Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR PEDODONSIA

IMPLIKASI PREMATURE LOSS GIGI SULUNG


Ana Petcu, Adriana Balan, Danisa Haba, Alexandra Maria Martu S, Carmen Savin, International Journal
of Medical Dentistry 2016, 6:2

Destia Utami Affandi


160112150072

Pembimbing:
Dr. drg. Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Sp.KGA.(K),
MSi.
drg. Darul Rabil FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
Patologi premature loss gigi sulung merupakan
masalah kompleks

terhadap gigi dan keseimbangan wajah

perhatian dokter untuk pendekatan terapetik


yang optimal

Identifikasi faktor predisposisi, berdasarkan


anatomi khas gigi sulung, yang digabungkan
dengan insidensi premature loss gigi molar
• Secara klinis, keadaan ini tergantung banyak
faktor, seperti :

Jangka waktu mulai


Jumlah gigi yang Kehilangan gigi sulung
dari ekstraksi gigi
diekstraksi  bentuk  urutan erupsi gigi
sulung hingga erupsi
klinis edentulous permanen
gigi permanen.

Disfungsi, kebiasaan Adanya faktor-faktor


buruk atau maloklusi yang dapat
dapat menjadi potensi menyebabkan
pengaruh negatif dari penyembuhan spontan
ruang edentulous yang atau yang
terbentuk memperburuk
Pengaruh Premature Loss Gigi Sulung

Migrasi gigi
• Mendekati – secara mesial-distal
atau bukal-lingual Defisit perkembangan
Gangguan dalam urutan
• Gigi antagonis – secara vertikal lokal dental-alveolar atau
• Sulung erupsi gigi permanen
• Permanen – yang akan
dental-alveolar-maksila
menggantikan – miring, rotasi,
bodily movements

Gangguan hubungan Gangguan


Gangguan fungsional
intermaksila dan dalam perkembangan
sistem stomatognatik
oklusi dinamis psikosomatik individu
Potensi Variabel Klinis
Premature loss gigi molar pertama sulung

Mesial tipping gigi M2 sulung

Distal tipping
gigi C sulung

Ektopik gigi P1
Mesial tippping gigi premolar
pertama mandibula

Rotasi kaninus permanen


mandibula

• Egresi gigi antagonis


• Ketidak sesuaian dental alveolar sekunder
• Premature loss gigi molar kedua sulung

Distal tipping
gigi M1 sulung

Mesial tipping & rotasi


gigi M1 permanen

Kehilangan ruangan
untuk erupsi gigi P2
•Reduksi lee-way space  entopik dan ektopik gigi

Ektopik gigi C

Entopik gigi P2
• Kontak prematur

Cross bite molar


Retroposisi gigi anterior

• Egresi gigi antagonis


Premature loss unilateral dan uni-maksila

Cross bite
anterior

Laterognathia mandibula Deep bite


Premature loss bimaksila dari gigi molar sulung:
• endo-retro-alveolodontia

Prognatisme mandibula Deep bite


Data Terhadap Pengaruh Premature
Loss Gigi Molar
Penelitian yang akuran dari modifikasi ruang pada
lengkung dental alveolar dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu:
• Usia
• Potensi pertumbuhan gigi dan wajah
• Oklusal
• Kebiasaan buruk
• Jangka waktu
Bayardo, Eckles & Shulman, Popovich & Thompson

• Premature loss molar pengurangan panjang lengkung


 crowding dan rotasi.
Ronnerman & Thilander

• Pasien dengan premature loss molar memiliki


ruang yang sangat kecil pada kedua lengkung
rahang
• Anak dengan kehilangan molar sulung sebelum
7,5 tahun lebih banyak mengalami gigi berjejal
Seipe
• Kehilangan ruang pada sisi ekstraksi dengan sisi
kontralateral  Perbedaan rata-rata antara dua
lokasi adalah 1.9 + 0.3 mm, pada sebagian besar
kasus (sekitar 70%)

Kronfeld
• 51% molar pertama sulung hilang secara
prematur dan 70% molar kedua sulung 
kehilangan ruang dan malposisi gigi
Pedersen et al

• kehilangan dini molar sulung  peningkatan


maloklusi dan kebutuhan untuk perawatan.
• Penelitian lain  ekstraksi prematur M2
menyebabkan reduksi lee-way space lebih besar dan
maloklusi gigi permanen dibandingkan gigi M1.
• Gigi berjejal yang ringan dan medium tidak dapat
diatasi dengan Nance’s space drift.
• Ngan  gigi berjejal dengan reduksi < 4,5mm dapat
diatasi dengan mempertahankan lee-way space 
ekspansi pada gigi campuran pada tahap akhir.
• Eksraksi gigi permanen  ketidak sesuaian yang
besar antara ukuran gigi dan diameter lengkung gigi
A. K. Rao

• Reduksi panjang lengkung maksila dan


mandibula pada regio M  migrasi mesial M
• Peningkatan panjang lengkung mandibula pada
regio C  migrasi distal C
• Reduksi panjang  RA > RB
• Migrasi distal C hanya pada RB
• Premature loss M1 sulung saat erupsi aktif gigi
M1 permanen pada mandibula  pergerakan
mesial M2 sulung dan M1 permanen
• Premature loss M2 sulung  reduksi panjang
lengkung mandibula  gigi berjejal
• Moyers and Lo, lee-way space adalah 2.6 mm
(1.3 mm pada setiap sisi) pada maksila, dan 6.2
mm (3.1 mm pada setiap sisi) pada mandibula
Northway
• Kehilangan M1 sulung maksila 
pergeseran mesial dari C permanen pada
saat erupsi P1 erupsi pada arah yang
lebih mesial  akibat dari kemiringan
mesial M2 sulung dan terganggunya
ruangan saat erupsi
• Pemilihan perawatan untuk mencegah
erupsi mesial P1 lebih dipilih dibandingkan
space maintainer
Pengaruh premature loss molar
pertama sulung pada oklusi

tahap perkembangan oklusi pada


waktu hilangnya gigi

periode aktif erupsi molar


permanen pertama

gaya yang kuat disalurkan pada


M2 sulung

mendorongnya ke ruang P1
Bila kehilangan terjadi pada saat erupsi
aktif insisif lateral.

distalisasi kaninus juga


memungkinkan terjadi
Choonara
• Kasus orthodontik dengan gigi berjejal dan
kurangnya ruangan pada gigi permanen
dapat dihindari atau dikurangi
keparahannya dengan mempertahankan
ruangan yang cukup dalam geligi campuran
• Penggunaan space maintainers  prinsip
pengetahuan yang baik akan pertumbuhan
dan perkembangan orofasial.
• Dampak patologi dari molar sulung, terutama
premature loss terhadap keseimbangan sistem
stomatognati, merupakan sebuah tuntutan
dalam pengembangan untuk mempersiapkan
metode profilaktik yang baik, yang berhubungan
dengan pendekatan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai