Anda di halaman 1dari 42

Tutorial Skenario 4 Blok 9

Tutorial 1B
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan :
1. Etiologi dan Faktor Predisposisi
2. Patogenesis Batu Saluran Kemih & Jenis-jenis batu
3. Patofisiologi
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Tatalaksana
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Gangguan Aliran Urine Gangguan Metabolik

ETIOLOGI

Infeksi Saluran Kemih Dehidrasi


ADA 2 FAKTOR

INTRINSIK EKSTRINSIK
FAKTOR INTRINSIK
• Hereditas  Diturunkan dari orang tuanya
• Umur  paling sering didapat pada usia 30-50
tahun
• Jenis Kelamin  Jumlah pasien laki-laki tiga kali
lebih banyak dari pasien perempuan
FAKTOR EKSTRINSIK
• Letak Geografi
• Iklim dan Temperatur
• Asupan air  kurangnya asupan air & tingginya kadar mineral
kalsium  batu saluran kemih
• Diet
• Pekerjaan Dijumpai pada orang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang beraktifitas
FAKTOR PREDISPOSISI
JENIS KELAMIN
• Pasien dengan batu ginjal umumnya terjadi pada laki-
laki 70-81% dibandingkan dengan perempuan 47-60%,
• salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan
kadar hormon testosteron dan penurunan kadar
hormon estrogen pada laki-laki dalam pembentukan
batu (Vijaya, et al., 2013).
• Selain itu, perempuan memiliki faktor inhibitor seperti
sitrat secara alami dan pengeluaran kalsium
dibandingkan laki laki (NIH 1998-2005 dalam Colella, et
al., 2005; Heller, et al., 2002)
UMUR
• Batu ginjal banyak terjadi pada usia dewasa
dibanding usia tua, namun bila dibandingkan
dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih
sering terjadi (Portis & Sundaram, 2001).
• Rata-rata pasien batu ginjal berumur 19-45
tahun.
(Colella, et al.,2005; Fwu, et al., 2013; Wumaner, et
al., 2014).
KETURUNAN
• Pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan batu ginjal
ada kemungkinan membantu dalam proses pembentukan
batu saluran kemih pada pasien (25%)
• hal ini mungkin disebabkan karena adanya peningkatan
produksi jumlah mucoprotein pada ginjal atau kandung
kemih yang dapat membentuk kristal dan membentuk
menjadi batu atau calculi (Colella, et al., 2005).
CAIRAN
• Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari,
kurangnya intake cairan inilah yang menjadi penyebab utama
terjadinya batu ginjal khususnya nefrolithiasis karena hal ini
dapat menyebabkan berkurangnya volume urin (Domingos &
Serra, 2011).
• Asupan cairan yang kurang dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden
batu ginjal (Purnomo, 2012).
• Kemungkinan lain yang menjadi penyebab kurangnya volume
urin adalah diare kronik yang mengakibatkan kehilangan
banyak cairan dari saluran gastrointestinal dan kehilangan
cairan yang berasal dari keringat berlebih atau evaporasi dari
paru-paru atau jaringan terbuka. (Colella, et al., 2005).
MAKANAN
• Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat
yang dapat ditemukan pada teh, kopi instan,
minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk
sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama
bayam dapat menjadi penyebab terjadinya
batu (Brunner & Suddart, 2015).
• Selain itu, lemak, protein, gula, karbohidrat
yang tidak bersih, ascorbic acid (vitamin C)
juga dapat memacu pembentukan batu
(Colella, et al., 2005; Purnomo, 2012).
PEKERJAAN
• Pekerjaan yang menuntut untuk
bekerja di lingkungan yang bersuhu
tinggi serta intake cairan yang dibatasi
atau terbatas dapat memacu
kehilangan banyak cairan dan
merupakan resiko terbesar dalam
proses pembentukan batu karena
adanya penurunan jumlah volume urin
(Colella, et al., 2005).
PATOGENESIS BATU SALURAN KEMIH
JENIS-JENIS BATU SALURAN KEMIH
BATU KALSIUM
• Paling banyak dijumpai, kurang
lebih 70 - 80% dari seluruh batu
saluran kemih.
• Kandungannya terdiri dari
kalsium oksalat, fosfat, atau
campuran dari kedua batu.
BATU STRUVIT
• Disebut Batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman infeksi ini adalah
golongan pemecahan urea.
BATU ASAM URAT
• Merupakan 5-10 % dari seluruh batu
saluran kemih.
• Diantara 75-80% batu asam urat
terdiri atas asam urat murni dan
sisanya merupakan campuran kalsium
oksalat.
FAKTOR MEMPENGARUHI
• Urin yang terlalu asam <6
• Volume urin yang jumlah sedikit
• Kadar asam urat yang tinggi
BATU GINJAL
