Prinsip PMNHN Kebthn Eliminasi Edit
Prinsip PMNHN Kebthn Eliminasi Edit
Eliminasi
3. Gaya Hidup.
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
7. Kondisi Penyakit.
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi
produksi urine, seperti DM.
8. Sosiokultural.
Budaya dapat mempengaruhi
kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur pada masyarakattertentu
yang melarang untuk b. a. k di tempat
tertentu.
9. Kebiasaan seseorang .
Seseorang yang mempunyai kebiasaan
berkemih di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan
menggunakan urinal / pot urine bila
dalam keadaan sakit
10. Tonus Otot.
Tonus otot yang memiliki peran
penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih,
otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat beperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran
urine.
11. Pembedahan.
Efek pembedahan dapat menurunkan
filtrasi glomerulus yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine karena dampak dari
pemberian obat anastesi
12. Pengobatan.
Pemberian tindakan pengobatan dapat
berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses
perkemihan.
Misalnya pemberian diuretik dapat
meningkatkan jumlah urine,
sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
13. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik juga dapat
mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur
yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti
IVP ( intra venus pyelogram ), yang
dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine.
Selain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra
yang dapat menganggu peneluaran
urine.
Gangguan / Masalah Kebutuhan Eliminasi
Urine
1. Retensi Urine.
Merupakan penumpukan urine dalam
kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih, sehingga
menyebabkan distensi vesika urinaria,
atau merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap.
Dalam keadaan distensi ,vesika urinaria
dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
Tanda Klinis Retensi :
a. Ketidaknyamanan daerah pubis.
b. Distensi vesika urinaria.
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih.
d. Sering berkemih saat vesika urinaria
berisi sedikit urine ( 25-50 ml ).
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang
dikeluarkan dengan asupannya.
f. Meningkatnya keresahan dan keinginan
berkemih.
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml
dalam kandung kemih.
Penyebab :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah,
pelvis vesika urinaria.
b. Trauma tulang belakang.
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan
oleh otot detrusor yang lemah.
d. Sfingter yang kuat.
e. Sumbatan ( striktur uretra, pembesaran
kelenjar prostat ).
2. Inkontinensia Urine.
Adalah ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine.
Secara umum penyebab dari
inkontinensia urine adalah : proses
penuaan ( aging prosess ), pembesaran
kelenjar prostat, penurunan kesadaran,
penggunaan obat narkotik dan sedatif.
3. Enuresis :
Merupakan ketidaksanggupan
menahan kemih ( mengompol ) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol
sfingter eksterna.
Enuresis biasanya terjadi pada anak
atau orang jompo.
Umumnya terjadi pada malam hari
( nocturnal enuresis ).
Faktor menyebab enuresis
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar
dari normal.
b. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan
tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang
mengakibatkan terlambatnya bangun
tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan
seterusnya tidak dapat menampung
urine dalm jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak
menyenangkan di ( misalnya
persaingan dengan saudara kandung
atau cekcok dengan orang tua ).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat
bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaannya tanpa dibantu untuk
mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan
fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung
garam dan mineral.
h. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4. Perubahan Pola Eliminasi Urine.
Perubahan pola eliminasi urine merupakan
keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urine yang
disebabkan oleh obstruksi anatomis,
kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran
kemih.
Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
a. Frekuensi.
Adalah banyaknya jumlah berkemih dalam
sehari.
Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan
yang masuk.
Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan
asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis.
Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada
keadaan stres atau hamil.
b. Urgensi.
Adalah perasaan seseorang yang takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
Pada umumnya, anak kecil memiliki
kemampuan yang buruk dalam mengontrol
sfingter eksternal.
Perasaan segera ingin berkemih biasanya
terjadi pada anak karena kemampuan
sfingter untuk mengontrol belum sempurna.
c. Disuria.
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan
dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi
saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria.
Poliuria merupakan produksi urine abnormal
dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan
cairan.
Hal ini biasanya dapat ditemukan pada
penyakit diabetus melitus dan penyakitginjal
kronis.
e. Urinaria supresi.
Adalah berhentinya produksi urine secara
mendadak.
Dalam keadaan normal urine diproduksi oleh
ginjal secara terus menerus pada kecepatan
60-120 ml / jam.
Tindakan mengatasi masalah
elimiminasi urine