Anda di halaman 1dari 44

YANI FAJAR WIRAWAN

NIM ; 10.03.2.149.0210
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
MENINGITIS
Struktur dan FungsiSistem persarafan terdiri dari sel-sel
saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang yang
disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan
medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan
susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan dari sistem
saraf pusat.
Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan
kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga
tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima
oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal
maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan
menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap
seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan
berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai
kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya
maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
 Sel Saraf (Neuron) :Merupakan sel tubuh yang berfungsi
mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik. Neuron
merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang
mempunyai sifat exitability artinya siap memberi respon saat
terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel disebut
soma yang mempunyai satu atau lebih tonjolan disebut
dendrit.
 Jaringan Penunjang: jaringan penunjang saraf terdiri atas
neuroglia. Neuroglia adalah sel-sel penyokong untuk neuron-
neuron SSP, merupakan 40% dari volume otak dan medulla
spinalis. Jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar 10 berbanding satu. Ada empat jenis sel
neuroglia yaitu: mikroglia, epindima, astrogalia, dan
oligodendroglia
 Sistem Saraf Pusat : Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
medula spinalis. SSP dibungkus oleh selaput meningen yang
berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis dari
benturan atau trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan
1. Dura meter : membran putih tebal dan kasar yang
menutupi seluruh otak dan medula spinalis. Dura
meter terdiri dari 2 lapisan yang berfusi menjadi
satu kecuali di dalam tengkorak tempat lapisan luar
melekat pada tulang dan tempat terdapat sinus
venosus. Falx cerebri adalah lipatan vertikal dura
meter yang memisahkan kedua hemisfer serebri di
garis tengah. tentoriu,m adalah bagian horisontal
dura meter yang memisahkan lobus oksipital
dengan cerebellum.
2. Membran araknoidea : membran halus yang
pada tempat tertentu berfusi dengan pia
meter, dan pada tempat lain terpisah dari
pia meter oleh ruang sub araknoid, yang
berisi CSS. Cisterna magna adalah bagian
ruang sub araknoid yang besar pada bagian
belakang tak bawah, menempati celah
antara serebelum dan medulla oblongata.
3. Pia meter : membran halus yang melekat
pada seluruh permukaan otak dan medulla
spinalis. Leptomeningen adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan pia dan
araknoid sebagai suatu kesatuan.
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam
maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori .
Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory
Pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf
perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat
medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya
menentukan jawaban atau respon.
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf
motorik ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau
modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut
juga Efferent Motorik Pathway.
 Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
 Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,
biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus) (Long, 1996).
 Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang
yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat
yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superficial.(neorologi kapita
selekta,1996).
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain
: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
 Bacterial meningitis
disebabkan oleh bakteri tertentu dan
merupakan penyakit yang serius. Salah satu
bakterinya adalah meningococcal bacteria.
 Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau
kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang
menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke
organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat fatal
dan menyebabkan kematian
 Meningitis Tuberkulosis Generalisata
 Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah-
muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik
turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum,
abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.
 Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian
hominis.
 Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,
radiologi, test tuberkulin
 Meningitis Purulenta
 Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang
terus-menerus, kaku kuduk,kesadaran menurun, mual
dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum,
rasa nyeri pada punggung serta sendi.
 Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria
meningitidis(meningokok),Stretococcus haemolyticus,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.
 Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen
bakteri pada cairan otak, darah tepi,elektrolit darah,
biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik,
pemeriksaan EEG.
 Viral meningitis
termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip
dengan sakit flu biasa, dan umumnya si
penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim
panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Banyak
virusyang bisa menyebabkan viral meningitis.
Antara lain virus herpes dan virus penyebab
flu.
 Meningitis Kriptikokus
 adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa
masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang
kering.
 Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4
di bawah 100.
 Diagnosis
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen
(sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus.
 Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan.
1. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang
sama. Tes biakan
2. membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan
hasil positif. Cairan
3. sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai
dengan tinta India.
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal
pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan
 Komplikasi yang bisa terjadi adalah :
 Gangguan pembekuan darah
 Syok septic
 Demam yang memanjang
 Kejang
 Gangguan mental
 Gangguan belajar
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
Otak dan medula spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu
pada bagian paling luar adalah durameter, bagian tengah araknoid, dan
bagian dalam piameter. Cairan otak dihasilkan didalam pleksus choroid
ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam system
ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi
melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan
subarchnoid.
Organisme (virus/bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melalui aliran darah didalam pembuluh darah
otak. Cairan hidung (secret hidung) atau secret telinga yang disebabkan
oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan kecairan otak melalui
ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak
dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik kecranial
maupun kesaraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran
neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan
aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus
I. Identitas
 Nama :Tn.K
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Umur : 35 th
 Status perkawinan : Menikah
 Pendidikan : SMA
 Suku/Bangsa : INDONESIA
 Alamat : Jl. Pemuda no. 201
 Pekerjaan : Jukir
 Tanggal MRS : 5 april 2012
 Sumber informasi : klien
Keluhan utama : demam mengigil
Riwayat keperawatan :
RPS : P: Px mengeluh demam menggigil yang sudah
dirasakan seminggu yang lalu sehingga pada
tanggal 5 april 2012 di bawa ke Rs
Q : Suhu Px mencapai 38,50C
R : Rasa sakit di rasakan pada seluruh tubuh
S : Px terlihat malaise dan mengalami kejang
sehingga aktivitasnya terganggu
T : demam meningkat saat malam hari
RPD : Pasien pernah mengalami penyakit ISPA
RPK : Ibu pasien pernah mengalami penyakit TB
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Malaise,Kesadaran menurun,Tampak lemah
Gelisah,kejang

TTV : TD : 140/100 mmHg


N : 65 x/mnt
S : 38,5°C
RR : 22x/mnt
 Foto fobia
 Ketulian
 Delirium
 Pupil anisokor
 Afasia
 Hiper algesia
B1 (Breathing)
- peningkatan kerja pernafasan
- adanya PCH
- suara nafas ronkhi
- RR : 22x/ mnt
B2 (Blood)
- TD : 140/100 mmHg
- N : 65 x/mnt
- sianosis
B3 (Brain)
- Sakit kepala
- Delirium
- Gg penglihatan
- Fotofobia
- Ketulian
- Afasia
- Pupil anisokor
B4 (bladder)
- Inkontinensi atau retensi urin
- BAK mengalami penurunan
input : 1500cc
output : 1000cc
- Warna urin kuning
B5 (bowel)
- Anoreksia
- sulit menelan
- Muntah
- turgor kulit jelek
- membran mukosa kering.
B6 (Bone)
 Pergerakan sendi terbatas
 Kekuatan otot skala 2-2, 2-2
 Kelainan ekstremitas : tidak
 Kelainan tulang belakang : tidak
 Fraktur : tidak
 Traksi / spalk /gips : tidak
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Ds : Gangguan
- Klien mengeluh sakit kepala Invasi pada N. olfaktorius perfusi jaringan
Do:
Permeabilitas vaskuler
- Keadaan umum
 Klien tampak pucat dan lemah
meningkat
- Pemeriksaan fisik
 TTV Transudasi
S : 38,5ᴼC
N : 60x/menit Edema serebri
TD : 130/90 mmHg
RR : 28 x/menit Peningkatan volume tengkorak
 Kesadaran Delirium E=3 V=3
M=2 (8) Peningkatan TIK
- Pemeriksaan Penunjang
 Pungsi Lumbal : TIK 25 mmHg Vasospasme pembuluh darah
 Pemeriksaan Darah
Leukosit : 12.100/ µl
Kadar Hb : 12 g/dl edema serebri
Glukosa darah : 4,5 ml
Protein darah : 74 g/L Sirkulasi terhenti
Kultur : Bakteri Haemophilus
Influenza (+) MK: GANGGUAN PERFUSI
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : resiko injuri
Keluarga klien mengatakan klien
mengalami sakit kepala
DO :
• keadaan Umum :
Lemah, muntah,demam,aktivitas
terbatas
 TTV
S : 38,5ᴼC
N : 60x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 28 x/menit
•Pemeriksaan Penunjang :
Pex. Kultur, CT-Scan,rongsen
kepala, dll
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan
kejang
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Hari/Tg No. Diagnosa Intervensi Rasional
l
Kamis, 5 Diagnosa 1 1. Anjurkan Pasien 1. Perubahan pada tekanan
April Tujuan : BRT dengan intakranial akan dapat
2012 Setelah dilakukan posisi tidur meyebabkan resiko untuk
tindakan keperawatan terlentang tanpa terjadinya herniasi otak
selama 3 x 24 jam bantal 2. Dapat mengurangi kerusakan
pasien menunjukan 2. Monitor tanda- otak lebih lanjt
keadaan status tanda status 3. hipertermi dapat menyebabkan
neurologis yang neurologis peningkatan IWL dan
membaik dengan GCS. meningkatkan resiko dehidrasi
3. Monitor intake terutama pada pasien yang tidak
KH : dan output sadra, nausea yang menurunkan
•TTV dalam batas 4. KolaborasiBerika intake per oral
normal yaitu 110 /70 - n cairan perinfus 4. Meminimalkan fluktuasi pada
120 /80 mmHg dengan perhatian beban vaskuler dan tekanan
•Kesadaran pasien ketat. intrakranial, vetriksi cairan dan
meningkat GCS 4-5 5. Monitor AGD cairan dapat menurunkan edema
•Pasien dapat bila diperlukan cerebral
menggerakkan tangan pemberian 5. Adanya kemungkinan asidosis
sesuai perintah oksigen disertai dengan pelepasan
•Adanya peningkatan 6. Berikan terapi oksigen pada tingkat sel dapat
kognitif dan tidak ada sesuai advis menyebabkan terjadinya
atau hilangnya tanda- dokter seperti: iskhemik serebral
Hari/Tgl No. Diagnosa jam Implementasi TTD
Kamis 5 Diagnosa 1 07.00 1. Menganjurkan Pasien BRT
april dengan posisi tidur terlentang
2012 tanpa bantal
2. Memonitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
3. Memonitor intake dan output
4. BerkolaborasiBerikan cairan
perinfus dengan perhatian
ketat.
5. Memonitor AGD bila
diperlukan pemberian oksigen
6. Memberikan terapi sesuai
advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika.
Hari/Tgl No Diagnosa Evaluasi TTD
Jumat 6 april Diagnosa 1 S : klien mengatakan aktifitas lebih baik
2012
O : - klien terlihat rileks
- mukosa bibir klien basah
- turgor kulit klien lembab
- pergerakan klien bebas
- TD pasien kembali normal 120/80
mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Har No. Intervensi Rasional
i/Tg Diagnosa
l
Ka Diagnosa 2 1. Independentmonitor 1. Gambaran tribalitas sistem saraf
mis Tujuan : kejang pada tangan, pusat memerlukan evaluasi yang
5 Pasien bebas kaki, mulut dan otot- sesuai dengan intervensi yang
dari injuri otot muka lainnya tepat untuk mencegah terjadinya
apri
yang 2. Persiapkan lingkungan komplikasi.
l
disebabkan yang aman seperti 2. Melindungi pasien bila terjadi
201 oleh kejang batasan ranjang, papan kejang dan Mengurangi resiko
2 dan pengaman, dan alat jatuh / terluka jika vertigo,
penurunan suction selalu berada sincope, dan ataksia
kesadaran dekat pasien. 3. Untuk mencegah atau
3. Pertahankan BRT mengurangi kejang dan
KH : selama fase akut Phenobarbital dapat
•cidera menyebabkan respiratorius
berkurang, depresi dan sedasi.
Hari/Tgl No. Diagnosa jam Implementasi TTD
Kamis 5 Diagnosa 2 07.00 1. Mengindependent monitor
april kejang pada tangan, kaki,
2012 mulut dan otot-otot muka
lainnya
2. Mempersiapkan lingkungan
yang aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada
dekat pasien.
3. Mempertahankan bedrest total
selama fae akut
Hari/Tgl No Diagnosa Evaluasi TTD
Jumat 6 april Diagnosa 2 S : - keluarga klien mengatakan
2012 suhu tubuh menurun
- keluarga klien mengatakan
kesehatan klien berangsur-
angsur membaik
O : - tidak ada tanda-tanda kejang
- klien terlihat tenang
- klien terlihat lebih segar
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Meningitis
Sub Pokok Bahasan : Perawatan Meningitis
Waktu : Pkl 07.30 – 08.20
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012
Tempat : Aula RSNU Tuban
Sasaran : Klien dan keluarga di RSNU Tuban
Penyuluh : Mahasiswa STIKES NU Tuban semester 4
----------------------------------------------------------------------------------------------
-
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
 Setelah mendapat penyuluhan tentang meningitis selama 30 menit, diharapkan
peserta mengerti tentang perawatan pada pasien meningitis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
 Menjelaskan tentang pengertian meningitis
 Menjelaskan tentang penyebab meningitis
 Menyebutkan tanda dan gejala meningitis
 Menyebutkan pencegahan meningitis
 Menjelaskan penatalaksanaan meningitis
B. Metode belajar
– Ceramah
– Tanya jawab
– Brain storming

C. Alat dan Media


– Laptop dan LCD
– Leaflet
– Flipchart
No Kegiatan Respon Peserta Waktu
1. Pembukaan -Membalas salam 5 Menit
-Perkenalan/salam -Memperhatikan
-Penyampaian Tujuan
2. a) Penyampaian materi, tentang: Pengertian, - Memperhatikan 30 menit
penyebab, tanda gejala, pencegahan, dan penjelasan dan
penatalaksanaan pada pasien meningitis. demonstrasi dengan
b) Pemberian kesempatan pada peserta cermat
penyuluhan untuk bertanya. - Menanyakan hal yang
c) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan belum jelas
yang berkaitan dengan materi. - Memperhatikan
jawaban penyuluh

3. Penutup Menjawab salam 10 Menit


-Tanya jawab (evaluasi)
-Menyimpulkan hasil materi
-Mengakhiri kegiatan
-Mengucapkan salam
-Membagikan leaflet
• Pembimbing : 1.
2.
• Moderator :
Job Description :
- Membuka dan menutup kegiatan
- Membuat susunan acara dengan jelas
• Penyaji :
Job Description :
- Menyampaikan materi penyuluhan
• Observer :
Job Description :
-Mengobservasi jalannya kegiatan
• Fasilitator : 1.
2.
3.
Job Description :
-Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
-Memotivasi audience untuk bertanya
-Menjawab pertanyaan audience
• Evaluasi struktur
 Klien dan keluarga di RSNU Tuban
 Penyelenggaraan penyuluhan di aula RSNU Tuban.
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa STIKES NU
semester 4.
 Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum Penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan
Penyuluhan.
• Evaluasi proses
– Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
– Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai.
– Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
– Peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
• Evaluasi hasil
 Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian meningitis
 Peserta mampu menjelaskan tentang penyebab meningitis
 Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala meningitis
 Peserta mampu menyebutkan pencegahan meningitis
 Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan meningitis
MATERI PENYULUHAN

 Pengertian  Tanda dan gejala


Meningitis adalah  Demam
peradangan pada membran  Mudah kesal
(meninges) disekitar otak  Sembelit
dan tulang belakang,  Muntah-muntah.
biasanya infeksi penyakit ini  Kaku pada leher
menyebar.  Kejang
 Penyebab  Sensitif terhadap cahaya
Disebabkan oleh bakteri/kuman  Kebingungan atau sulit
pneumococcus, Meningococcus, konsentrasi
Hemophilus influenza,
Staphylococcus, E.coli, Salmonella.
 Tn.K MRS pada tanggal 5 april 2012 dengan
keluhan demam menggigil , malaise, aktivitas
terbatas, ataksia,gerakan involunter, kelemahan ,
hipotonia, riwayat endokarditis, TD meningkat,
nadi menurun, inkontinensia/ retensi urine,
anoreksia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit
jelek, mukosa kering,sakit kepala,kehilangan
sensasi,hiperalgesia meningkat,rasa nyeri, kejang ,
foto fobia, ketulian, delirium, afasia, pupil
anisokor.
Pada pemeriksaan diagnostik TIK meningkat,
cairan keruh atau berkabut, leukosit dan protein
meningkat,glukosa menurun, kultur(-) terhadap
beberapa jenis bakteri
 Pemeriksaan laboratorium (Analisa cairan ):
cairan keruh atau berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, TIK
meningkat,
 Kultur bakteri: positif terhadap beberapa jenis
bakteri
(pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, strep
tococcus)
Penatalaksanaan secara medis pada meningitis dapat dilakukan dengan
cara diberikan
a) Koreksi gangguan asam basa elektrolit, apabilla terdapat ketidak
seimbangan asam basa dan elektrolit dapt diberikan Cairan intravena
MARTOS-10 Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam Mengandung 400 kcal/L
b) Atasi kejang dapat diatasi dengan, Kortikosteroid.golongan
deksametason 0,6 mg/kgBB/hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum
pemberian antibiotic
c) Antibiotik. Terdiri 2 fase yaitu empiric dan setelah hasil biakan dan uji
resistensi. Pengobatan empiric pada neonates adalah kombinasi ampisilin
dan aminoglikosida atau ampisilin dan sefotaksin. Pada umur 3 bulan –
10 tahun kombinsasi ampisilin dan kloramfenikol atau
sefuroksim/sefotaksim/sefriakson. Pada usia lebih dari 10 tahun
digunakan penislin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi
dan anak 10 – 14 hari.
d) Streptomisin, PAS dan INH. Dapat diberikan diberikan dengan dosis
30-50 mg/kg BB/ hari selama 3 bulan atau jika perlu diteruskan 2 kali
seminggu selama 2-3 bulan lagi, sampai likuor serebrospinalis menjadi
normal. PAS dan INH diteruskan paling sedikit samapi 2 tahun. Umtuk
mengatasi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau muntah.

Anda mungkin juga menyukai