Anda di halaman 1dari 126

PROGRAM GIZI DI INDONESIA

Disampaikan oleh
Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Kesmas
Jakarta, 14 September 2016
SISTIMATIKA
1. PENDAHULUAN
2. MASALAH GIZI DI INDONESIA
3. GIZI MIKRO
4. PEMBERIAN MAKANAN BAYI & ANAK
5. PEMANTAUAN & PERTUMBUHAN
6. PERAN POSYANDU
7. SURVEILAN GIZI
8. PENCATATAN DAN PELAPORAN
9. PENUTUP
I. PENDAHULUAN
Mengapa Kita Perlu Khawatir
Terhadap Masalah Gizi?
Kurang gizi pada dua tahun
pertama kehidupan menyebabkan
kerusakan otak yang tidak dapat
lagi diperbaiki
Balita Pendek Stunted kurang
berprestasi di sekolah
Studi menunjukkan bahwa stunting
menurunkan jumlah penghasilan
saat dewasa sebesar 20%
 Kurang Gizi menyebabkan
kemiskinan
Mengapa Kita Perlu Khawatir
Terhadap Masalah Gizi?
Balita kurang gizi memiliki sistem daya tahan
tubuh yang lemah sehingga mereka sering sakit
(dan lebih sering menderita penyakit yang
parah), dan kemungkinan meninggal

Secara global, permasalahan gizi berkontribusi


pada 45% kematian

Orang dewasa yang mengalami kurang gizi


saat lahir dan pada dua tahun pertama
kehidupan beresiko menderita diabetes dan
penyakit jantung
II. MASALAH GIZI DI
INDONESIA
emerging
controlled PROPORSI GEMUK PADA BALITA
2007 – 2013

un-finished
Umur sama dengan TB berbeda
( contoh di Indonesia Timur)
Umur Berbeda dengan TB Sama
(Contoh di Asia Selatan)

Usia 4 tahun
4 bulan
Anak Usia SMP/A & remaja
PUS & WUS
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi HIV/AIDS,
NAPZA dll
• Konseling dan • Konseling • Suplementasi Fe
Lansia pelayanan gizi • Pelayanan KB
lansia • PKRT
• Lansia sehat, Anak Usia SD
bugar, produktif •Penjaringan
CONTINUUM OF •Bulan Imunisasi Anak
•P4K Sekolah
Ibu Hamil •Buku KIA CARE •Upaya Kes Sekolah
•ANC terpadu •PMT-AS
•Kelas Ibu Hamil •Promosi MJAS di
•Suplementasi besi •ASI eksklusif sekolah
•Inisiasi Menyusu folat •Imunisasi dasar lengkap
Dini •PMT ibu hamil KEK •Pemantauan pertumbuhan
•Suplementasi Kalsium dan perkembangan Balita
•Vit K 1 inj
•Imunisasi Hep B •Penanggulangan •PMT/MP-ASI • Pemantauan pertumbuhan &
•Rumah Tunggu kecacingan •Zink untuk manajemen perkembangan
•Kemitraan Bidan •TT ibu hamil diare • PMT/MP-ASI
Dukun •Vit A • Fortifikasi besi dan kegiatan
•KB pasca •MTBS suplementasi (Taburia)
Bayi • Vit A
persalinan
•PONED-PONEK • MTBS
•Promosi ASI • Pemberian obat cacing
Eksklusif • Zink untuk manajemen diare
•Konseling Ibu Bersalin, 1000 HPK
Mneyusui Nifas dan Neonatal
ARAH KEBIJAKAN 2015 - 2019

6 Penguatan peran Linsek


dalam rangka intervensi
Peningkatan
1 sensitif dan spesifik
surveilans gizi
termasuk pemantauan
pertumbuhan
Penguatan
PERBAIKAN pelaksanaan 5
dan pengawasan
Peningkatan promosi
GIZI regulasi dan
perilaku masyarakat standar gizi
tentang kesehatan, 2
gizi, dll 4
Peningkatan akses Peningkatan peran
dan mutu paket serta masyarakat
yankes dan gizi dalam perbaikan gizi
3
III. GIZI MIKRO
PERMASALAHAN GIZI MIKRO

Prevalensi KVA
(SEANUTS
2011)
INDONESIA
100
Riskesdas 2013: Masih ada
80
73,2% garam dengan
Prevalensi

60 82.4
93.8 kandungan iodium kurang
40
dan 6,5% tidak beriodium
20
16.7
6.1
0 0.1 0.9
urban rural 15
KVA
(Kurang Vitamin A)
Manfaat
Pemberian Kapsul Vitamin A

1. Meningkatkan daya tahan


tubuh anak
2. Mencegah kesakitan dan
kematian.
PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
SASARAN JENIS FREKUENSI
ANAK BALITA 6-11 KAPSUL BIRU 1 KALI
BULAN (Februari atau Agustus)
ANAK BALITA 12-59 KAPSUL MERAH 2 KALI
BULAN (Februari dan Agustus)
TEMPAT PEMBERIAN
1. Posyandu
2. Sarana fasilitas kesehatan
(puskesmas, puskesmas
pembantu (Pustu),
polindes/poskesdes, balai
pengobatan, praktek
dokter/bidan swasta)
3. Taman Kanak-kanak, Pos
PAUD termasuk kelompok
bermain, tempat penitipan
anak, dll.
TANDA DAN GEJALA
KURANG VITAMIN A (KVA) PADA MATA
PENYEBAB KVA

Asupan makanan yang kurang mengandung


vitamin A dan atau adanya gangguan
penyerapan vitamin A.
AKIBAT KVA
1. Kerusakan pada mata
2. Meningkatkan
kerentanan tubuh anak
terhadap penyakit
menular
3. Pada tahap lanjutan
akan berakibat
kebutaan.
Makanan Sumber Vitamin A
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN
KVA
1. Meningkatkan konsumsi
makanan sumber vitamin A
(susu, telur, hati , sayuran hijau
dan buah-buahan berwarna kekuningan)
2. Membiasakan bayi dan anak balita mengenal dan
mengkonsumsi sayuran hijau dan buah-buahan.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan
sekali, pada bulan Februari dan Agustus.
4. Mengonsumsi makanan yang telah diperkaya dengan vitamin
A termasuk membubuhkan tabur gizi pada makanan.
Anemia

Merupakan suatu keadaan


dimana tubuh kekurangan sel
darah merah sehat dan biasanya
ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) kurang dari
normal (<11 g%)
Tanda dan gejala
Ibu Hamil yang Anemia
1. Wajah, terutama kelopak
mata dan bibir tampak
pucat
2. Kurang nafsu makan
3. Lesu dan lemah
4. Cepat lelah
5. Sering pusing
6. Mata berkunang-kunang.
Penyebab Anemia

1. Pola makanan yang kurang beragam dan


bergizi seimbang
2. Kehamilan yang berulang dalam waktu
singkat,
3. Daerah endemik malaria
4. Ibu hamil mengalami kurang energi kronis
(KEK).
5. Kehilangan zat besi yang berlebihan akibat
kecacingan
Akibat Anemia

1. Keguguran
2. Bayi lahir prematur (belum
cukup bulan)
3. Bayi lahir dengan berat badan
rendah dan pendek
4. Dalam kondisi anemia berat,
bayi bisa lahir mati.
1. Minum tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan
2. Konsumsi makanan kaya protein, zat besi, folat, kalsium, vitamin A
dan vitamin B (hati, telur, ikan, daging, kacang-kacangan dan
olahannya, sayuran hijau, buah berwarna merah atau kuning)
3. Makan beraneka ragam makanan dalam jumlah satu porsi lebih
banyak saat hamil
4. Dianjurkan mengonsumsi makanan yang difortifikasi terutama
dengan zat besi.
5. Ibu hamil dianjurkan memeriksakan feses bila ditemukan gejala
anemia untuk mengetahui adanya kemungkinan kecacingan
Mengapa TTD Penting untuk Ibu
Hamil ??
Manfaat TTD
Mengonsumsi TTD selama kehamilan dan
dilanjutkan sampai dengan masa nifas dapat
mencegah anemia gizi besi pada ibu dan
meningkatkan cadangan besi bagi bayi
sehingga mencegah bayi anemia.

Ibu hamil dengan anemia berat beresiko :


• Mengalami keguguran, perdarahan pada saat
persalinan bahkan kematian
• Melahirkan bayi dengan berat badan rendah maupun
lahir prematur
Cara Pemberian TTD
Dosis dan jumlah TTD yang
didapatkan ibu hamil

• TTD mulai diberikan pada waktu pertama


kali ibu hamil memeriksakan kehamilan di
fasilitas kesehatan (K1).
• TTD diberikan sebanyak minimal 90 tablet
selama kehamilan
1. TTD diminum setiap hari 1 tablet berturut-turut selama
kehamilan
2. Sebaiknya meminum TTD disertai buah atau jus buah
yang mengandung vitamin C agar penyerapannya lebih
baik.
3. Tidak dianjurkan meminum TTD bersama-sama dengan
susu, teh, kopi, tablet kalk atau obat sakit maag

• Setelah meminum TTD, feces/tinja akan menjadi hitam,


hal ini sama sekali tidak membahayakan.
• Pada beberapa orang, kadang menimbulkan gejala mual,
nyeri di daerah lambung, muntah dan kadang diare atau
sulit Buang Air Besar (BAB). Untuk mencegah timbulnya
gejala tersebut dianjurkan TTD diminum dengan air
putih setelah makan pada malam hari atau sebelum
tidur.
Khusus di daerah endemik malaria, ibu hamil
penderita malaria perlu diberikan obat anti
malaria sampai sembuh, baru kemudian
diberikan tablet tambah darah.
Pemberian TTD untuk ibu hamil yang menderita
malaria akan menstimulasi parasit malaria untuk
menghancurkan sel darah merah yang baru dan
akan menambah berat anemia.
TTD untuk Remaja Putri

• Program pemberian TTD dilakukan melalui


institusi SMP dan SMA
• Dosis  1 tablet setiap minggu
• Diharapkan dengan pemberian TTD pada
masa ini dapat mencukupi kebutuhan Zat Besi
untuk pencegahan anemia
Dimana mendapatkan TTD??

1. Posyandu
2. Polindes
3. Puskesmas/Pustu
4. RS, Bidan atau dokter praktek swasta
5. Apotik atau toko obat
Sumber Zat Besi
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)

Serangkaian gejala yang timbul akibat tubuh


seseorang kekurangan iodium secara terus
menerus dalam waktu lama
Bagaimana Tanda, Penyebab dan
Akibat GAKI??
Tanda dan Gejala GAKI

Pembesaran kelenjar gondok di leher bagian


depan yang dapat diraba atau dilihat
Penyebab GAKI
1. Kekurangan asupan iodium dalam makanan
sehari-hari
2. Air dan tanah yang kurang mengandung iodium
3. Masuknya zat-zat yang menghambat
penyerapan iodium, seperti yang terdapat pada
singkong, daun pepaya, sawi, kol
4. Kelainan kelenjar tiroid
Akibat GAKI
1. Merusak pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak janin.
2. Ibu hamil di daerah endemik GAKI dapat
mengalami keguguran atau janin dalam
kandungan lahir mati, melahirkan bayi
dengan cacat bawaan, keterbelakangan
mental, tuli, bisu, juling, cebol/kretin serta
mengalami kelainan fungsi gerak.
3. Beban sosial bagi keluarga dan masyarakat.
Pencegahan dan Penanggulangan GAKI

1. Mengonsumsi garam beriodium yang


memenuhi syarat (min. 30 ppm)
2. Meningkatkan kemudahan jangkauan
keluarga untuk mendapatkan garam
beriodium di warung atau pasar.
3. Meningkatkan konsumsi sumber bahan
pangan yang mengandung iodium seperti :
ikan laut, kerang dan rumput laut.
4. Pengawasan garam konsumsi yang beredar
di masyarakat
Bahan makanan sumber iodium
1. Ikan laut, Kerang, Udang, Cumi, dll
2. Rumput laut dan olahannya
3. Susu
4. Daging
5. Garam beriodium
Pengaruh polutan terhadap GAKI
Polutan biasanya mengandung logam berat seperti
Pb, Hg yang akan menghambat perubahan T4 (tiroid
prohormon) menjadi T3 (hormon tiroid aktif
selluler) sehingga sel akan kekurangan hormon tiroid
dan akan menyebabkan GAKI
STRATEGI PENANGGULANGAN GIZI MIKRO
PEMBERIAN SUPLEMENTASI GIZI
MIKRO PADA IBU HAMIL,
BALITA, REMAJA YANG
MENDERITA KEKURANGAN GIZI.

FORTIFIKASI BAHAN MAKANAN


UNTUK MELINDUNGI MASYARAKAT
DARI KEKURANGAN ZAT MIKRO.

PENGANEKARAGAMAN MAKANAN
UNTUK MENINGKATKAN INTAKE ZAT
GIZI MIKRO

PENDIDIKAN GIZI
IV. PEMBERIAN MAKANAN
BAYI & ANAK
STANDAR EMAS PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK
(Rekomendasi WHO/Unicef 2002)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir dalam satu


a. jam pertama, dilanjutkan dengan rawat gabung

Memberikan hanya air susu ibu saja sejak lahir sampai


b. bayi berumur 6 bulan

Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)


c. mulai umur 6 bulan

Menyusui dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan atau


d. lebih.
Sumber: Global Strategy on Infant and Young Chlid Feeding, WHO/UNICEF51
2002
PEMBERIAN ASI
• Banyak negara belum mencapai Praktek Pemberian ASI yang
persentase ASI Eksklusif optimal:
sebesar 50% (target WHA 2025), World Health Organization dan
dan sebagian besar negara
maju, berkembang maupun
UNICEF menganjurkan:
miskin tidak dapat Mulai menyusu dini dalam
mencapainya satu jam pertama setelah bayi
• Data tidak merata atau terbatas, lahir (IMD)
sehingga kemajuan dan tren sulit Menyusu eksklusif selama
dipantau. enam bulan pertama dari hidup
bayi (ASI Eksklusif)
Riskesdas 2013:
Terus menyusu selama dua
38% bayi di Indonesia tahun atau lebih dengan
mendapat ASI Eksklusif makanan pendamping ASI yang
tepat
CAKUPAN ASI EKSKLUSIF RENDAH ???

IBU

TERLAMBATNYA
Promosi
KONTAK DINI
Susu Formula

REGULASI (-) CAKUPAN LINGKUNGAN


MENDUKUNG ASI EKSKLUSIF

NAKES ??? SARANA, PRASARANA,


TENAGA (-) MEMADAI
ALASAN KLASIK MENGAPA BAYI SUDAH DIPERKENALKAN
DENGAN SUSU FORMULA PADA SAAT LAHIR

1. ASI belum keluar pada awal-awal persalinan


2. Ibu dianggap capek habis bersalin jadi kadang
dianggap perlu istirahat
3. Intervensi dari lingkungan keluarga, berdasarkan
pengalaman sebelumnya
4. Bayi menangis (sering diidentikan bayi lapar)
5. Pengaruh promosi susu formula, sudah terbentuk di
pikiran ibu sehingga menurunkan PD: perlu informasi
4 standar emas diberikan pada saat ANC.
MENGAPA HARUS ASI DIBERIKAN PADA BAYI
Komponen ASI Susu Sapi Susu Formula

Protein Jumlah tepat Terlalu banyak Jumlah dikurangi


Mudah dicerna Sulit dicerna Kualitas sprt sapi

Lemak Ada asam lemak Tidak ada asam Ditambahkan asam


esensial lemak esensial lemak esensial
Lipase untuk Tidak ada lipase Tidak ada lipase
mencerna
Karbohidrat Banyak laktosa Sedikit laktosa Laktosa+sukrosa
Oligosakarida Oligos tidak cocok Kurang oligos
(anti-infeksi)

Vitamin dan Adekuat jika ibu Zat besi, Vit A dan C Ditambahkan
mineral cukup rendah, vit/mineral, cukup

Faktor anti IgA, laktoferin, Tidak ada Tidak ada


infeksi lysozim, sel-sel

Faktor ada Tidak ada Tidak ada


pertumbuhan BFC 1/8
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA REFLEKS OKSITOSIN

CEMAS
Membayangkan STRES
bayi dengan RASA SAKIT
kasih sayang RAGU
Suara bayi
Melihat bayi

KEPERCAYAAN DIRI

Yang MENGGANGGU
Yang MEMBANTU refleks refleks

3/4
“Di semua spesies mamalia siklus reproduksi terdiri dari
kehamilan dan menyusui: tanpa bagian yang kedua, tidak ada
satupun dari spesies ini, termasuk manusia, yang dapat
bertahan hidup.” (Dokter Spesialis Anak Bo Vahlquist)
Menyusui adalah pilihan bagi
pelestarian lingkungan
• ASI merupakan “makanan alami, dan terbarukan” yang
ramah lingkungan, diproduksi serta diberikan tanpa
menimbulkan polusi, tanpa sisa kemasan yang dapat
menimbulkan permasalahan limbah.

• Produk pengganti ASI, sebaliknya, membutuhkan


energi untuk produksi, materi kemasan, bahan bakar
untuk distribusi, dan air serta bahan pembersih untuk
menyiapkannya setiap harisemuanya mencemari
udara, mengkontaminasi perairan, dan menghasilkan
milyaran ton limbah plastik dan logam yang berakhir
di tempat penimbunan akhir.
HAK ANAK
Dalam alquran juga dibahas tentang hak anak antara lain:

Hak hidup Dan jgnlah kamu membunuh anak2mu krn takut miskin,
(al-isra 17 kamilah yg akan memberi anakmu dan juga kamu rezeki,
ayat 31) sesungguhnya membunuh perbuatan dosa besar

Hak
Baguskanlah namamu karena dengan nama itu kamu mendapatkan
akan dipanggil pada hari kiamat nanti yang baik (HR
Abu Dawud

Hak
Penyusuan & Para Ibu hendaklah menyusui anaknya selama
Pengasuhan 2 tahun penuh yaitu bagi yg imgin
(al-baqarah menyempurnakan penyusuannya
ayat 33
SEJAK USIA 6 BULAN BERIKAN BAYI ANDA
MP-ASI, mengapa ??:

Usia 0-6 bulan ASI


memberikan
seluruh kebutuhan
energi bayi / 100%

Semakin bertambah
Usia 12 – 24 Usia 6 – 12 bulan
bulan ASI terus usia anak, semakin
ASI terus
memberikan memberikan
banyak MP-ASI yang
sekitar 1/3 sekitar ½ dari harus diberikan
kebutuhan anak kebutuhan bayi kepada bayi/anak
Hanya ASI saja

Mulai mendapat MP-ASI


Secara Bertahap Bertambah Jumlah dan kekentalan
PENTING

BERIKAN MAKANAN DAN MINUMAN


SECARA BERTAHAP SATU PERSATU
V. PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN
BALITA
Menghitung umur anak
• Dihitung berdasarkan bulan penuh
• 1 bulan = genap 30 hari
• Didapat dengan menghitung selisih
tanggal lahir dengan tanggal
kunjungan
Cara I

Tanggal Kunjungan 05 04 2008


(5+30) (4-1)+12 (2008-1)
Tanggal Lahir 19 09 2007
_______________________ _
16 6 0

jadi, umur anak tersebut 6 bulan


Cara II

Tanggal Kunjungan 05 04 2008


Tanggal Lahir 19 09 2007
_______________________ _
-14 -5 1

(-1 bln) (-5 bln) (12 bln)

jadi, umur anak tersebut 6 bulan


Kasus I
Pada tanggal 30 Juni 2006, Nyonya Ismail
membawa putranya Edi ke Pusat Ke sehatan
Masyarakat karena menderita sakit telinga.
Edi dilahirkan tanggal 12 September 2004.

Berapa umur Edi pada kunjungan tersebut?


Kasus II
Pada tanggal 20 Agustus 2006, seorang bayi laki-
laki bernama Tri dibawa ke Puskesmas untuk
imunisasi. Catatan kelahirannya menyebutkan
Tri dilahirkan pada tanggal 26 Mei 2006.

Berapakah umur Tri pada kunjungan tersebut?


Kasus III
Pada tanggal 19 April 2006, Dian anak perempuan
mendatangi Pusat Kesehatan Masyarakat untuk
pemeriksaan kesehatan.

Neneknya mengatakan bahwa KMS Dian hilang tetapi ia


ingat Dian akan berulang tahun yang pertama tanggal
1 Mei tahun 2006 ini.

Tanggal berapakah Dian lahir?

Berapakah umur Dian saat kunjungan tersebut?


CARA MENIMBANG BERAT BADAN

 Untuk menimbang anak, gunakan timbangan dengan ciri-ciri


berikut:
• Kuat dan tahan lama
• Mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram)
• Sudah dikalibrasi
• Tidak menggunakan timbangan pegas untuk anak
berumur lebih dari 6 bulan
• Dapat menimbang sampai 150 kg

73
CARA MENIMBANG BERAT BADAN

 Menggunakan Timbangan Bayi (“Baby Scale”):


» Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar
» Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol

» Timbang bayi dengan pakaian minim/telanjang


» Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka
yang ditunjuk oleh jarum timbang
74
CARA MENIMBANG DENGAN DACIN
YANG SALAH

Batang dacin tidak


datar (seimbang)

Bandul penyeimbang
tidak dipasang

Sarung timbang Anak langsung ditimbang


sudah dipasang  berat badan anak lebih
berat dari sebenarnya

MEMASANG DACIN YANG SALAH


76
Sumber: Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI, 2006
CARA MENIMBANG BERAT BADAN

 Bila tersedia dapat digunakan timbangan digital


(elektronik) atau Tared Scale (Uniscale). Bila tidak ada,
dapat menggunakan timbangan bayi (baby scale), dacin
atau die-cast beam (spt detecto).

 Timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang


menggunakan pegas tidak direkomendasikan karena
hasilnya kurang akurat.

77
CARA MENIMBANG BERAT BADAN

 Menggunakan die-cast beam (spt Detecto):


• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar.
• Pastikan posisi bandul pada angka NOL dan jarum
dalam keadaan setimbang.
• Posisikan anak pada timbangan.
• Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum
setimbang. Baca dan catat berat badan anak.
• Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan
atau tidak bisa diam, maka perlu ditimbang dengan
ibunya. Berat badan anak didapat dengan
mengurangi hasil penimbangan ibu bersama anak
dengan berat badan ibu saja.
CARA MENGUKUR
TINGGI/PANJANG BADAN

Kunci pengait berada di samping papan pengukur


CARA MENGUKUR TINGGI/PANJANG BADAN (lanjutan…)

Posisi tangan asisten pengukur


Posisi balita dan pengukur (memegang telinga) dan posisi kepala

Posisi pengukur yang benar (mata Posisi kaki yang benar, telapak kaki
tegak lurus ke jendela baca alat menempel tegak lurus pada papan
pengukur) penggeser
CARA MENGUKUR TINGGI….(lanjutan…..)

Posisi microtoise di lantai


Posisi microtoise setelah ditarik
sampai menunjukkan angka nol

Posisi microtoise yang siap pakai


CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK (lanjutan…)

82
CARA MENGUKUR
TINGGI/PANJANG BADAN PADA ANAK (lanjutan…)

• Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan


dengan telentang.
• Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu
berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak.
• Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur
tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk
mengkonversi menjadi panjang badan.
• Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur
panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk
mengkonversi menjadi tinggi badan.
• Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan
adalah papan ukur panjang badan (infantometer/stadiometer).
Untuk mengukur tinggi digunakan microtoise yang diletakkan
pada permukaan yang vertikal seperti dinding atau tiang
dengan lantai yang datar.

83
Pengukuran Lila Untuk WUS

• Menggunakan Lila (Lingkar Lengan Atas)


• Bila lila <23,5 cm maka WUS risiko KEK
(Kurang Energi kronis)
• Ibu Hamil KEK diberikan PMT Ibu hamil berupa
biskuit lapis (sandwich)
• Trimester I diberikan 2 keping per hari (60
keping perbulan)= 12 bungkus
• Trimester II dan II diberikan 3 keeping perhari
(90 keeping perbulan) = 18 bungkus
Cara Mengukur Lila

A. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan


pengukuran LILA
1. Pengukuran dilakukan dibagian tengah
antara bahu dan siku lengan kiri.
2. Lengan harus dalam posisi bebas.
3. Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang.
4. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti
tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga
permukaannya tidak rata .

B. Cara Mengukur LILA


1. Tetapkan posisi bahu dan siku
2. Letakkan pita antara bahu dan siku.
3. Tentukan titik tengah lengan.
4. Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.
5. Pita jangan telalu ketat.
6. Pita jangan terlalu longgar.
7. Cara pembacaan skala yang benar..
Pemantauan Pertumbuhan Menggunakan
KMS (lanjutan …)

Kenaikan Berat badan Minimal (KBM)


Bayi laki-laki dan perempuan
- Usia 1 bulan : 800 gram
- Usia 2 bulan : 900 gram
- Usia 3 bulan : 800 gram
- Usia 4 bulan : 600 gram
- Usia 5 bulan : 500 gram
- Usia 6 bulan : 400 gram

Laki-Laki Perempuan
- Usia 7 bulan : 400 gram - Usia 7 – 10 bulan : 300 gram
- Usia 8 – 11 : 300 gram - Usia 11 – 60 bulan : 200 gram
- Usia 12 – 60 : 200 gram
86
Menentukan Status Pertumbuhan Anak Berdasarkan KMS
Balita
Contoh disamping menggambarkan
status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS:
a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan
dibawahnya; kenaikan berat badan
< KBM (<800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan
diatasnya; kenaikan berat badan >
KBM (>900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan
mengikuti garis pertumbuhannya;
kenaikan berat badan > KBM
(>500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
mendatar; kenaikan berat badan <
KBM (<400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
menurun; grafik berat badan < KBM
(<300 g)
Tindak Lanjut Hasil Penentuan
Status Pertumbuhan

Apa yang Harus Dilakukan???


Berat badan naik (N):
• Memberi pujian kepada Ibu dan tetap
mengingatkan tentang pentingnya memantau
pertumbuhan, agar Ibu selalu rajin datang ke
Posyandu
Berat badan tidak naik 1 kali
• Memberikan pujian kepada Ibu yang telah
membawa balitanya ke Posyandu
• Menanyakan kepada ibu apa yang mungkin
menjadi penyebab berat badan anak tidak
naik
• Segera berkoordinasi dengan TPG setempat
untuk mendatangi sasaran sebagai langkah
tindak lanjut
Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di
Bawah Garis Merah (BGM)
• Tetap memuji Ibu karena telah membawa anak
ke Posyandu sehingga bisa ketahuan anak BGM
atau tidak naik 2 kali berturut-turut
• Mengingatkan apakah anak sudah dirujuk oleh
Kader dan dibawa ke Puskesmas ?
• Segera berkoordinasi dengan TPG setempat
untuk langkah tindak lanjut
Perhatian!!

Balita perlu dirujuk ke petugas


kesehatan bila tidak naik 2 kali
berturut-turut dan atau berada di
Bawah Garis Merah (BGM)
LATIHAN SOAL
1. Anak Perempuan umur 6 bulan dengan berat 7,6 kg, pada
umur 7 bulan menjadi 8,1 kg dan pada umur 8 bulan
menjadi 8,8 kg. Buatlah grafik pertumbuhan dan
interpretasinya !

2. Anak laki2 umur 12 bulan dengan berat 8 kg, pada umur


13 bulan berat 8,2 kg pada umur 14 bulan 8,4 kg. Buat
grafik pertumbuhan dan interpretasinya !

3. Anak perempuan umur 4 bulan dengan berat badan 6,6


kg, pada umur 5 bulan berat badannya menjadi 6,9 kg, dan
pada umur 6 bulan menjadi 7,1 kg. Buat grafik
pertumbuhan dan interpretasinya ! 95
Periode Dan Pertumbuhan Anak Balita Menurut Umur
Dan Aspek Kemampuan
Apa yang harus dilakukan untuk
melihat perkembangan balita di
dalam keluarga?
Umur Kemampuan perkembangan
0-1 bulan Menatap ke ibu, mengeluarkan suara, tersenyum
1-3 bulan Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap, tertawa,
mengamati tangannya
3-6 bulan Meniru bunyi, meraih benda, tengkurap sendiri
6-9 bulan Duduk sendiri,mengucapkan ma..ma..ma, da..da….da…, pegang
benda
9-12 bulan Bermain CI LUK BA, menjimpit benda kecil, berdiri dan
berjalan berpegangan
1-2 tahun Menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh, naik tangga,
corat-coret
2-3 tahun Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan, bicara
dimengerti, makan sendiri, memeluk dan mencium orang yang
terdekat
3-5 tahun Melompat-lompat,menggambar, cerita, pakai pakaian
Bila menemukan Balita dengan
perkembangan yang tidak sesuai
dengan ciri-ciri diatas, maka perlu
menghubungi petugas kesehatan
untuk tindak lanjut segera
VI. PERAN POSYANDU
Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial
dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi
Peran Posyandu

 RUJUKAN KASUS:

BB berada di Bawah Garis Merah (BGM)

2T

Balita sakit

 LAPORAN KASUS:

Formulir W1 (Puskesmas/RS)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (W2) & Provinsi

Kejadian Luar Biasa/KLB gizi buruk


102
Peran Posyandu

 PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS) GIZI:

Analisis laporan (balok) SKDN

• D/S: berapa balita datang ditimbang

• N/D: berapa % balita yang datang naik BB nya

• K/S: berapa % balita memiliki KMS

Pekan Penimbangan

Sweeping/ kunjungan rumah

103
PERAN POSYANDU SEBAGAI SISTEM KEWASPADAAN DINI GIZI BURUK

ALUR KEGIATAN POSYANDU

2. PENIMBANGAN BALITA

1. PENDAFTARAN

3. PENGISIAN KMS

5. PELAYANAN OLEH PETUGAS


4. PENYULUHAN
VII. SURVEILAN GIZI
SURVEILANS GIZI
“Kegiatan pengamatan secara teratur dan terus-
menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai
dasar untuk membuat keputusan dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat”
Pada dasarnya tujuan surveilans gizi adalah untuk:
1. Perencanaan jangka panjang bidang pangan dan
gizi;
2. Pengelolaan dan evaluasi program gizi; dan
Peringatan dini (“early warning”) dan sbg dasar
utk tindakan sgr pencegahan memburuknya
tingkat
3. konsumsi makanan penduduk.
1. Masalah gizi di Indonesia masih tinggi dan diperlukan
peningkatan upaya perbaikan gizi masyarakat secara
terus menerus
2. Pemenuhan kebutuhan informasi perkembangan Status Gizi dan
kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat dari tahun ke tahun
berbasis komunitas secara nasional maupun regional
3. Informasi dari hasil surveilans diperlukan untuk:
evaluasi kinerja program pembinaan gizi masyarakat,
perumusan atau modifikasi kebijakan, dan perencanaan tahunan
program perbaikan gizi masyarakat
4. Survei-survei besar (nasional) yang ada hanya memberikan
informasi gizi dalam selang sekitar 3-5 tahun sekali (Riskesdas,
Rifaskes, SDT, SDKI, Susenas, dsb)
1. Memenuhi kebutuhan daerah akan data dan
informasi berbasis bukti dan spesifik wilayah
2. Pengambilan tindakan intervensi sebagai
respon terhadap informasi yang dihasilkan, baik
tindakan segera (quick response) maupun
tindakan rutin.
3. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan
secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
untuk perencanaan, penentuan kebijakan dan
evaluasi.
Penyediaan
Informasi
- Penyajian informasi
- Diseminasi - Pengumpulan data
- Advokasi - Analisis data (pemetaan,
peramalan & pengamatan)

- Perumusan kebijakan dan Strategi


- Pengambilan keputusan
-Kerja sama pemangku kepentingan
Tindakan (kegiatan)
intervensi:
- Darurat
Ketahanan Gizi - Jangka pendek
- Jangka panjang
(Pemanfaatan
Informasi)
Kegiatan Surveilans Gizi (1)

1. Penyediaan Data/ Informasi.


a. Pengumpulan data gizi dan faktor terkait secara terus
menerus dan teratur, termasuk pelacakan balita gizi
buruk
b. Melakukan analisis data tentang keadaan gizi
masyarakat (pemetaan), kecenderungannya (trend),
penyebab, dan faktor-faktor yang terkait
c. Diseminasi data melalui advokasi kepada para
pengambil keputusan, melalui penyebaran informasi,
pelaporan atau melalui publikasi
Kegiatan Surveilans Gizi (2)

2. Pemanfaatan Informasi
a. Perumusan kebijakan, strategi dan pokok-pokok
kegiatan
b. Pengambilan keputusan tindakan intervensi baik
darurat, jangka pendek dan menengah dan
panjang.
c. Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan
d. Monitoring dan Evaluasi
Pengumpulan Data Melalui
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Plot BB di KMS
Ditimbang
Ke posyandu

Tumbuh Naik
baik
Bagaimana BB
Lakukan Tidak
anak ?
tindakan naik
Dinilai perkembangan
Lakukan BGM
BB-nya
Konfirmasi
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
melalui Pemanfaatan SKDN
K %
K/S Pengelolaan
S program
%
D/S

D %
Pemantauan
pertumbuhan
balita di suatu
N
N/D
wilayah

Data hasil penimbangan


INTERVENSI
bulanan
TINGKAT
Sumber: Soekirman, 2006 WILAYAH
Contoh Penyajian Data
Tabel 3
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Balita 6-59 Bulan
di Kabupaten X Bulan Februari dan Agustus Tahun 2011

Jumlah Balita 6-59 Februari Agustus


No Puskesmas
Bulan Jumlah % Jumlah %
1 Mentari 4168 2520 60 3265 78
2 Tenjolaya 3713 2789 75 2612 70
3 Karanganyar 4968 4120 83 4331 87
4 Sukasari 4326 3213 74 3865 89
5 Cimalaya 3836 2450 64 2876 75
6 Jatiasri 5646 4136 73 4591 81
7 Tegalraya 4947 3161 64 3926 79
8 Sukmajaya 6181 4021 65 4758 77
9 Mekarsari 4503 3401 76 4068 90
10 Tirtamulya 3710 3321 90 3205 86
11 Sukamaju 4695 4380 93 4308 92
12 Sampurna 6670 5228 78 6031 90
Kab/Kota 57360 42740 75 47836 83
Contoh Penyajian Data (lanjutan)

Gambar 15
Grafik Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Balita 6-59 Bulan di Kabupaten X
Bulan Februari dan Agustus Tahun 2011
Contoh Penyajian Data (lanjutan)
Berdasarkan data pada tabel 5, informasi cakupan dapat pula disajikan dalam bentuk peta,
seperti tampak pada gambar 17.

Kec.Tegalraya
Kec. Tenjolaya Kec. Mentari
Kec. Kr Anyar

Kec. Sukamaju Kec. Sampurna


Kec. Sukasari
Kec. Jatiasri Kec. Sukmajaya
Cakupan baik (≥86%)

Kec. Cimalaya
Cakupan sedang (65% - 85%)

Kec. Mekarsari Kec. Tirtamulya Cakupan kurang (<65%)

Gambar 17
Peta Cakupan Pemberian TTD (Fe3) Ibu Hamil
Menurut Puskesmas di Kabupaten Y Tahun 2011
Contoh penyajian informasi surveilans gizi terkait dengan besaran
masalah (lanjutan)

Gambar 29
Peta Keadaan Gizi Balita Di Kabupaten Bogor Tahun 2013
VIII. PENCATATAN & PELAPORAN
Pencatatan dan Pelaporan
1. Register penimbangan balita
2. Kohort bayi
Form Pelaporan
1. Laporan hasil penimbangan di tingkat
puskesmas (F/III/Gizi)
2. LB 3 Gizi
Mekanisme dan alur pelaporan, umpan balik serta koordinasi pelaksanaan
surveilans gizi digambarkan sebagai berikut:

Kementerian Kesehatan
Direktorat Bina Gizi
(www.gizi.depkes.go.id/sigizi)

Dinkes Provinsi RS
Pusat/Provinsi

Jenjang Dinkes Kabupaten/Kota RS


Kabupaten/Kota

Pelaporan
Puskesmas/Kecamatan

Desa/Kelurahan

Posyandu

Gambar 5
XI. PENUTUP
& remaja putri
TERIMA KASIH

127

Anda mungkin juga menyukai