metastasis,
2. Infeksi jamur
3. Sarkoidosis
4. Limfoma
.Pada bentuk makronodular, kondisi ini utamanya berupa abses dan
metastasis.
HEPAR DAN SALURAN
EMPEDU
Keterlibatansistembilier akibat tuberkulosis jarang terobservasi. Tingkat
insiden tahunannya hanya sekitar 0,1%.
Perlibatan dapat bersifat primer misalnya stenosis saluran kecil, atau
diakibatkan oleh kompresi oleh granuloma hepatik, yang dimana hal ini
seringkali sulit dibedakan dengan kolangitis sklerosis primer dan
kolangiokarsinoma.
Kantung empedu merupakan organ yang jarang terlibat di dalam penyakit
tuberkulosis.
Tidak ada tampilan yang khas, dan akan memunculkan temuan yang
beragam. Diagnosis umumnya ditegakkan dengan dasar hispatologi.
Tuberculosis Lien
Terdapat dua tipe tuberkulosis lien, yaitu milier dan makronodular.
Tipe TB milier merupakan tipe paling umum ditemui (Gambar 9A)
Umumnya bermanifestasi sebagai splenomegali sedang, namun lesi
hipodens kecil akan tampak pada pemeriksaan CT

Gambar 9A. Tuberkulosis lien milier. Hasil


pemeriksaan CT scan yang diperjelas
dengan kontras menunjukkan adanya
sedikit hipoatenuasi, dan nodul-nodul yang
secara acak terdistribusi pada limpa
Tuberculosis Lien
Bentukmakronodular (Gambar 9B) merupakan kondisi yang sangat
jarang muncul, baik secara multipel ataupun soliter, berbentuk bulat
atau nodula ovoid dengan tampilan yang beragam pada hasil
pemeriksaan CT dan MRI
Gambar 9B. Tuberkulosis lien
makronodular. Hasil pemeriksaan CT
scan yang diperjelas dengan kontras
menunjukkan satu nodul perifer pada
limpa.
Tuberculosis Lien
Differential Diagnosa dari kondisi ini adalah
1. kanker kelenjar getah bening,
2. sarkoma Kaposi,
3. metastasis,
4. sarkoidosis,
5. angiomatosis basiler,
6. abses jamur/ piogenik,
7. histoplasmosis, dan
8. infeksi Mycobacterium avium-intracellulare
9. Pneumocystis carini terdiseminasi.
Tuberculosis Pankreas

Gangguan pankreas akibat tuberkulosis jarang teridentifikasi


melalui pemeriksaan-pemeriksaan imaging radiografi .

Gambaran imaging yang tampak :


1.peningkatan ukuran pankreas (Gambar 10),
2.kumpulan gambaran hipodens intrapankreatik atau massa
yang kompleks,
3.dan juga limfadenopati peripankreatik.
Tuberculosis Pankreas

Gambar 10. Tuberkulosis


pankreatik. Hasil pencitraan
CT scan mengidentifikasi
sedikit peningkatan ukuran
organ dan hilangnya kontur
pankreas yang berlobus-
lobus.
Tuberculosis Kelenjar Suprarenal
Tuberkulosis kelenjar suprarenal dicirikan dengan peningkatan
ukuran kelenjar (Gambar 11A), nekrosis sentral, dan kalsifikasi
kelenjar unilateral ataupun bilateral (Gambar 11B).

Pembesaran kelenjar-kelenjar suprarenal juga tampak pada pasien


dengan tuberkulosis ginjal.

