FK UPN Veteran Jakarta Pendahuluan • Pemeriksaan hemoglobin glikosilat (HbA1C) merupakan salah satu pemeriksaan untuk memantau kadar glukosa darah pada penderita penyakit diabetes mellitus. • Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, fungsi insulin atau kedua- duanya. Kriteria diagnostik diabetes mellitus (DM) • Kriteria dignostik DM adalah salah satu dari kriteria berikut setelah dikonfirmasi pada waktu yang lain : • 1) adanya gejala diabetes ditambah dengan kadar glukosa sewaktu > 200 mg/dL. • 2) Kadar glukosa puasa > 126 mg/dL, atau • 3) Oral glukosa tolerance test dengan 2 jam post prandial > 200 mg/dL • Untuk memantau bahwa perubahan kadar glukosa darah sehari-harinya terkendali, tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial • Untuk memantau dan mengontrol kadar glukosa darah ini selama jangka waktu yang cukup panjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin glikosilat (test HbA1C). Hemoglobin glikosilat (HbA1C) atau gliko-Hb (GHb) • Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA (97%), HbA2 (2.5%), HbF (0.5%). • HbA mengandung HbA1 yang terdiri dari HbA1A ( < 1%), HbA1B (<2%) dan HbA1C (3%) • HbA1C (3%) yang merupakan bagian terbesar dari HbA1 (+ 80%) yang terletak di rantai . • Sekitar 5% HbA mengalami glikosilasi. Kadar HbA1C meningkat 2 sampai 3 kali pada penderita diabetes mellitus • • Glukosa di serum dengan cepat segera berikatan dengan hemoglobin pada N terminal valine membentuk ikatan labil yang disebut aldimine (Schiff base).
• Aldimine akan berubah menjadi
hemoglobin glikosilat (ketoamine), melalui rearrangement Amadori. Reaksi pembentukan Hb glikosilat berlangsung lambat. Prinsip reaksi
HbA-val-NH2 + Glukosa Aldimine
(Unstable Schiff Base)
Aldimine HbA1C ketoamine
amadori rearrangement Proses perubahan menjadi (HbA1C) berlangsung lambat • Jumlah atau kadar ketoamine yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa darah. • Ikatan glukosa-Hb menetap selama eritrosit itu hidup ( umur RBC normal : 120 hari) • interpretasi kadar HbA1C didasarkan asumsi masa hidup eritrosit normal HbA1C saat ini menggambarkan kadar glukosa darah rata-rata 2 – 3 bulan yang lalu. Nilai Hb glikosilat lebih rendah / menurun • perdarahan kronik (chronic blood loss), • anemia hemolitik, • atau kelainan lain dimana umur eritrosit memendek, • kehamilan, • gagal ginjal kronik dengan atau tanpa dialisis ginjal. nilai HbA1C dipengaruhi oleh faktor
• kadar glukosa darah ,
• umur eritrosit, • jumlah eritrosit. • jenis Hb • jenis Hb, seperti HbF, HbS, HbC, tergantung dari metoda pemeriksaannya. (metoda ion exchange resin kadar HbF meningkatkan kadar HbA1 (anak <2 tahun) dan penderita hemoglobinopati. nilai lebih rendah ditemukan pada sampel mengandung HbS, HbC, dengan metoda affinity chromatography hal ini tidak terjadi). • Bahan pemeriksaan : darah EDTA.
• Waktu pengambilan sampel : sewaktu-
waktu, tidak perlu puasa. Saran : • penderita DM tipe 1 test dilakukan dengan interval 3–4 bulan, • penderita DM tipe 2 dilakukan pada saat diagnosis dan pada interval 6 bulan. • Penyimpanan sampel : stabil selama 7 hari pada suhu 4 C. • Sebelum pemeriksaan darah EDTA dijadikan hemolisat terlebih dahulu • Interpretasi tergantung metoda yang digunakan. • Nilai normal dengan metoda affinitas column chromatography : 4 – 7%. Tidak dipengaruhi oleh umur Interpretasi klinik.
• 4.5 – 7.0% : diabetes terkontrol baik
• > 8.0% : diabetes tidak terkontrol dengan baik Metoda pemeriksaan :
berdasarkan perbedaan muatan listrik antara
Hb glikosilat dengan Hb non glikosilat. : • cation exchange chromatography electrophoresis iso-electric focusing high-performance liquid chromatography berdasarkan perbedaan struktur gliko Hb dengan non gliko Hb. affinity chromatography Immunoassay, Hb glikosilat dapat digunakan untuk : 1) mengontrol diabetes mellitus 2) memprediksi progesivitas retinopati, 3) mengevaluasi risiko fetus pada wanita dengan DM tipe 2 yang menjadi hamil (gestational diabetes).
• tidak untuk menetapkan diagnoasa DM
• tidak dianjurkan (tidak bermanfaat) bila dilakukan lebih sering dari interval 4-6 minggu. Fruktosamin test • Glukosa juga berikatan dengan protein- protein lainnya termasuk dengan albumin serum, pada peptida N terminal membentuk peptida glikosilat (glycosylated peptides). • Ikatan dengan albumin membentuk “albumin terglikosilasi” (gycosylated form of serum albumin) yang stabil • kadarnya meningkat sebanding dengan peningkatan kadar glukosa darah • Albumin serum mempunyai masa paruh sekitar 19 hari (eritrosit 120 hari), albumin glikosilat di sirkulasi darah waktunya pendek. • untuk memonitor kadar glukosa darah rata-rata untuk jangka waktu < 3 bulan. • Seperti halnya test HbA1C, fruktosamin juga tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring terhadap DM. • Sebagai bahan sampel : serum, bila tidak dapat segera diperiksa disimpan di lemari pendingin. • Nilai normal bervariasi tergantung pada metoda pemeriksaan yang digunakan. Pada orang non diabetik : 1.5 – 2.7 mmol/L, pada penderita DM : 2.0 mmol/L - > 5.0 mmol/L. • Metoda pemeriksaan dengan kolorimetri atau chromatography. Prinsip Pemeriksaan Glikohemoglobin • Darah lengkap dilisiskan dengan reagen pelisis (lysing agent) terbentuk hemolisat. • Hemolisat (HbAo) diikat oleh reagen resin sedangkan HbA1C tidak berikatan dengan resin. • Resin-HbAo dipisahkan dari HbA1C yang ada dalam supernatan. • % glyco Hb dari Hb total ditetapkan dengan mengukur absorben gliko-Hb dan Hb total pada 415 nm. Prosedur Pemeriksaan • Tahap pertama : hemolisis. sampel (100 uL) + lar. pelisis (500 uL) diinkubasi 5 menit hemolisat • Tahap kedua : menetapkan kadar HbA 1C hemolisat + reagen resin, campur, inkubasi 5’ 2 lapisan. supernatan dipisahkan dari lapisan dibawahnya. ukur kadar HbA1C pada 415 nm. Prosedur Pemeriksaan (lanjutan)
• Tahap ketiga : menetapkan kadar Hb total.
Hemolisat (20 uL) + aquades (5 mL) periksa pada 415 nm, kadar Hb total. Kadar HbA1C (glycohemoglobin ) dalam sampel dinyatakan dalam (%)