• Terbentuk pada tubuli ginjal, berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal.
• Batu yang tidak terlalu besar didorong
oleh peristaltik otot-otot sistem
pelvikalises dan turun ke ureter  batu
ureter.
BATU URETER
• Batu yang terletak pada ureter
dapat menimbulkan obstruksi
saluran kemih.
• Obstruksi di ureter menimbulkan
hidroureter dan hidronefrosis.
• Jika disertai infeksi, dapat terjadi
gagal ginjal .
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
• USG adalah kepanjangan dari
Ultrasonography yang artinya adalah
alat yang prinsip dasarnya
menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi yang tidak dapat
didengar oleh telinga kita.
RONTGEN
• Rontgen adalah tindakan
menggunakan radiasi untuk
mengambil gambar bagian
dalam dari tubuh.
CT SCAN
• CT Scan adalah singkatan dari Computerized Tomography
Scan, suatu alat pencitraan atau prosedur medis untuk
menggambarkan bagian-bagian tubuh tertentu
menggunakan bantuan sinar-X khusus.
Intravenous Urethrography
• Intravenous Urethrography (IVU) merupakan
suatu pemeriksaan secara radiologi dari
saluran perkemihan dengan menggunakan
media kontras positif yang disuntikkan melalui
pembuluh darah vena.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan adanya batu di
saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu
Urinalisis (Analisis Urin)
• Pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan
kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
• Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan
nitrit.
Penilaian urin
Makroskopik: warna, kekeruhan, Berat jernih, pH
Mikroskopik: sel, cast, kristal, bakteria, ragi, parasit.
• Urin 24 jam
Untuk mengetahui kadar pH urin, kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin yang mungkin
meningkat.
1. Pertama, buang air kecil setelah bangun di pagi hari. (Midstream)
2. Kemudian pengumpulan urin dilakukan ke dalam wadah khusus selama 24 jam.
3. Wadah disimpan kedalam lemari es atau tempat yang dingin selama periode koleksi.
4. Wadah diberi label dengan nama , tanggal, dan waktu pengambilan.
Cara pengambilan urin pada neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture/aspiration)
Jika pH asam maka akan meningkatkan sistin dan batu asam urat.
Jika pH basa maka dapat meningkatkan magnesium, fosfat amonium (batu kalsium fosfat
• Kultur Urin
Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea seperti Stapilococus aureus, Proteus, Klebsiela,
Pseudomonas.
• Kadar Klorida, Bikarbonat serum, serta PTH
• Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan
terjadinya asidosis tubulus ginjal.
• Hormon Paratiroid : ↗ jika ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorpsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
PEMERIKSAAN DARAH
• Darah lengkap: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, Laju endap darah (LED)
• Faal ginjal: BUN dan kreatinin serum. Bertujuan untuk mencari kemungkinan
penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani
pemeriksaan foto IVP.
• Kadar elektrolit: Untuk mencari faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih (antara lain kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam darah
maupun urine).
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
• Opioid analgesik:Morphine sulphate,
Oxycodone dan acetaminophen→
penghilang rasa nyeri.
• Diuretik : tiazid → meningkatkan volume
urin
• Antibiotik
NON MEDIKAMENTOSA
• ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
• Ureteroscope (URS)
• Percutaneous Nepholithotomy (PCNL)
• Open surgery
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Ureteroscope (URS)
Percutaneous Nepholithotomy (PCNL)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper, Fauci et all. Harrison: Principle Internal Medicine Ed. 19: Nephrolithiasis. McGraw-Hill
Education. 2015.
2. Moe O. Kidney Stones: Pathophysiology and Medical Management. The Lancet Journal. 2006; 367:
333–44 http://emed.chris-barton.com/PDF/kidney%20stones%20pathophys%20and%20rx.pdf
diakses tanggal 23 Desember 2017.
3. Sudoyo. AW, Setyohadi. B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2014
4. Purnomo. B, Dasar-Dasar Urologi Edisi II. Fakultas Kedokteran Univ. Brawijaya. Malang. 2003

Anda mungkin juga menyukai