Anda di halaman 1dari 43

Perancangan Jalan Rel

JARINGAN JALAN REL DI P.JAWA


Contoh:
DIAGRAM ALIR PERENCANAAN JALUR KERETA API
Mulai

Identifikasi
Permasalahan

Observasi lapangan
Studi Pustaka

Dokumentasi Jalur
Eksisting

Inventarisasi Data

Data Sekunder : Data Primer :


1. Penghimpunan peraturan- 1. Peninjauan
peraturan lapangan
2. Pengumpulan data instansional 2. Dokumentasi
3. Pengumpulan gambar Kondisi Eksisting
topografi, groundkaart dan 3. Interview /
lengte profil wawancara
4. Pengumpulan data pendukung
lainnya

A B
A
B

Tidak
Cukup
Ya ?

Analisa data:
o Faktor teknis 1. Analisa potensi penumpang
o Faktor ekonomis 2. Analisa kelayakan jalur
o Faktor nonteknis ganda
3. Analisa trase

Perlu penambahan Tidak


Track

Ya

Desain Jalur Ganda

C D
C D

Penentuan Jalur Rencana


Jalan Kereta Api

Perhitungan Geometri Rel


Kecepatan Alinyemen Horizontal
Alinyemen Vertikal
Rencana
Tekanan
Perencanaan Konstruksi Rel
Gandar Tipe Rel
Bantalan Rel
Penambat Rel
Sambungan Rel

Perencanaan Wesel dan


Sepur di Emplasemen

Perencanaan Balas
Balas Atas
Balas Bawah

Gambar
Rencana
Daftar Harga
satuan
Perhitungan
RAB Selesa
i
Contoh : PETA KAPASITAS LINTAS
KAPASITAS LINTAS

24x60x
C
D
60x t
V
Keterangan :
C = kapasitas lintas
= efisiensi
D = jarak antara dua stasiun
V = kecepatan yang diijinkan
t = fixed time (1,5 menit)
KAPASITAS LINTAS TERLAYANI
Contoh : Realisasi persilangan dan penyusulan kereta api di DAOP V Purwokerto
Stasiun lintas Prupuk Purwokerto (data tanggal 1 s/d 7 Januari 2007).
TANGGAL
N JUMLAH RATA-
STASIUN JUMLAH
o SEPUR KA 1 2 3 4 5 6 7 RATA

1 Prupuk 4 15 14 9 15 12 11 8 84 12
2 Linggapura 2 16 14 8 10 12 9 11 80 11
3 Bumiayu 3 9 8 9 10 7 12 7 62 9
4 Kretek 2 8 4 8 6 9 5 8 48 7
5 Patuguran 3 7 5 8 5 5 7 5 42 6
6 Legok 3 6 6 10 5 9 6 9 51 7
7 Karangsari 3 5 5 5 11 10 5 6 47 7
8 Karanggandul 2 7 3 4 11 12 8 7 52 7
9 Purwokerto 5 11 8 13 15 13 9 14 83 12
Jumlah 84 67 74 88 89 72 75 549 78

Dari data di atas dapat dilihat bahwa kapasitas lintas saat ini telah terlampaui
Kapasitas lintas terpasang < kapasitas lintas terlayani 59 perjalanan KA/hari <
78 perjalanan KA/hari ............. (NOT OK!!)
Sumber: GAPEKA 2006
PENGUMPULAN DATA-DATA

1. PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN


PERANCANGAN
Peraturan-peraturan, meliputi:
PD 10 dan penjelasannya tahun 1986
Reglemen 10 tahun 1968
KM 52 dan 53 tahun 2000
Lampiran II Peraturan Direktur Jendral
Perkeretaapian tentang penetapan nama, nomor
dan urutan tingkat kelas kereta api pada Gapeka
2007
2. DATA INSTANSIONAL YANG TERKAIT

Data kapasitas lintas untuk identifikasi


masalah.
Gapeka untuk identifikasi masalah,
mengetahui jadwal perjalanan kereta api dan
analisa operasional
Data jumlah penumpang untuk analisa potensi
penumpang
Data lengkung dan heleng untuk analisa
eksisting
Data emplasemen, wesel untuk analisa
eksisting
Data tubuh ban (rel, bantalan, penambat, dll)
untuk analisa eksisting
Dll.
3. Data topografi, groundkaart, dan
lenghte profile untuk mengetahui
kondisi medan, analisa geometri,
dan menghitung volume galian dan
timbunan.
4. Data pendukung lainnya.
Data PDRB
Data jumlah penduduk untuk
menentukan potensi penumpang.
ANALISA DATA
1) Analisa pola Operasi Kereta Api
a. Kepadatan Lintas
Adalah jumlah kereta api yang benar-
benar lewat atau yang dijalankan sesuai
GAPEKA pada lintas (petak jalan) tertentu
dan dalam waktu tertentu.
b. Kapasitas Lintas
Adalah banyaknya (jumlah) kereta api
yang dapat lewat atau dijalankan dengan
tertib dan aman pada suatu lintas (petak
jalan) tertentu dan dalam waktu tertentu.
Evaluasi kepadatan dan kapasitas lintas
berdasar notasi JNR (Japan National
Railways)

JumlahPersilanga
n x 100
1,6
JumlahKmx KA
2) Analisa Potensi Penumpang
Y=a+b.X
b.n XiYi Xi Yi
r
2

n Yi Yi
2 2

a
Y X X XY
2

n X X
2 2

b
n XY X Y
n X2 X2
Keterangan:
Y = besarnya volume penumpang yang diramal
X = variabel bebas yang mempengaruhi peningkatan
volume penumpang, yaitu pertumbuhan penduduk
dan ekonomi
r = koefisien determinasi
a, b = konstanta
DESAIN JALUR KERETA REL
A. Geometri Jalan Rel
Alinyemen Horisontal
1. Full Circle (FC)
Rumus:
Tc = Rc . tan ( / 2 )
Lc = 2 . . Rc . / 360
Ec = Tc . tan ( / 4 )
Sta. TC = titik awal lengkung
Sta. CT = TC + Lc

Keterangan:
= sudut luar di PI = sudut
pusat lingkaran di O
Tc = panjang tangen = jarak
dari Tc ke PI
Lc = panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar
Rc = jari-jari lingkaran
2. Spiral Circle Spiral (SCS)
Rumus:
Lh = Ls = 0,01 . v . h (m)
s = 28,648 Ls / Rc (derajat)
s = Ls / (2 . Rc) (rad)
Yc = Ls . s / 3
(m)
Xc = Ls ( Ls . s2 )/10
(m)
k = Xc Rc sin s (m)
p = Yc Rc (1 cos s)
(m)
Ts = (Rc + p) tan /2 + k
(m)
Es = (Rc + p) sec /2 - Rc
l4 l8 l12
Xi l 1
(m) ....
40Rc2Ls2 3456
Rc4Ls4 599040Rc6Ls6
c = - 2 s
l3 l4 l8 l12
Yi 1 2 2
(derajat)
4 4
6 6
....
6RcLs 56Rc Ls 7040Rc Ls 1612800 Rc Ls
Lc = c / 360 . (2Rc )
Keterangan :
PI = titik perpotongan garis tangen utama
TS = titik perubahan dari tangen ke spiral
SC = titik perubahan dari spiral ke circle
CS = titik perubahan dari circle ke spiral
Rc = jari-jari lengkung lingkaran
l = panjang busur spiral dari TS ke suatu titik sembarang
Lh = Ls = panjang lengkung peralihan
Ts = jarak dari TS ke PI
Es = panjang eksternal total dari PI ke tengah busur lingkaran
Lc = panjang lengkung lingkaran
k = jarak dari TS ke titik proyeksi pusat lingkaran pada tangen
p = jarak dari busur lingkaran tergeser terhadap garis tangen
= sudut pertemuan antara tangen utama
s = sudut spiral
Xc, Yc = koordinat SC atau CS terhadap TS PI atau PI TS
Xi, Yi = koordinat setiap titik pada spiral terhadap TS PI atau PI TS
Sta TS = titik awal lengkung
Sta SC = TS + Ls
Sta CS = TS + Ls + Lc
Sta ST = TS + Ls + Lc + Ls
Alinyemen Vertikal
Rumus:
= | g1 - g2|
1 d2y

R dx2
dy x dy
C1
dx R
; x = 0, dx 0; maka C1 = 0
x
Y C2; x = 0, y = 0 , maka C2 = 0
2R
dy x x2
Jadi: dx R dan Y
2R
Letak titik A
Km PLV = Km PI Xm (Xm,Ym)
Elv PLV = Elv PI Xm * a. x
Km PV = Km PI
dy
Elv PV = Elv PV Ym
dx R
; R
Km PTV = Km PI + Xm
Elv PTV = Elv PI + Xm *
Xm = OA =
R
keterangan: Xm
2
x2
Xm = jarak dari awal lengkung
b. Y ; R
vertikal samp titik tekuk R
A (m) Y = Ym ; X = Xm1=
/ 2
Ym = jarak dari titik tekuk A ke
elevasi 1 2
4 2R2
rencana (m) Y
2R 8R
R = jari-jari lengkung vertikal (m)
R 2
L = panjang lengkung peralihan Ym
(m) 8
= perbedaan landai (%)
g1, g2 = kelandaian 1 dan 2 (%)
B. Sruktur Jalan Rel
Klasifikasi standar jalan
rel
Daya Kecepa P Leba
Tebal
Kela angkut tan V maks Jenis Jenis r
balas
s lintas maks ganda Tipe rel bantalan/ pena bahu
atas
jala (ton/tahun (km/ja r jarak mbat balas
(cm)
n ) m) (ton) (cm)
Beton
I > 20 x 106 120 18 R60 / R54 EG 30 50
600mm
Beton /
10 x 106
II 110 18 R54 / R50 kayu EG 30 50
20 x 106
600mm
Beton /
5 x 106 R54 /
III 100 18 kayu / baja EG 30 40
10 x 106 R50 / R42
- 600mm
Beton /
2,5 x 106 R54 / EG /
IV 90 18 kayu / baja 25 40
5 x 106 R50 / R42 ET
600mm

Catatan
V :< 2,56 x 80 18 R42
Kayu / baja
ET 25 35
10 600mm
R = rel
EG = penambat elastis ganda
ET = penambat elastisitas
tunggal
Sumber: PD 10 Bab I pasal 4a, hal 1-3
Kecepatan Rencana
a) Untuk perencanaan struktur jalan rel

V rencana = 1,25 x V
maks
b) Untuk rencana peninggian
Ni.Vi
Vrencana cx
Ni
Keterangan :
c = 1,25
Ni = Jumlah kereta api yang lewat
Vi = Kecepatan operasi

c) Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan


lengkung peralihan
V rencana = V
maks
1: 20
Rel
Rel berguna untuk memindahkan tekanan roda-roda kereta api ke
atas bantalan-bantalan dan juga sebagai penghantar roda-roda tadi.

Pd = P + 0,01P (V
5)
Pd
Mo
4
k
4
4EIx

M1y

Ix
E = modulus elastisitas rel
Keterangan
= tegangan yang terjadi
y = jarak tepi bawah rel ke
Pd = beban dinamis roda
garis netral
k = modulus elastisitas jalan rel
M1 = 0,85 Mo akibat super
= dumping factor
posisi beberapa
Ix = momen inersia rel pada sumbu x x
gandar.
Penambat
Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan
sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser.
Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar
sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel.

a. Pembebanan
P = k*yo
Pd P* Pd
yo 0.391
2k 8kx1 kx1
Q = P*S
Pd* S
Q 2P 0,786
Gambar Pembebanan merata pada tepi bawah rel x1

Keterangan : x1
P = beban merata pada struktur 4
Pd = beban dinamis
yo = penurunan maksimum
Mo = momen maksimum
S = jarak bantalan
Q = beban ke bantalan
- Dimensi Bantalan dan Analisis tegangan
Panjang Bantalan

L 2 * Lp
L = panjang bantalan
L = jarak antara kedua sumbu vertikal rel
Lp = panjang penyaluran

fcu.103Gambar Panjang penyaluran gaya prategang


Lp

fcu = kuat tekan beton saat transfer (N/mm2)
= konstanta yang tergantung jenis diameter kabel prategang
di bawah ini.
Momen yang terjadi di daerah di bawah rel:

Q 2cosh2
a cos2c cosh
2cos2 a cosh2c cos
M
4 sinh sin 2a sin2c sinh
sinh sin2a sinh2c sin
Momen yang terjadi di daerah tengah bantalan:
Q sinh c sin c sin c sinc sinh c
c sinh
M cosh
2 sinh sin c * cos c cosc * cosh c
M = momen yang terjadi
a = jarak dari sumbu vertikal rel ke ujung
Q = beban ke bantalan
bantalan
c = setengah jarak antara sumbu vertikal rel
- Analisa Tegangan
Tegangan tekan ijin
beton
tk 0,45f' c
Tegangan tarik ijin beton

tr 1,6 f' c
- Perhitungan Gaya Pratekan
Tahapan pratekan
awal
Pi Pi.e

A W
Tahapan pratekan efektif

Pef Pef e M

A W W
Tubuh Jalan Kereta Api
- Lapisan Balas Atas
Keterangan :
L = panjang bantalan (cm)
b>L+X X = 50 cm untuk kelas I
dan II
40 cm untuk kelas III dan
IV
30 cm untuk kelas V.
- Lapisan Balas Bawah
58. 1
d 1,35 10
t

1
Pd 1
2cosh2

a cos2c cosh 1 2cos2 a cosh2c cos 1

2b sin 1 sinh 1 sin2a sin2c sinh sin2a sin2c sin 1
Keterangan :
d1 = tebal lapisan balas atas Pd = beban dinamis
(30 cm) ke = modulus reaksi balas
d2 = tebal lapisan balas b = lebar bawah bantalan
bawah (15 - a = jarak dari sumbu vertikal rel ke
50 cm) ujung
d = tebal lapisan balas bantalan
1 = tekanan di bawah c = setengah jarak antara sumbu
bantalan vertikal rel
t = 1,2 kg/cm2 k = ke.b
Daya Dukung Tanah
Untuk mendapatkan tegangan yang terjadi di tanah akibat kereta
api digunakan Beam on Elastic Foundation dan JNR

58 1 Keterangan :

2 d = tebal balas total


2 = tekanan pada permukaan badan
10 d1,35 jalan
1 = tekanan tepat di bawah bantalan
= ke * y
ke = modulus reaksi balas
y = lendutan maksimum bantalan,
Pd 1
2dengan rumus :

2cosha cos2 c cosh 2cos2 2a cosh2c cos
y x x
2k sinh sin sinh2 a sin2 c sinh sin2 a sinh2c sin

Perhitungan daya dukung tanah:

beban
untukmemasukkan
alatpenetrasi
CBR x100%
beban
standar
(dalampsi) x luaspiston
standar
CBR x100%
beban standar
(CBRx Beban
Standar) /(luaspiston
x 100%)
Wesel
Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur
(sepur), dapat berupa sepur yang bercabang atau
persilangan antara dua sepur. Fungsi wesel adalah untuk
mengalihkan kereta dari satu sepur ke sepur lainnya.

Gambar Komponen wesel


Perhitungan Wesel

1. Panjang Jarum

(B C)
P d
2tg( / 2)
Keterangan :
P = Panjang jarum (m)
B = Lebar kepala rel (m)
C = Lebar kaki rel (m) Gambar Panjang
d = Jarak siar jarum
= Sudut simpang arah
(1: n)
2. Panjang Lidah

B Y
t
sin
Keterangan :
t = Panjang lidah (m)
B = Lebar kepala rel (m)
Y = Jarak dari akar lidah ke rel Gambar Lidah berputar
lantak (m)
= Besar sudut tumpu
3. Jari-Jari Lengkung Luar

W t sin Psin
Ru
cos cos
Keterangan :
Ru = Panjang jari-jari lengkung
luar (m)
W = Lebar sepur (m)
t = Panjang lidah (m)
P = Panjang Jarum (m)

Jari-jari lengkung luar tidak boleh kurang dari R.

V2
R
7,8

V = kecepatan ijin pada wesel (km/jam)

Gambar Jari-jari lengkung luar


C. Perlintasan Sebidang
Perlintasan sebidang merupakan perpotongan antara jalan rel dengan jalan
raya, baik tegak lurus maupun bentuk sudut .
Bila tidak ada rambu atau tanda yang memberi tahu bahwa K.A. akan
melewati perlintasan,
Untuk kejadian maka ada
I, dimana : dua kejadian yang menentukan jarak
pandangan
Pengemudi (Penjelasan
kendaraanPD 10 Bab 1melihat
dapat pasal 6).kereta api yang mendekat
sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat menyeberangi perlintasan
sebelum kereta api tiba pada perlintasan.
Pengemudi kendaraan dapat melihat kereta api yang mendekat
sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat dihentikan sebelum
memasuki daerah perlintasan.

Vv2
dH 1,1 1,4667 Vv t D de
30f

VT Vv
dT 1
,667 Vv t 2D L W
Vv 30f

Gambar Perlintasan sebidang kejadian I


Kejadian II :
bila kendaraan jalan raya berhenti di muka lintasan, maka dT dihitung berdasarkan
pada keadaan dimana kendaraan mulai bergerak, sehingga dT harus cukup
memungkinkan kendaraan mempercepat dan meninggalkan perlintasan sebelum
kereta api tiba, meskipun kereta mulai tampak pada waktu kendaraan sudah mulai
bergerak.

V L 2D W da
dT 1,4667VT G J
a1 VG :
keterangan
dH = jarak pandang sepanjang jalan raya (kaki,
feet)
dT = jarak pandang sepanjang jalan kereta api
(kaki, feet)
Vv = kecepatan kendaraan (mil/jam)
Vr = kecepatan kereta api (mil/jam)
t = waktu reaksi, diambil sebesar 2,5 detik
f = koefisien geser (dari tabel)
D = jarak dari garis henti atau ujung depan
kendaraan, diambil sebesar 15 kaki (feet)
de = jarak dari pengemudi ke ujung depan
kendaraan ke rel terdekat, diambil sebesar
10 kaki (feet)
L = panjang kendaraan, diambil sebesar 65
kaki (feet)
W = jarak antara rel terluar, untuk jalur tunggal
sebesar 5 kaki (feet)
VG = kecepatan terbesar kendaraan dalam sisi
pertama diambil sebesar 8,8 feet/detik
a1 = percepatan terbesar kendaraan dalam sisi
pertama diambil sebesar 1,47 feet/detik
Gambar Perlintasan sebidang kejadian II J = waktu reaksi, diambil sebesar 2,0 detik
Da = VG 2 / 2 a1
= jarak yang ditrempuh kendaraan ketika
Perhitungan dimensi konstruksi rel ditentukan oleh faktor-faktor :
V rencana = 1,25 x Vmax
= 1,25 x 120 km/jam = 150 km/jam
= 93,206 mil/jam
Tekanan gandar = 18 ton
P = 9 ton = 9.000 kg
Pd = P + 0,01 P (Vrenc 5)
= 9000 + (0,01x9000(93,2065)) = 16.938,511 kg
Dicoba jalan rel kelas I rel tipe R. 54.
Cek tegangan rel tipe R. 54. k
4
Pd = 16.938,511 kg 4EIx
k = 180 kg/cm 180
4
E = 2,1.106 kg/cm2 4x2,1.106 x2346
Ix = 2.346 cm4 0,009776 cm
Y = 7,620 cm
Pd
Mo
4
16938 ,511
Mo
4x0,009776
Mo 433165 ,6864kgcm
M1x Y

Ix
0,85x 433165 ,6864

2346
1195,91kg/ cm2 1325
kg/ cm2
Panjang dapat dihitung dengan rumus:
Dengan ;
r = tan = gaya lawan bantalan persatuan panjang
Maka untuk:
E = 2,1.106 kg/cm2
A = 69,34 cm2
= 1,2 .10-5 C
r = 450 kg/m (untuk bantalan beton)
T = (50 20)C
Sehingga:

2,1.106 x69,34x1,2.105 x(50 20)



450
116,49m
L 2x116,9
232,98m
Sambungan rel untuk R. 54 menurut PD 10 menggunakan 4
baut.

Menurut PD. 10, untuk R. 54 digunakan :


lubang : 24 mm
Tebal plat : 20 mm
Tinggi plat : 108,3 mm (penjelasan PD.10 hal 3-33)
Check kekuatan baut :
baut : 23 mm
Ac : 4,15 cm2
baut : 4000 kg/cm2
Kekuatan baut (No) :
No = 75% x Ac x
= 75% x 4,15 x 4000 = 12450 kg
T = x No
= x 12450 = 6225 kg
Untuk R. 54 :
Pd = 16.938,511 kg
tan = 1 : 2,75 (tabel hal 3-42, Penjelasan PD.10)
= arc tan (1/2,75)
P = 2 x P1 x cos
P1 = 0,532 P
P1 = P2
Q = Pd/2 = 16.938,511/2 = 8.469,2555 Kg
H = Q x tan
= 8.469,2555 x 1/2,75
= 3.079,729 Kg
H= T + T
Dengan:
T,T= Gaya tarik baut sebelah dalam dan luar
H = Gaya lateral yang bekerja di tengah-tengah pelat
penyambung.
H (a+b) = T x b
Dengan harga a = 5 cm
b = 13 cm
c = 3,5 cm
Harga a, b, c diperoleh dari gambar di depan.
Sehingga : H (a+b) = T x b
3079,729(5+13) = T x 13
55435,122 = T x 13
T = 4.264,240 Kg
T < T = 4.264,240 Kg < 6.225 Kg.................... Ok
T = H T
T = 3.079,729-4.264,240
T = - 1.184,511 Kg
T < T = - 1.184,511 Kg < 6.225 Kg..................Ok
Cek Kekuatan Plat

Sepasang plat penyambung harus sama panjang dan mempunyai ukuran yang
sama. Ssebuah plat penyambung harus kuat menahan mmen besar:
M = M1 + M2 = (Q x a) + (m x Q x h)
Dengan : Q = Tekanan pada plat penyambung
a = Jarak dari tengah-tengah gaya reaksi R
m = Koefisien geser maksimal = 0,03
h = Jarak vertikal garis gaya geser

Gambar 5.3. Pelat penyambung


M = (Q x a) + (m x Q x h)
Q = 8.469,2555 Kg
a = 5 cm
m = 0,03
h = 108,3 mm = 10,83 cm
Sehingga : M = (8.469,2555 x 5)+(0,03 x 8.469,2555 x 10,83)=
45.097,939 kgcm
= M/W
W = 1/6 x b x h2
Dengan : = Tegangan yang terjadi (Kg/cm2)
b = Tebal plat = 20 mm = 2 cm
h = 10,8 cm
W = Momen kelembaman (cm3)
Sehingga:
W = 1/6 x 2 x 10,82 = 38,88 cm3
= 4.5097,939/38,88 = 1.159,926 Kg/cm2
< = 1.159,926 Kg/cm2 < 1.325 Kg/cm2 ........................... Ok
Perhitungan Celah
Pada sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya perubahan panjang rel
akibat pemuaian. Menurut PD. 10 perpanjangan rel akibat perubahan suhu =11,397mm
12 mm

Penambat Rel
Penambatan rel adalah suatu komponen yang menabatkan rel pada bantalan sedemikian
rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh, dan tidak geser.

Perhitungan penambatan rel

Cek Kekuatan, Gaya yang terjadi pada rel :


F= E x A x x T
Untuk R-54 ; E = 2,1 x 106 Kg/cm2
A = 69,34 cm2
= 1,2 x 10-5 /0C
T = (50-20) 0C
Sehingga : F = E x A x x T
F = 2,1 x 106 x 69,34 x 1,2 x 10-5 x (50-20)
F = 5.2421,04 Kg
Panjang rel = 250 m
Jarak bantalan = 600 mm = 0,6 m
Sehingga jumlah penambat tiap rel panjang adalah
250/0,6 = 416,667 416 buah
Gaya yang ditahan oleh sebuah penambat
F = F/416 = 5.2421,04/416 = 126,012 Kg
Dalam perencanaan ini digunakan penambat elastik ganda jenis pandrol
yang mempunyai gaya jepit sebesar 24,5 KN (2496 Kg) sepasang.
Jadi F F Penambat (masih aman)
Perhitungan jarak bantalan
Cara Momen

Untuk R-54
q = 54,43 kg/m = 0,5443 Kg/cm
Pd = 16.938,511 Kg
Ix = 2.346 cm4
y = 76,20 mm
= 1.325 Kg/cm2
Mmaks = 1/8 x q x l2 + x P x l
Mmaks = x W
W = lx/y = 2.346/76,20
W = 307,87 cm3
Mmaks = x W
= 1325 x 307,87
Mmaks = 407.927,75 Kgcm
Sehingga:
Mmaks = 1/8 x q x l2 + x P x l
407.927,75 = 1/8 x 0,5443 x l2 + x 16938,511
x l
407.927,75 = 0,09071667l2 + 4234,62775 l
0,09071667l2 + 4234,62775 l - 407927,75 = 0
Sehingga di dapat:
l = 96,148 cm
Cara Lendutan 5 * q * 4
fq
384* E * Ix
P* 3
fp
48* E * Ix
fmaks = P/(64 x E x Ix x 3)
dengan:
E = 2,1 x 106 Kg/cm2
q = 54,43 kg/m = 0,5443 Kg/cm
Pd = 16.938,511 Kg
Ix = 2.346 cm4
= 180
Sehingga:
fmaks = P/(64 x E x Ix x 3)
= 16.938,511/(64*2,1 x 106 x 2.346 x
1.803)
fmaks = 0,46
fmaks =5 *fp + fq* 4
0,5443 16938 * 3
,511

fmaks
384* 2,1* 106 * 2346 48* 2,1* 106 * 2346

0,46 = 1,438 x 10-12 4 + 7,166 x 10-8 3


Dengan cara coba-coba didapat = 186 cm, maka sesuai syarat
dari PD. 10 diambil =60 cm.

Anda mungkin juga menyukai