Anda di halaman 1dari 19

IMUNOPATOLOGI TBC

Dr. Hetti Rusmini, M.Biomed


Awal infeksi
• Basil M.Tbc dihirup org sehat  sebagian terbuang oleh silia ept respiratorius,
sebagian masuk ke dalam alveolus. Jika kuman > 5 basil  Infeksi TB.
• Basil M.Tbc  difagosit oleh makrofag yang belum teraktivasi spesifik 
fagosom, sedangkan dinding bakteri menghasilkan LAM (glikolipid
lipoarabinomanan) yg menghambat ion Ca2+ intrasel  fusi fagosom lisosom
terhambat  bakteri stay dlm fagosom (dormant).
• Jika bakteri menghentikan maturasi fagosom  bakteri bereplikasi menjadi
banyak  fungsi fagosit makrofag tidak optimal  makrofag ruptur  infeksi
lokal TB.
• Jika sistem imun berkerja baik  terbentuk fokus parenkim terkalsifikasi (lesi
Ghon). Jka ada juga kalsifikasi nodus limfatkus di hilus  kompleks Ranke
Respons tubuh
• Prinsip utama respon imun terhadap basil M.TBC melibatkan 2 sel yaitu makofag
& Limfosit T.
• Makrofag ruptur kemoreaktan (komplemen, stokin, sel dendritik) lisis 
makrofag yang memiliki antigen bakteri (epitop) migrasi ke nodus limfatikus
mempresentasikan antigen ke Limfosit T  Imunitas Humoral dan imunitas yg
dmediasi Sel (CMI) dimulai  Stadium ini asimtomatik.
• Setelah 2-4 minggu muncul 2 respon yaitu:
• respon CMI yang mengaktivasi makrofag : aktivasi makrofag oleh Limfosit T
• respon kerusakan jaringan: reaksi hipersensitivitas delayed (DTH)
Reaksi hipersensitivitas delayed-type
(DTH)
• Ketika makrofag tidak bisa membunuh basil M.Tbc antigen yg terdapat dalam
makrofag (epitop bakteri) keluar dari sel  migrasi monosit lebih banyak ke
tempat lesi  peningkatan aktivitas makrofag, pembentukan granuloma yang
lebih besar, dan menghasilkan nekrosis yang lebih luas.
• Selain itu, sel limfosit T dapat menghancurkan makrofag yang mengandung
bakteri sehingga terjadi pelepasan enzim yang menyebabkan nekrosis perkijuan
dan kavitasi.
• Peningkatan jumlah sel T dan epitop bakteri menyebabkan reaksi
hipersensitivitas delayed-type
Delayed Type Hypersensitivity
• Pd DTH, sel CD4+ Th1 mengaktifkan makrofag yg berperan sbg sel efektor.
• Pd DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yg diaktifkan seperti
enzim hidrolitik, oksigen reaktif intermediat, oksida nitrat, sitokin proinflamasi
• DTH dpt jg tjd sbg respon thd bahan yg tdk berbahaya dlm lingkungan seperti nikel yg
menimbulkan dermatitis kontak
Rx khas DTH
mempunyai 2
fase yaitu
sensitasi &
respon imun yg
ditingkatkan
• Reaksi hipersensitivitas ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru, akibat
pembesaran lesi.
• Pada reaksi ini, terjadi invasi bakteri ke dinding bronkial dan pembuluh darah 
kerusakan kavitas  terjadi multiplikasi bakteri  Nekrosis perkijuan yang
semakin banyak kemudian dikeluarkan melalui bronkus  kavitas yang
mengandung banyak bakteri dikeluarkan melalui jalan napas dengan manuever
ekspirasi, seperti batuk dan berbicara.
• Hipersensitivitas ini kemudian digunakan sebagai pengukuran ada tidaknya infeksi
M.tuberkulosis pada individu pada tes tuberkulin.
• Pada awal infeksi bakteri, makrofag yang berisi antigen bakteri bermigrasi menuju
nodus limfa regional. Namun, melalui jalur ini, bakteri juga dapat bertransmisi ke
pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
• Tempat paling disukai bakteri -yang menyebar secara hematogen- untuk
berkumpul yaitu organ yang memiliki tekanan O2 paling tinggi untuk
pertumbuhan bakteri  Bagian apeks paru (PO2 tinggi)
Pembentukan granuloma
• Limfokin dan sitokin dapat membentuk granuloma yang kemudian menghancurkan
dinding sel bakteri, menekan pertumbuhan, atau membunuh bakteri, dan membatasi
pergerakan dan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.2
• Granuloma ini terdiri atas makrofag yang banyak sehingga dapat menimbulkan tuberkel.
• Tuberkel ini terdiri atas kelim limfosit, sel epiteloid, sel datia Langhans, dan nekrosis
perkijuan.
• Sel limfosit T tersebut diaktivasi oleh makrofag yang teraktivasi antigen untuk
mensekresikan sitokin, seperti IFN-γ.
• Makrofag yang berkumpul di sekitar lesi berperan untuk menjaga lesi supaya tidak
menyebar lebih jauh.
• Nekrosis perkijuan berada di tengah lesi, dan terjadi akibat dari respons kerusakan
jaringan.
• Respons ini menghambat pertumbuhan M.tuberkulosis, namun juga membuat adanya
fibrosis dan kalsifikasi pada parekim paru dan nodus limfa di hilus.1
Peran makrofag dan monosit
• Makrofag alveolar mensekresikan sitokin-sitokin yang berperan dalam
menimbulkan pembentukan granuloma, demam, atau penurunan berat badan.
Selain itu, sitokin ini dapat menarik monosit dan makrofag ke tempat lesi.
• Peran utama dari makrofag dan monosit ini yaitu melepaskan nitrit oksida yang
memiliki efek antimikobakteri.1Senyawa ini diaktivasi oleh dua sitokin, yaitu IFN-γ
yang dihasilkan sel T CD4+ dan TNF-α yang dihasilkan makrofag yang
memfagositosis bakteri.
• Makrofag juga menghasilkan senyawa oksigen reaktif, yaitu hidrogen peroksida
dan radikal hidroksil.2Selain itu, terjadi pelepasan sitokin, seperti TNF-α dan IL-1
yang kemudian meregulasi nitrogen reaktif.
• Makrofag juga dapat memicu apoptosis yang berfungsi untuk mencegah
pelepasan bakteri yang bermultiplikasi.1 Makrofag yang distimulasi IFN-γ
kemudian menghasilkan TNF yang menarik monosit yang akan menjadi sel
epiteloid.3
Peran sel limfosit T
• Sel limfosit T yang teraktivasi melalui antigen bakteri menyebabkan proliferasi sel
tersebut.1Sel T CD4+ mensekresikan limfokin, seperti IL-2 (berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan sel T) dan IFN-γ (mediator aktivasi makrofag dan penting dalam efek
bakterisidal dari makrofag).2 Aktivasi sel T CD4+ kemudian berkembang menjadi sel Th1
atau Th2.1
• Adanya diferensiasi sel Th1 bergantung pada IL-12 yang diproduksi oleh APC yang
memiliki komponen bakteri. Sel Th1 matur ini kemudian mensekresikan IL-2 dan IFN-γ.
• Senyawa IFN-γ ini menstimulasi pembentukan fagolisosom pada makrofag yang terinfeksi
dan menstimulasi ekspresi iNOS (inducible nitric oxide synthase) yang kemudian
menghasilkan NO. Namun, respons terhadap Th1 ini juga menghasilkan nekrosis perkijuan
dan granuoma.3Senyawa IFN-γ juga dapat mengatur produksi nitrogen reaktif dan
mengatur gen yang berperan dalam menimbulkan efek bakterisidal.
• Sedangkan, sel Th2 menghasilkan IL-4 IL-5, IL-10, dan IL-13 yang memicu imunitas
humoral. Sel T CD8+ berperan dalam respon sitotoksik, membuat lisis sel yang terinfeksi,
dan menghasilkan IFN-γ dan TNF-α. Aktivitas litik dari sel T CD8+ ini juga diatur oleh sel
NK.1
Lipid dan protein yang terdapat pada
mikobakterial
• M.tuberkulosis memiliki banyak antigen protein, beberapa terdapat dalam
sitoplasma dan dinding sel, dan yang lain disekresikan.
• Terdapat protein yang bersifat protektif terhadap mikobakterium, yaitu antigen
30-kDa dan ESAT-6.
• Sedangkan, lipid berperan dalam pengenalan bakteri terhadap sistem imun.
Lipoprotein pada bakteri, seperti 19-kDa, dapat memicu pembentukan TLR pada
sel dendritik.1
• Sel T yang mengenali antigen lipid bakteri kemudian berikatan dengan CD1 pada
APC atau sel T yang menghasilkan reseptor T γδ juga dapat menghasilkan IFN-γ.3
Reaktivitas skin test
• Tes kulit/tuberkulin/Mantoux menggunakan prinsip DTH untuk mendeteksi infeksi
M.tuberkulosis pada orang tanpa gejala. Sel yang berperan dalam hal ini yaitu
limfosit T CD4+ yang berproliferasi dan memproduksi sitokin.
• Selain pertahanan tubuh, DTH ini juga berperan dalam perlindungan terhadap
reaktivasi. Namun, sistem daya tahan tubuh ini tidak memberikan perlindungan
sepenuhnya, yang terlihat dari adanya reinfeksi akibat M.tuberkulosis dengan
strain yang baru.1
• Reinfeksi bakteri terhadap individu yang pernah terinfeksi menyebabkan
peningkatan respons sel T namun juga dapat mengakibatkan peningkatan
kerusakan jaringan.2
Vaksin BCG
• Vaksinasi berarti pemberian vaksin, sedangkan imunisasi berarti suatu keadaan yang
menginduksi imunitas, baik aktif maupun pasif. Karena itu, vaksinasi tidak menjamin
adanya suatu imunisasi/tercetusnya imunitas seseorang, dan imunisasi tidak selalu melalui
vaksinasi.
• Vaksin BCG (bacile Calmette-Guerin)merupakan vaksin untuk mencegah penyakit
tuberkulosis, terutama TB anak, TB meningitis, dan TB miliar.1Efek protektif ini bersifat
jangka panjang, dan lebih baik pada bayi dan anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa.4
• Vaksin ini merupakan bagian dari imunisasi aktif yang menggunakan bakteri yang
dilemahkan, yaitu M.bovis.
• Pemberian vaksin ini dilakukan secara intradermal.Vaksin BCG termasuk aman dan jarang
menimbulkan komplikasi yang serius. Respons imun mulai setelah 2 – 3 minggu vaksinasi.
Indikasi vaksin BCG
• Bayi baru lahir dan anak-anak, terutama pada negara yang memiliki prevalensi
tuberkulosis yang tinggi1
• individu yang belum pernah terinfeksi M.tuberkulosis sebelumnya dan memiliki risiko
untuk terinfeksi, seperti pekerja kesehatan, individu yang tinggal serumah dengan
penderita TB, dan lain-lain4
• Kontraindikasi vaksin BCG:4
• individu dengan penyakit defisiensi imun, seperti HIV dan defisiensi reseptor IFN-γ
• keganasan yang membuat kondisi imun menurun
• sedang menggunakan kortikosteroid atau terapi radiasi yang mengganggu fungsi imun
tubuh
• penyakit kulit yang berat
• luka bakar
• individu dengan hasil TST (tuberculin skin test) positif
Efek samping
• adenitis regional
• ulkus pada tempat injeksi
• osteomyelitis
• infeksi BCG pada individu imunokompromis1
• limfadenopati regional
• limfadenitis supuratif
• hepatomegali, splenomegali4
Daftar pustaka
1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. Philadelphia: McGraw-Hill;
2008.
2. Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA. Murray & Nadel’s Textbook of
Respiratory Medicine. Ed ke-4. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005.
3. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. Ed ke-8. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
4. Sanofi Pasteur. BCG Vaccine (Freeze-Dried) [internet]. 2011
Selamat Belajar.......

Anda mungkin juga menyukai