Atrofi
dan kalsifikasi dapat terlihat pada pasien yang telah
mendapatkan pengobatan sebelumnya.
Tuberculosis Kelenjar Suprarenal
Gambar 11. Tuberkulosis adrenal.
A:CT scan menunjukkan
hiperplasia kelenjar-kelenjar
adrenal.
B: Pada pasien yang lain, tampak
kelenjar adrenal kanan yang
terkalsifikasi, dan hal ini
menunjukkan fase kronik dari
penyakit tersebut.
Tuberculosis Ginjal
Tuberkulosis
ginjal umumnya diakibatkan oleh penyebaran hematogen yang berasal dari infeksi
paru primer yang mungkin terjadi beberapa tahun sebelumnya

Pemeriksaan imaging Plain Radiografi, CT Scan, MRI ditemukan :


1. Edema jaringan fokal dan vasokonstriksi
2. hipoperfusi lokal.
3. Deformitas calyx
4. Caliectasis

.Prognosis menyebabkan
1. nekrosis papilari ekstensif,
2. kavitas dan parut kortikal, striktur pieloinfudibular dan hidronefrosis.
3. hilangnya fungsi ginjal dan
4. kalsifikasi
Tuberculosis Ginjal

Gambar 12. Tuberkulosa pada ginjal kiri. Hasil pemeriksaan CT scan


menunjukkan nodul yang terkalsifikasi secara parsial dan hipovaskular
(A). Pada hasil pemeriksaan MRI, tampak nodul berintensitas
intermediate pada sequences T1-weight (B) dan intensitas yang rendah
pada sequences T2-weight (C).
Tuberculosis Ginjal

Gambar 13. Tuberkulosis ginjal kanan. Radiografi (pemeriksaan x-ray)


menunjukkan kalsifikasi (ditunjukkan oleh tanda anak panah gambar A).
Urografi excretory menunjukkan deformitas sistem pyelocalyceal, penurunan
ketebalan parenkim ginjal dan kavitasi yang terisi oleh kontras pada kontiguitas
dengan infundibulum (ditunjukkan oleh tanda anak panah pada gambar B).
Tuberculosis Ginjal

Gambar 14. Tuberkulosis ginjal kiri tampak mengalami calicectasis. Gambar CT scan
potongan aksial (A) dan potongan koronal (B) menunjukkan calicectasis pada kelompok
calyx tengah dan pada fase ekskretori (ditunjukkan oleh tanda panah pada gambar A
dan B).
Tuberculosis Ureter
Tanda-tandaawal tuberculosis ureter : Dilatasi dan penebalan
uretolium secara iregular/ tidak teratur (Gambar 15)

Striktur
pada uretrovesikal junction disebabkan oleh cystitis dan
tuberculous urethritis, sehingga timbul dilatasi primer bagian
proximal.

Pada tahap lanjut penyakit ini, stenosis ureteral, pemendekan, dan


kalsifikasi ureteral pun dapat terlihat (Gambar 16).
Tuberculosis Ureter

Gambar 15. Tuberkulosis ureter.


Terjadi penebalan urothelium yang
tidak teratur pada pelvis renal
(ditunjukkan oleh tanda panah
pada gambar A) dan pada ureter
proksimal (ditunjukkan oleh tanda
panah pada gambar B).
Tuberculosis Kandung Kemih
Kistitis
(radang kandung kemih )Tuberkulosa menyebabkan Ulserasi dan
edema mukosa
Perluasan
penyakit sampai lapisan otot menyebabkan fibrosis, sehingga
berdampak terhadap penebalan mural dan penurunan kontraktilitas.
Tanda utama dari kistitis tuberkulosa adalah penebalan dan penurunan
kapasitas kandung kemih (Gambar 16 dan 17).
Hal ini harus dibedakan dengan kondisi-kondisi lain seperti :
1. skistosomiasis,
2. amiloidosis,
3. kistitis aktinik oleh siklofosfamida,
4. karsinoma,
5. keberadaan benda asing
Tuberculosis Kandung Kemih

Gambar 16. Tuberkulosis ureter bilateral


dan keterlibatan kandung kemih. Pada
urografi ekskretori, stenosis ureter distal
yang tidak teratur dapat terlihat, yang
dimana hal ini berkaitan dengan
penurunan kapasitas dan kontur trabekular
pada kandung kemih.
Tuberculosis Kandung Kemih
Gambar 17. Tuberkulosis
kandung kemih. Hasil
pemeriksaan CT scan
mengidentifikasi difusi dan
penebalan dinding kandung
kemih secara tidak simetris
(ditunjukkan oleh tanda panah).
Tuberculosis Genitalia Wanita
Insiden
tuberculosis genitalia wanita terjadi sebanyak 7,5% dari 492 pasien
yang sedang dilakukan pemeriksaan infertilitas.

Hampir dari seluruh wanita penderita tuberkulosis genital menunjukkan


kondisi infertilitas akibat keterlibatan tuba (Gambar 18A).

Kondisi ini terjadi secara bilateral dan dapat menyebabkan striktur dan
kalsifikasi.

Tuberkulosis
endometrial terjadi pada 50% pasien penderita tuberkulosis
tuba. Endometritis tuberkulosa dapat nampak seperti adhesi uteri terkait
dan karsinoma endometrial (Gambar 18B).
Tuberculosis Genitalia Wanita
Gambar 18. A: Tuberkulosis adneksal.
Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan
penebalan parietal difusi dengan
tampilan kontras yang jelas dan
dilatasi pada kedua saluran uteri
yang tampak pada sekuensi T1-
weighted dengan supresi lemak
setelah menyuntikkan kontras
melalui intravena. B: Tuberkulosis
uterin. Gambar MRI T2-weighted
potongan aksial menunjukkan
penebalan difusi endometrium dan
transisional zona (ditunjukkan oleh
tanda panah), disamping isian
endometrial heterogen.
Tuberculosis Genitalia Pria
Tuberkulosis dapat menyerang seluruh saluran kelamin laki-laki, seperti :
a. prostat
b. vesikula seminalis,
c. duktus deferen,
d. epididimis,
e. penis, dan
f. testis.

.Tuberkulosis menyebar secara hematogen dan melalui saluran kemih


.Secara tidak langsung TB genital pria berhubungan dengan kondisi TB ginjal
Tuberculosis Genitalia Pria
TB Urogenitalis yang mengenai epididimis terjadi pada 10-
55% kasus. Biasanya dimulai dari ekor epididimal, kemudian
menyebar luas ke seluruh struktur. Temuan-temuan sonografi
mencakup edema dan echotekstur heterogen pada ruas yang
terkena.
Pada pemeriksaan MRI, peningkatan volume dan intensitas
sinyal rendah pun tampak pada sinyal T2-weight, yang
dimana hal ini menunjukkan inflamasi kronis dan fibrosis
Tuberculosis Lain

Abses otot iliopsoas (Gambar 20) merupakan satu komplikasi yang


dulu diketahui sebagai akibat dari kondisi tuberkulosis vertebral

Kondisi
ini dapat diklasifikasikan menjadi kondisi primer (30%)
ataupun sekunder (70%)

Dinegara-negara berkembang, tuberkulosis vertebral (penyakit


Pott) dianggap sebagai penyebab yang paling umum akan abses
otot psoas
Abses Otot Iliapsoas

Gambar 20. Abses otot


Iliopsoas. Hasil pemeriksaan
CT menunjukkan kumpulan
cairan yang cukup signifikan
yang berbentuk cincin dan
kapsul yang tebal
(ditunjukkan oleh tanda
panah).
Kesimpulan
Tuberkulosis menunjukkan berbagai temuan klinis dan temuan
pencitraan
Dapat melibatkan banyak organ yang berbeda-beda.
Proses diagnosis membutuhkan tingkat kecurigaan yang tinggi,
yang dimana hal ini hanya dapat diyakinkan melalui biopsi dan
kultur specimen
Dokter ahli radiologi haruslah memahami temuan-temuan
pencitraan untuk lebih efektif mengkonfirmasi diagnosis dan untuk
melakukan penanganan yang tepat sesegera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai