Anda di halaman 1dari 23

HALOGEN (VIIA)

Kelompok 4
Daniel Adi Setiawan
Raymond Saputra
Victor Setiawan Effendi
Victorius Hermawan
■ Unsur unsur golongan VII A disebut halogen. Halogen berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “pembentuk garam”. Dinamai demikian karena unsur-unsur ini bila
bereaksi dengan logam akan membentuk garam. Misalnya klorin yang bereaksi
dengan natrium akan membentuk natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur
■ Unsur unsur halogen memiliki 7 elektron valensi pada subkulit ns2 np5
■ Konfigurasi elektron demikian membuat unsur-unsur halogen bersifat sangat
reaktif. Unsur-unsur halogen cenderung menyerap satu elektron membentuk ion
bermuatan negatif 1
■ Semua isotop astatin bersifat radioaktif dan berumur pendek, sehingga sifat-
sifatnya belum banyak diketahui. Pada pembahasan berikut ini, astatin tidak
diikutsertakan
Anggota golongan VIIA
1. Flourin (F)
Fluorin pertama kali ditemukan pada tahun 1670 oleh Schwandhard dan diisolasikan untuk pertama kali pada tahun 1886
oleh Maisson. Keberadaan fluorin biasanya dalam fase gas, berbau pedas, berwarna kuning muda, dan bersifat sangat
korosif.
2. Klorin (Cl)
Klorin pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1774 dan selanjutnya pada tahun 1810, nama klorin diberikan oleh
Davy. Keberadaan klorin berupa fase gas, berwarna kuning kehijauan, dapat larut dalam air, dan mudah bereaksi dengan
unsur lain.
3. Bromin (Br)
Penemu bromin adalah Balard pada tahun 1826. Bromin ditemukan dalam wujud cait berwarna coklat kemerahan, agak
mudah menguap, uapnya berwarna merah, berbau tidak enak, dan dapat mengiritasi mata dan kerongkongan. Selain itu,
bromin juga mudah larut dalam air dan CS2 membentuk larutan kemerahan dengan sifat lebih aktif daripada iodium.
4. Iodin (I)
Iodin pertama kali ditemukan oleh Courtois pada tahun 1811. Iodin merupakan senyawa non-logam dengan fase padatan
berwarna hitam kebiruan. Sifat iodine sendiri antara lain dapat menguap dalam temperatur biasa dan membentuk gas
keunguan berbau tidak enak.
5. Astatin (At)
Astatin merupakan unsur non-logam radioaktif pertama yang dibuat oleh Dale R. Corson, Kenneth Ross Mackenzie, dan
Emillio Segre pada tahun 1940. Sifat senyawa astatin dapat membentuk senyawa antar halogen seperti AtI, AtBr, dan AtCl.
Selain itu, astatin juga memiliki waktu hidup tersendiri di dunia karena dapat meluruh dalam hitungan menit dan di antara
unsur halogen lainnya, astatinlah yang paling tidak reaktif.
Sifat-sifat Fisis Halogen
Sifat F Cl Br I

Nomor atom 9 17 35 53

Konfigurasi elektron [He] 2s2 2p5 [Ne] 3s2 3p5 [Ar] 3d10 4s2 4p5 [Kr] 4d10 5s2 5p5

Jari-jari kovalen (Ao) 0,64 0,99 1,14 1,33

Jari-jari ion X- (Ao) 1,19 1,67 1,82 2,06

Energi ionosasi tingkat I (kJ/mol) 1681 1251 1140 1008

Afinitas elektron -328 -349 -325 -295

Potensial reduksi standar, Eo (volt) 2,87 1,36 1,06 0,54

Energi ikatan X-X (kJ/mol) 155 242 193 151

Energi ikatan H-X (kJ/mol) 562 431 366 299

Keelektronegatifan 4,0 3,0 2,8 2,5

Titik didih (oC) -233 -103 -7,2 113,5

Titik beku (oC) -188 -34,5 58,8 184,4

Wujud pada 25oC Gas (kuning pucat) Gas (biru pucat) Cair (merah) Padat (metalik gelap)
1. Struktur Halogen
Dalam bentuk unsur, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomik (X2). Molekul X2
dapat mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya.
X2(g)  2X(g)
Kestabilan molekul halogen (X2) berkurang dari Cl2 ke I2. Hal itu sesuai dengan
pertambahan jari-jari atomnya, sehingga energi ikatan dari Cl-Cl ke I-I berkurang. Akan
tetapi, energi ikatan F-F ternyata lebih kecil daripada ikatan Cl-Cl. Hal itu terjadi karena
kecilnya jari-jari atom fluorin, sehingga tolak-menolak antarinti atom maupun
antarpasangan elektron bebas dalam molekul F2 menjadi cukup besar. Kecilnya energi
ikatan F-F tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan unsur fluorin
sangat reaktif.
2. Wujud Halogen
Pada suhu kamar, fluorin dan klorin berupa gas, bromin berupa zat cair yang mudah
menguap, sedangkan iodin berupa zat padat yang mudah menyublim. Pemanasan iodin
padat pada tekanan atmosfer tidak membuat unsur itu meleleh, tetapi langsung
menguap (menyublim). Hal itu terjadi karena tekanan uap iodin padat pada suhu kamar
lebih besar dari 1 atm.
Kecenderungan titik leleh dan titik didih halogen tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Molekul halogen (X2) bersifat nonpolar. Dengan demikian, gaya tarik-menarik
antarmolekul halogen merupakan gaya dispersi (gaya London). Sebagaimana diketahui,
gaya dispersi bertambah besar sesuai dengan pertambahan massa molekul (Mr). Itulah
sebabnya mengapa titik leleh dan titik didih halogen meningkat dari atas ke bawah
dalam tabel periodik unsur.
3. Warna dan Aroma Halogen
Halogen mempunyai warna dan aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda, klorin
berwarna hijau muda (kloros berarti hijau), bromin berwarna merah tua, iodin padat
berwarna hitam, sedangkan uap iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau ransang
dan menusuk, serta bersifat racun. Kata klorin, iodin, dan bromin, berasal dari bahasa
Yunani yang artinya berturut-turut hijau, violet (ungu), dan bau pesing (amis).
4. Kelarutan Halogen
Telah disebutkan bahwa molekul halogen bersifat nonpolar. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa
halogen lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar daripada dalam pelarut polar. Faktanya memang
demikian. Semua halogen mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti karbon tetraklorida (CCl4) atau
1,1,1-trikloroetana (CCl3-CH3). Namun demikian, halogen juga larut dalam air. Kelarutan halogen dalam
air berkurang dari fluorin ke iodin. Kelarutan halogen dalam air tidak sekadar melarut, tetapi diikuti
suatu reaksi. Fluorin bereaksi hebat dengan air membentuk HF dan O2. Jadi, dalam larutan tidak
terdapat lagi molekul F2 melaiknkan HF.
2F2(g) + H2O(l)  4HF + O2(g)
Oleh karena reaktivitas klorin, bromin, dan iodin terhadap air semakin lemah, maka kelarutannya juga
semakin menurun. Meski iodin sukar larut dalam air, ia mudah larut dalam larutan iodida (I-) karena
membentuk poliiodida (I3-).
I2(s) + I-(aq)   I3-(aq)
Ion poliiodida (I3-) mudah terurai kembali membentuk I2, sehingga larutan itu bersifat sebagai larutan I2
biasa.
Larutan halogen juga berwarna. Larutan klorin berwarna hijau muda, larutan bromin berwarna coklat
merah (makin merah jika makin pekat), sedangkan larutan iodin berwarna coklat. Larutan iodin dalam
pelarut tak beroksigen, seperti CCl4 atau CCl3-CH3 berwarna merah ungu.
Sifat Kimia Halogen
1. Kereaktifan Halogen
Kereaktifan unsur non logam dikaitkan dengan kemampuannya menyerap elektron
membentuk ion negatif. Salah satu besaran yang menggambarkan sifat tersebut
adalah afinitas elektron. Afinitas elektron adalah energi yang menyertai penyerapan
satu elektron oleh suatu atom netral dalam wujud gas sehingga terbentuk ion
bermuatan negatif satu. Jika penyerapan elektron itu disertai pembebasan energi,
maka afinitas elektronnya diberi tanda positif. Jadi, makin negatif nilai afinitas elektron,
berarti makin besar kecenderungan atom unsur itu (dalam bentuk gas) untuk menyerap
elektron.
Persamaan termokimia yang menyatakan afinitas elektron unsur halogen sebagai
berikut.
X(g) + e  X-(g) H = afinitas elektron
Afinitas elektron unsur halogen berkurang dari atas ke bawah, yaitu dari klorin ke iodin.
Hal itu terjadi karena bertambahnya jari-jari atom, sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron luar makin rendah. Akan tetapi, afinitas elektron fluorin ternyata lebih rendah
daripada klorin. Penyimpangan itu terjadi karena kecilnya volum atom florin, yang
membuat kepadatan elektron lebih besar sehingga terdapat gaya tolak-menolak
antarelektron yang cukup besar. Akibatnya, penurunan energi potensial ketika fluorin
menyerap elektron menjadi relatif kecil.
Meskipun afinitas elektronnya lebih kecil, fluorin (F2) lebih reaktif daripada klorin (Cl2).
Hal itu terjadi karena reaktivitas unsur halogen (X2) terkait pula dengan proses lain,
seperti pemutusan ikatan X-X. Seperti telah dijelaskan di atas, ikatan F-F ternyata lebih
mudah diputuskan daripada ikatan Cl-Cl. Jadi, kalau proses pemutusan ikatan X-X dan
proses penyerapan elektron digabungkan, ternyata reaksi fluorin lebih eksoterm.
Sifat lain yang mencerminkan kereaktifan unsur-unsur halogen yaitu
keelektronegatifannya yang besar. Keelektronegatifan menyatakan kecenderungan
reaktif suatu unsur untuk menarik elektron ke pihaknya dalam suatu ikatan kimia.
Keelektronegatifan halogen berkurang dari fluorin ke iodin. Fluorin adalah unsur
dengan nilai keelektronegatifan paling besar di antara unsur-unsur halogen
2. Reaksi-reaksi halogen
Halogen adalah golongan unsur yang sangat reaktif. Seperti sudah dijelaskan di atas,
kereaktifan halogen menurun dari fluorin ke iodin. Fluorin bereaksi dengan hampr
semua unsur, bahkan dengan unsur gas mulia. Berbagai zat yang tahan api, seperti air
dan asbes, terbakar dalam gas fluorin. Marilah kita pelajari beberapa reaksi halogen
berikut.
a. Reaksi dengan logam
Halogen bereaksi dengan sebagian besar logam menghasilkan halida logam dengan
bilangan oksidasi tertinggi.
Contoh :
2AL + 3Br2  2AlBr3
2Fe + 3Cl2  2FeCl3

