Anda di halaman 1dari 9

DEBU JALAN

(ROAD DUST)
Tifani Putri
082001400068
Tugas Mata Kuliah Prilaku Analisis Udara
Jurusan Teknik Lingkungan FALTL
Universitas Trisakti
Tahun Ajaran Ganjil 2017/2018
Pengertian Debu Jalan (Road Dust)
Debu jalan dapat didefinisikan sebagai penghentian partikel padat yang dihasilkan
oleh disintegrasi mekanis bahan kendaraan, trotoar, atau bahan di trotoar. Debu
jalan juga mencakup reentrainment bahan yang dihasilkan sebelumnya dan yang
telah diendapkan di jalan atau di sekitarnya. Mengikuti definisi debu, sebagian
besar massanya ditemukan pada partikel yang lebih besar dari satu mikrometer
diameternya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa partikel submikron
dan bahkan ultrafine (di bawah 100 nm) juga dapat diproduksi dalam proses non-
knalpot seperti penggunaan rem dan ban (Garg et al., 2000; Gustafsson et al.,
2005; Dahl dkk. ., 2006).
Kenapa Debu Jalan (Road Dust) itu
penting?
Karena debu jalan sangat sering kita jumpai. Debu jalanan terdiri dari emisi yang
diturunkan dari pembakaran tetapi juga partikel non-knalpot, yang berasal dari
abrasi rem, ban, dan jalan raya. Debu jalan tidak hanya berasal dari gesekan
kendaraam bermotor tetapi juga mengandung partikel debu dari kegiatan
antropogenik lainnya (misalnya, konstruksi, pembongkaran, industri) dan dari
sumber alami (misalnya, tanah, tumbuhan). Maka dari sebab itu debu jalanan
berpengaruh penting terhadap kesehatan paparannya dapat terjadi melalui
penghirupan, penyerapan, dan penyerapan kulit.
Karakteristik Debu Jalan dan Sumber
Emisi
Pada bagian ini proses utama dan sumber partikel debu jalan akan dibahas lebih
lajut pada detail gambar 1 yang menyajikan digram alir proses dan endapan partikel
debu jalan dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi
proses.
Emisi langsung dipancarkan ke udara segera setelah formasi. Ini termasuk emisi
gas buang serta memakai produk dari ban, rem dan trotoar jalan. Debu yang
sebelumnya telah terakumulasi atau diendapkan ke trotoar kembali ke udara akibat
turbulensi akibat kendaraan dan guncangan ban atau turbulensi atmosfer, disebut
tersuspensi. Total emisi debu jalan bisa dianggap sebagai jumlah emisi langsung
dan tersuspensi.
Gambar 1. Diagram Alir
Proses Partikel Debu Jalan
(Road Dust)
Dampak Debu Jalan (Road Dust)
Terhadap Kesehatan
Konsentrasi debu jalan yang tinggi biasanya merupakan masalah daerah perkotaan
dan dampak debu pada orang-orang yang terpapar padanya merupakan sumber
perhatian utama. Studi pajanan terhadap partikel mineral dan resuspensi di udara
perkotaan telah menunjukkan bukti toksisitas dan kemungkinan efek kesehatan yang
merugikan (Tiittanen et al., 1999; Klockars, 2000; Salonen et al., 2000).
Menurut (Miguel et al. 1999) mempelajari alergi pada debu jalan beraspal dan
menyimpulkan bahwa debu jalan mengandung bahan biologis yang mampu
menyebabkan penyakit alergi pada manusia. Yaitu kemungkinan gejala pilek, mata
berair, dan bersin untuk partikel berukuran lebih besar, serta pembengkakan jaringan
paru-paru dan asma untuk partikel halus.
Dampak Debu Jalan (Road Dust)
Terhadap Lingkungan
Menyebabkan dampak terhadap lingkungan yaitu menyebabkan kekeringan
permukaan, misalnya bangunan dan kendaraan sehingga meningkatkan kebutuhan
akan tindakan pembersihan. Ini mungkin mengandung unsur atau senyawa (misalnya
logam, PAH (Polyclinic Aromatic Hydrocarbons) ) yang terakumulasi di sekitar jalan,
yang mempengaruhi vegetasi di pinggir jalan dan tanah permukaan (Ward, 1990;
Lindgren, 1996).
Bahan dari permukaan jalan merupakan komponen perairan limpasan perkotaan dan
debu jalanan telah diamati dapat mempengaruhi komposisi sedimen air (Faure et al.,
2000; Gromaire et al., 2000).
Dampak Global Debu Jalan (Road Dust)
Dalam sebuah studi epidemiologi Laden dkk. (2000) tidak menemukan hubungan
antara peningkatan mortalitas dan konsentrasi partikel mineral halus. Di udara
perkotaan, partikel kasar, lebih besar dari PM2.5 biasanya didominasi oleh debu jalan.
Dalam sebuah artikel menjelaskan studi tentang efek kesehatan partikel kasar
(Brunekreef & Forsberg, 2005), disimpulkan, berdasarkan bukti epidemiologis, bahwa
partikel halus memiliki efek lebih kuat terhadap mortalitas dari pada partikel kasar.
Namun, ada respon paru-paru dan kardiovaskular yang merugikan yang terkait dengan
kasar fraksi yang mengarah. Satu studi Finlandia juga menemukan hasil serupa yang
menunjukkan bahwa partikel mineral kasar kurang kuat terkait dengan mortalitas dari
pada suhu halus, pembakaran partikel halus (Penttinen et al., 2004).
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil yaitu partikulat emisi dari lalu lintas terdiri dari emisi yang
diturunkan dari pembakaran, partikel non-knalpot, yang berasal dari abrasi rem, ban, dan jalan
raya. Partikel ini terakumulasi di trotoar sebagai debu jalan yang mengandung partikel debu dari
kegiatan antropogenik (misalnya, konstruksi, pembongkaran, industri) dan dari sumber alami
(misalnya, tanah, tumbuhan). Oleh karena itu, debu jalan merupakan material yang sangat
kompleks, baik mineralogi maupun kimia. Mobilisasi dan penangguhan ulang debu jalan akibat
angin dan lalu lintas yang lewat dapat menyebabkan paparan manusia yang tinggi (melalui
penghirupan, penyerapan, dan penyerapan kulit) ke logam berat, metaloida, mineral dan bahan
organik, dan mikroplastik, terutama di daerah perkotaan. Selain itu, debu jalan dapat memiliki
dampak ekologi yang signifikan akibat limpasan air hujan dari trotoar. Dengan saat ini lebih dari
separuh populasi global yang tinggal di daerah perkotaan, karakterisasi debu jalan merupakan
kunci untuk menetapkan kemungkinan prosedur mitigasi atau pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai