Anda di halaman 1dari 60

 PANORAMIC RADIOLOGY: ROLE IN ADA/FDA USE

GUIDELINES
PANORAMIC RADIOLOGIC APPRAISAL OF
ANOMALIES OF DENTITION
TOOTH ERUPTION AND DENTAL IMPACTION

drg Ratih T. Lubis


Menurut ADA/FDA Sebagai panduan professional penggunaan radiografi pada
pasien dental asimptomatik.
Screening oral dental salahsatu treatment utk pasien baru.
Pemeriksaan dgn radiografi berdasarkan riwayat rongga mulut berkaitan dgn tanda
dan gejala penyakit dental saat inspeksi klinis pasien oleh drg.
Pemeriksaan radiografi memeriksa area yg kemungkinan memiliki resiko tinggi
terhadap suatu penyakit, dimana tidak dapat terlihat secara langsung. Juga utk follow
up pasien secara periodic.
Panduan FDA pertama utk pemilihan radiografi pasien dental dibuat oleh Dr. Stephen
R. Matteson pada tahun 1980 Bersama dengan professional lainnya.

27% random sample drg di North Carolina bitewing panoramic jarang


Teknologi panoramik membaik ADA/FDA

Pasien dental yang baru

Menetapkan penggunaan radiografi panoramik Pasien tanpa gejala/symptom


penyakit Maxillofasial

The “recall” dental patient


 adapun bukti-bukti penggunaan radiografi panoramik yg dipakai pada :

 Screening for dental fitness


 Screening general dental patients
 Screening for periodontal disease
 Screening for periapical disease
 Screening for orthodontic
Pemeriksaan radiografi yang tepat utk pasien gigi merupakan keseimbangan antara
meminimalkan paparan radiasi pengion dan tidak kehilangan informasi diagnostic.

Radiologi panoramik merupakan radiografi yang menjadi pilihan dgn


mempertimbangkan dosis dan proteksi kepada pasien juga operator sehingga
didapatkan kualitas gambar yang baik dan benar.
RADIOLOGI PANORAMIK UNTUK MENILAI
ANOMALI DARI GIGI GELIGI
Mengikuti pedoman FDA untuk pemeriksaan radiografi, American Academy of
Pediatric Dentistry pada tahun 1997 menegaskan kembali rekomendasinya untuk
penilaian radiografi pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Kira-kira pada usia 5-7 tahun, 9-12tahun, 16-18 tahun

Radiografi panoramik
Abnormalitas yang paling sering yaitu : Gigi yang malposisi

Gigi yang hilang

Perubahan bentuk gigi

Gigi yang Hypoplastic


Identifikasi dini anomali gigi sulung dapat memungkinkan dokter gigi
untuk memeriksa lebih lanjut dan
merencanakan perawatan pada
waktu yang tepat.
ANOMALI PADA JUMLAH GIGI

Terjadi karena kegagalan pada waktu pembentukan benih gigi ditahap


histodifferentiation dan morphodifferentiation.
HYPODONTIA

HYPODONTIA AND CLEFTS

ANOMALI PADA JUMLAH GIGI HYPODONTIA AND DOWN


SYNDROME

HYPODONTIA AND
ECTODERMAL DYSPLASIAS
Hypodontia : tidak tumbuhnya 1-6 gigi didalam rongga mulut.

Biasanya gigi molar ketiga dan insisivus kedua maxilla, juga premolar baik
rahang atas atau bawah.
Resorpsi akar gigi sulung
&bbrp gigi permanen

Resorpsi akar molar gigi


sulung

Re-submergence akar
gigi sulung Resorpsi akar
disertai
ankilosis gigi
Kelainan periodontal sulung
diantara gigi molar
permanen pertama
Hypodontia and clefts : Shapira dkk (1999)

278 pasien umur 5-18 tahun, dengan


bibir dan palatal sumbing biasanya
disertai hilang gigi premolar kedua
yang sesuai dgn sisi dimana celah
terjadi.
Hypodontia and Down Syndrome : penelitian menunjukkan bahwa adanya resiko
hypodontia lebih tinggi pada Down Syndrome.
Hypodontia and Ectodermal Dysplasias : gigi pada dasarnya salah satu bagian dari
ectodermal, sehingga dysplasia ectoderm mempengaruhi perkembangan gigi.

Gigi insisivus pertama,caninus maxilla, molar


pertama atas dan bawah yg biasanya berkaitan dgn
hypodontia ectodermal displasia
Displasia ectodermal
hipohidrotik, dimana gigi
insisivus berbentuk kerucut.
Pada anak ini tidak ada alis dan
bulumata juga kulit kering dan
rambut jarang.
Supernumerary Teeth : keadaan dimana terdapat kelebihan gigi dari normal.
banyak ditemukan di maxilla anterior.

Radiografi panoramik membantu identifikasi, lokalisasi dari


supernumerary teeth.
supernumerary premolars
Cleidocranial Dysplasia : kondisi dominan autosomal yg ditandai oleh osifikasi tulang
kranial dan klavikula yang rusak.
Biasanya terdpt multiple
supernumerary teeth
terutama pada gigi anterior
sampai molar pertama

Gardner Syndrome : biasanya terdapat multiple impacted supernumerary teeth juga


multiple osteomas.
Pasien dengan cleidocranial dysplasia biasanya
memiliki supernumerary teeth.

Klavikula hipoplastik
ANOMALI PADA UKURAN GIGI

MICRODONTIA

MACRODONTIA
MACRODONTIA gigi yang berukuran lebih besar dari normal, dengan
pembesaran pada ruang pulpa, bagian mahkota dan akar secara proposional
dan biasanya unilateral.

gemination concrescence
fusion
gemination Benih gigi yg mengalami proses pemisahan tidak sempurna
pada saat perkembangannya.

fusion Penggabungan lapisan email atau dentin dari


dua atau lebih gigi yg berdekatan.

concrescence Penggabungan gigi dengan gigi/perlekatan akar-


akar gigi yg berdekatan karena pengendapan
sementum.
Macrodontia orthodontic planning

Ruangan tidak cukup, impaksi atau maloklusi sering


terjadi.
Sporadic macrodontia
menghasilkan mahkota
gigi besar dan tidak
proposional.
Microdontia : ukuran gigi lebih kecil dari normal,bisa terjadi pada 1 atau lebih gigi.
gigi cenderung berbentuk kerucut.

Microdontia bilateral
gigi molar kedua
permanen pada
mandibula.
ANOMALI PADA PEMBENTUKAN AKAR
GIGI
 Dilaceration : kelainan bentuk gigi pada bagian akarnya yang melengkung tajam,
deviasi angulasi terlalu tajam menyebabkan kesulitan pada saat perawatan endodontic
dan pencabutan.
Taurodontism : perubahan mahkota gigi yang memanjang dan akar giginya
memendek. Dasar pulpa terletak lebih ke apikal. Biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Enamel Pearl : kondisi enamel yang ditemukan pada lokasi yang tidak seharusnya,
seperti pada permukaan akar gigi. Bisa pada bagian mesial atau distal gigi maxilla,
atau bukal lingual gigi mandibula.
Connation : double teeth fusion and gemination.
Concrescence : ketika 2/lebih akar gigi menyatu pada bagian sementum. Biasanya
terjadi karena injury traumatic dan gigi crowded.

Supernumerary roots
ANOMALI PADA MAHKOTA GIGI

Talon cusp : biasanya beebentuk T-shaped

Dens Ivaginatus : hasil dari invaginasi permukaan enamel kebagian dalam gigi.terjadi
baik pada area singulum (dens invaginatus) atau pada tepi insisal ( dens in dente)
mahkota gigi.
Dens Evaginatus : hasil dari pertumbuhan enamel organ kebagian luar gigi. Insisivus
lateral sering terjadi.
Dens
Evaginatus
ANOMALI STRUKTUR GIGI

Anomali perkembangan struktur gigi dapat melibatkan enamel gigi, dentin, pulpa,
sementum, atau kombinasi dari jaringan-jaringan ini.

Radiografi tetap penting dalam penilaian manifestasi fenotipik dan


perencanaan utk perawatan estetika.
enamel Enamel Hypoplasia
Amelogenesis Imperfecta
Hypoplastic Amelogenesis
Anomali struktur jaringan gigi Imperfecta
Hypomaturation
dentin Dentinogenesis Amelogenesis Imperfecta
Imperfecta Hypocalcified
Radicular Dentin Amelogenesis Imperfecta
Odontodysplasia Dysplasia
Coronal Dentin
Dysplasia
Enamel hypoplasia : penyebabnya termsk inflamasi dari gigi sulung dan gigi permanen
yang mengalami infeksi local, trauma atau terkena radiasi pada saat anak-anak.
Amelogenesis Imperfecta : suatu kelainan formasi dari enamel atau permukaan luar
gigi permanen yang diturunkan.
I. Hipoplastik Amelogenesis Imperfecta email mahkota gigi pucat, coklat
kekuningan, berlubang-lubang/beralur.
II. Hipomaturasi Amelogenesis Imperfecta email cukup banyak tetapi lunak dan
kurang mineral.
III. Hipokalsifikasi Amelogenesis Imperfecta email lunak, menyebabkan dentin
terbuka, warna gigi seperti madu
Dentinogenesis Imperfecta : kelainan genetik tahap histodiferensiasi. Mahkota gigi
secara umum normal, tetapi terjadi pengerutan dibagian servical.
Radicular Dentin Displasia : rootless tooth
Coronal Dentin Displasia : mirip dengan dentinogenesis imperfecta,tetapi gigi
permanen warna normal dan secara radiografi perluasan apical diruang pulpa.
Odontodisplasia : etiologinya blm jelas bisa terjadi pada gigi sulung ataupun permanen.
ERUPSI DAN IMPAKSI PADA GIGI
• Radiografi mempunyai peranan penting dalam menentukan erupsi gigi
normal, sehubungan dengan posisi dan urutan waktu erupsi gigi.

• Terutama pada pasien yg giginya tidak terdeteksi secara klinis, seperti erupsi
yg tertunda atau impaksi.
 Radiografi panoramik dapat melihat dan menilai kasus erupsi prematur pada
gigi permanen yang disebabkan oleh premature loss gigi susu.
 karies gigi erupsi prematur gigi penggantinya.
 erupsi prematur yang meliputi seluruh gigi biasanya berhubungan dengan
Sindrom Proteus.
Erupsi Prematur

Natal teeth Sindrom


pachyonychia
 Erupsi prematur pada gigi susu : congenita
Sindrom
Neonatal teeth Hallerman-Streiff
Sindrom
Wiedmann
Rautenstrauch
Erupsi Terhambat

 ketika ada gangguan sistemik, gigi yang terhambat untuk erupsi akan tidak
mendapatkan kemampuan untuk erupsi.
 Panoramik/ foto intraoral membantu evaluasi erupsi gigi yang
terhambat.
 Fibromatosis gingiva jaringan ikat gingiva hiperplastik menghambat
dan menyamarkan erupsi.
Multiple unerupted regular permanent and supernumerary teeth in patient having
cleidocranial dysplasia
Bayi dengan berat badan kurang
Anak-anak yang terinfeksi HIV
Erupsi terhambat
Sindrom Silver-Russel
Sindrom Kabuki

osteopetrosis
pycnodysostosis
Gigi Impaksi

 Gigi impaksi gigi yang terhambat jalan erupsinya, lebih sering terjadi pada gigi molar ketiga
rahang bawah dan gigi caninus rahang atas.

Bisa terjadi karena gigi yang berjejal, kekurangan ruangan untuk gigi erupsi setelah
kehilangan gigi sulung yang prematur, atau jalan erupsi yang salah.
IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA

 Menurut Winter, klasifikasi impaksi Molar ketiga adalah berdasarkan posisinya, dibagi menjadi :

Horizontal
mesioangular
impaction
Vertical impaction

distoangular
Mesioangular molar ketiga pada mandibula terletak miring pada tulang, dengan
mahkota gigi miring kearah mesial, biasanya berkontak dengan permukaan distal gigi molar
kedua.
Distoangular molar ketiga pada mandibula terletak miring pada tulang, dengan
mahkota miring jauh kearah ramus, akar berbatasan dengan akar distal molar kedua.
Impaksi vertical molar ketiga dalam angulasi normal, tetapi tidak dapat erupsi karena
berada dalam ramus anterior atau berada didistal gigi molar kedua.
Impaksi horizontal posisi molar ketiga secara horizontal dalam mandibula dan mahkota
gigi kearah distal molar kedua.
mesioangular Vertical impaksi

Horizontal
distoangular
impaksi
Radiografi panoramik mesiodistal/posisi vertical

tetapi tidak posisi dan angulasi


bukolingual
IMPAKSI GIGI CANINUS

Impaksi gigi caninus permanen terjadi pada 1-2% populasi, dimana lokasinya pun
berbeda pada tiap individu.
Hubungan gigi yg impaksi dengan gigi normal yg erupsi, terutama pada posisi
mahkota dan akar gigi yg impaksi Dibagian
palatal
Dibagian
fasial
Pada maxilla anterior radiografi panoramik

posisi fasio-palatal gigi impaksi dapat terlihat


Impaksi gigi molar
kedua
Impaksi gigi incisor

Impaksi gigi premolar

Anda mungkin juga menyukai