b. Reaksi dengan hidrogen


Semua halogen bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrogen halida (HX).
H2 + X2  2HX (X = halogen)
Fluorin dan klorin bereaksi dengan hebat disertai ledakan, tetapi bromin dan iodin
bereaksi lambat.
c. Reaksi dengan nonlogam dan metaloid
Halogen bereaksi dengan sejumlah nonlogam dan metaloid.
Contoh :
Si + 2F2  SiF4
2B + 3F2  2BF3
Reaksi halogen dengan fosforus, arsen, dan antimon, menghasilkan trihalida jika
halogennya terbatas, atau pentahalida jika halogennya berlebihan.
Contoh :
P4 + 6CL2  4PCl3
P4 + 10Cl2  4 PCl5
d. Reaksi dengan hidrokarbon
Halogen umumnya bereaksi dengan hidrokarbon dengan menggantikan (menyubstitusi)
atom hidrogen. Fluorin bereaksi sangat hebat, tetapi iodin tidak bereaksi.
Contoh :
CH4 + Cl2  CH3Cl + HCl

e. Reaksi dengan air


Fluorin bereaksi hebat dengan air membentuk HF dan membebaskan oksigen.
F2 + H2O   2HF + 1/2O2
Halogen yang lainnya mengalami reaksi disproporsionasi dalam air menurut
kesetimbangan sebagai berikut.
X2 + H2O   HX + HXO
Dari klorin ke iodin, kesetimbangan di atas makin ke sebelah kiri. Seperti telah
disebutkan pada bagian terdahulu, iodin sukar larut dalam air.
f. Reaksi dengan basa
Klorin, bromin, dan iodin mengalami reaksi disproporsionasi dalam basa.
Contoh :
Jika klorin dialirkan ke dalam larutan NaOH pada suhu kamar, maka akan bereaksi
membentuk NaCl dan NaClO
Cl2(g) + 2NaOH(aq)  NaCl(q) + NaClO(aq) + H2O(l)
Jika larutan NaOH itu dipanaskan, maka yang terbentuk adalah NaCl dan NaClO3
3Cl2(g) + 6NaOH(aq)  5NaCl(aq) + NaClO3(aq) + 3H2O(l)
g. Reaksi antarhalogen
Antar halogen dapat bereaksi membentuk senyawa antarhalogen. Reaksinya secara
umum dapat dinyatakan sebagai berikut.
X2 +nY  2XYn
Dengan Y adalah halogen yang lebih elektronegatif dan n adalah bilangan ganjil 1, 3, 5,
atau 7. Senyaw antarhalogen paling mudah terbentuk dengan fluorin. Tipe XY7 hanya
dibentuk oleh I dengan F, yaitu IF7; bromin hanya membentuk sampai BrF5; sedangkan
klorin sampai ClF3
3. Daya Oksidasi Halogen
Halogen merupaka oksidator kuat. Daya oksidasi halogen menurun dari atas ke bawah,
yaitu dari fluorin ke iodin. Sebaliknya, daya reduksi ion halida (X-) bertambah dari atas
ke bawah. Jadi, I- merupakan reduktor terkuat, sedangkan F- merupakan reduktor
terlemah. Daya oksidasi halogen atau daya reduksi ion halida dicerminkan oleh
potensial elktrodenya.
F2(g) + 2e   2F-(aq) E0 = +2,87 V
Cl2(g) + 2e   2Cl-(aq) E0 = +1,36 V
Br2(l) + 2e   2Br-(aq) E0 = +1,06 V
I2(s) + 2e   2I-(aq) E0 = +0,54 V
Sebagaimana diketahui, makin positif harga potensial elektrode, maka makin mudah
suatu spesi mengalami reduksi. Itu berarti spesi tersebut merupakan oksidator kuat.
Jadi, fluorin merupakan oksidator terkuat, sedangkan F- merupakan reduktor terlemah.
4. Reaksi Pendesakan Antarhalogen
Sesuai dengan urutan daya oksidasinya yang menurun dari atas ke bawah, halogen
yang bagian atas (dalam tabel periodik) dapat mengoksidasi halida yang di bawahnya,
tetapi tidak sebaliknya.Oleh karena itu, halogen yang bagian atas dapat mengusir/
mendesak halogen yang bagian bawah dari senyawanya.
Contoh :
Klorin dapat mendesak bromin, tetapi bromin tidak dapat mendesak klorin.
Cl2(g) + 2NaBr(aq)  2NaCl(aq) + Br2(l)
Br2(l) + 2NaCl(aq)  (tidak ada reaksi)
Atau dalam bentuk reaksi ion berikut ini.
Cl2(g) + 2Br-(aq)  2Cl-(aq) + Br2
Br2(l) + 2Cl-(aq)  (tidak ada reaksi)
Pembuatan Halogen
Halogen dibuat dari senyawa-senyawa yang ada di alam. Caranya ialah dengan mengoksidasi ion-ion halida. Prosesnya sangat beragam jadi yang
diungkapkan di sini merupakan contoh dari berbagai proses yang dapat terjadi.
1. Fluorin

Elektrolisis KHF2, dalam HF bebas air. Flourin diperoleh melalui proses elektrolisis garam kalium hydrogen flourida (KHF2) dilarutkan dalam HF
cair, ditambahkan LiF 3% untuk menurunkan suhu sampai 100oC. Elektrolisis dilaksanakan dalam wajah baja dengan katode baja dan anode
karbon. Campuran tersebut tidak boleh mengandung air karena F2 yang terbentukakan oksidasinya.
2. Klorin
Gas Cl2 dibuat melalui elektrolisis lelehan NaCl.
3. Bromin

Gas Br2 dibuat dari air laut melalui oksidasi dengan gas Cl2. Secara komersial, pembuatan gas Br2 sebagai berikut:
■ Air laut dipanaskan kemudian dialirkan ke tanki yang berada di puncak menara.
■ Uap air panas dan gas Cl2 dialirkan dari bawah menuju tanki. Setelah terjadi reaksi redoks, gas Br2 yang dihasilkan diembunkan hingga
terbentuk lapisan yang terpisah. Bromin cair berada di dasar tangki, sedangkan air di atasnya.
■ Selanjutnya bromin dimurnikan melalui distilasi.
4. Iodin
Gas I2 diproduksi dari air laut melalui oksidasi ion iodida dengan oksidator gas Cl2. Iodin juga dapat diproduksi dari natrium iodat (suatu pengotor
dalam garam (NaNO3)) melalui reduksi ion iodat oleh NaHSO3. Endapan I2 yang didapat, disaring dan dimurnikan.
Kegunaan halogen
1. Flourin
Gas flourin (F2) terutama digunakan dalam proses pengolahan isotop Uranium235 yang merupakan
bahan bakar reaksi nuklir. Dalam bijih uranium, isotop 235U bercampur dengan 238U. Jika biji itu
direaksikan dengan F2(g), terbentuklah gas 235UF6 dan gas 238UF6, untuk selanjutnya diolah menjadi
unsur 235U.
Fluor maupun klor pentaflorida, telah dipakai sebagai zat pengoksidasi dalam beberapa roket. Fluor
digunakan untuk membuat berbagai macam senyawa fluorin organik. Ini yang termasuk gas Freon,
seperti CCl2F2 dan plastic yang tahan panas, teflon C2F2 untuk membuat Poli-PTFE jenis plastic tahan
panas yang banyak digunakan pada peralatan mesin. Teflon dapat terurai pada suhu sekitar 250°C
(482°F) yang dicapai dalam beberapa oven yang dapat bersih lagi dengan sendirinya, produk-produk
pengurainya beracun.
Fluorin juga dapat digunakan untuk mengukir gelas, yakni asam fluoride (HF) yang dapat bereaksi
dengan gelas (CaSiO3) dengan reaksi :
CaSiO3(s) + 8HF (aq) → H2SiF(aq) + CaF2(s) + 3H2O(l)
Natrium fluoride, untuk mengawetkan kayu dari gangguan serangga. Belerang heksafluorida (SF6) yang
dipakai sebagai isolator. Kriolit (Na3AlF6), untuk pelarut dalam pengolahan logam aluminium secara
elektrolisis. CCl3F untuk insektisida, Freon -12 (CF2Cl2), sebagai zat pendingin pada kulkas dan AC, serta
zat pendorong pada kosmetika aerosol (spray). Freon – 22 (CHClF2) sebagai zat pendingin rendah bahan
makanan. CBrF3 dan CBr2F2, sebagai pemadam kebakaran dalam pesawat Hidrofluorokarbon (HFC -
1340) jenis bahan bakar dalam aerosol. Natrium heksafluorosilikat (Na2SiF6) ditambahkan dalam pasta
gigi untuk mencegah kerusakan gigi.
2. Klorin
Gas Cl2 sering digunakan sebagai desinfektan dan digunakan untuk menarik timah dari
kaleng bekas membentuk SnCl4 kemudian direduksi menjadi timah yang murni.
Digunakan dalam garam dapur (NaCl). Kalium Klorida (KCl) banyak digunakan sebagai
pupuk tanaman. Amonium Klorida (NH4Cl) sebagai elektrolit pengisi batu baterai.
Natrium Hipoklorit (NaClO) yang dapat mengoksidasi zat warna, sehingga digunakan
sebagai zat pengelantang untuk kain dan kertas, dengan reaksi:

ClO- + zat berwarna → Cl- + zat tak berwarna

CaOCl2 atau (Ca2+) (Cl-) (ClO-), dikenal sebagai serbuk pengelantang dengan nama
kapul klor. Kalsium hipoklorit disingkat kaporit Ca(ClO)2 dikenal sebagai zat disenfektan
pada air leding dan pemutih pakaian,kalsium klorat (KClO3), bahan pembuat koret\k
api dan kembang api atau mercun.seng klorida (ZnCl2) sebagai bahan pematri/solder.
Berbagai senyawa organic , seperti plastic(PVC), insektisida, DDT, CHCl3, pelarut CCl4
dll.
3. Bromin
Br2 merupakan bahan baku untuk membuat senyawa- senyawa bromine,
misalnya natrium bromide sebagai zat sedative/obat penenang saraf, Br dalam
sejumlah besar digunakan untuk membuat perak bromide yang disuspensikan dengan
gelatin untuk dipakai sebagai film fotografi . AgBr pada film akan terurai menjadi perak
(Ag) dan bromide (Br),jika terkena sinar matahari.kemudian film dicuci dengan larutan
hipo natriumtiosilfat,Na2S2O3 untuk menghilangkan kelebihan AgBr.selanjutnya,AgBr
diubah menjadi ion kompleks Ag(S2O3)23- yang larut,sehingga perak (Ag) tertinggal pada
film sebagai bayangan hitam,metal bromide,(CH3Br) suatu bahan zat pemadam
kebakaran.
4. Iodine
Larutan I2 dalam alcohol disebut tingtur iodium, merupakan obat anti septic bagi
luka-luka agar tidak kena infeksi. Dalam industry tapioca, maizena, dan terigu,
larutan I2 dengan amilum akan memberikan warna biru.
Senyawa-senyawa iodine yang penting dan dapat dimanfaatkan, misalnya: Kalium
Iodat (KIO3) yang ditambahkan kedalam garam dapur, agar tubuh kita memperoleh
iodine. Pembuatan emulasi fotografi sebagai AgI (perak Iodida). Quartz-Iod untuk
bola lampu. Ammonium Iodida (NH4I) untuk lensa Polaroid. Iodoform (CHI3) untuk
anseptik. Dalam laboratorium dapat digunakan untuk mentitrasi senyawa
pengoksida kuat.

Anda mungkin juga menyukai