Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Penyebab Difteri Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut menghasilkan toksin/racun yang menyerang selaput lebdir, sistem pernapasan dan kulit Gejala-gejala dari penyakit ini
• Tenggorokan dilapisi selaput tebal
berwarna abu-abu • Radang tenggorokan dan serak • Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher • Masalah pernapasan dan saat menelan • Cairan pada hidung • Demam dan menggigil • Batuk yang keras • Perasaan tidak nyaman • Perubahan pada penglihatan • Bicara yang melantur • Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai : • Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. • Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk. • Sentuhan langsung pada luka (ulkus) akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga. 6 cara menghindari penularanya 1. Memperoleh vaksin untuk imunisasi difteri 2. Mengindari kontak langsung dengan penderita difteri 3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, termasuk mencuci tangan sebelum makan 4. Menjaga stamina tubuh dengan makan-makanan yang bergizi 5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur 6. Segera memeriksakan ke unit pelayanan kesehatan terdekat bila mempunyai keluahan sakit saat menelan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu reaksi peradangan pada paru-paru sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas. Kerusakan jantung. Selain paru-paru, toksin difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan peradangan otot jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak. Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih, paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Paralisis pada diafragma akan membuat pasien tidak bisa bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan atau respirator. Paralisis diagfragma dapat terjadi secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau berminggu-minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri anak-anak yang mengalami komplikasi umumnya dianjurkan untuk tetap di rumah sakit hingga 1,5 bulan. Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal. Pencegahan Difteri dengan Vaksinasi • Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. • Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal. Perawatan dirumah sakit PENGKAJIAN Pengkajian 1. Biodata a. Umur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2- 10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun b. Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin c. Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang. 2. Keluhan Utama : Sesak napas disertai dengan nyeri menelan. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengalami sesak napas disertai dengan nyeri menelan demam ,lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia. 4. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah 5. Riwayat Penyakit Keluarga : Adanya keluarga yang mengalami difteri 6. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola nutrisi dan metabolisme :Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia b. Pola aktivitas : Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam c. Pola istirahat dan tidur : Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur. d. Pola eliminasi : Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia . Pemeriksaan fisik B1 : Breating Adanya pembengkakan kelenjer limfe (Bull’s neck), timbul peradangan pada laring/trakea, suara serak, stridor, sesak napas. B2 : Blood Adanya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis pada jantung menimbulkan miokarditis dengan tanda irama derap, bunyi jantung melemah atau meredup, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda payah jantung. B3 : Brain : Gangguan system motorik menyebabkan paralise. B4 : Bladder : Tidak ada kelainan. B5 : Bowel : Nyeri tenggorokan, sakit saat menelan, anoreksia, tampak kurus, BB cenderung menurun, pucat. B6 : Bone : Bedrest. Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan sekret dan edema kelenjer limfe, laring dan trakea. 2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan faring. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses masuknya kuman dalam tubuh. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 5. Anxietas orang tua Intervensi keperawatan N MASALAH NOC NIC O KEPERAWATAN 1. Domain 4 : Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : fisiologi kompleks aktifitas / istirahat manajmen jalan nafas Kelas K : manajemen Kelas 4 : respon selama 16-30 menit, terapi pernafasan ksrdiovaskuler/pu oksigen dan monitoring 3140 manajemen jalan nafas lmonal tanda-tanda vital diharapkan -Buka jalan nafas , gunakan Diagnosa ketidakefektifan pola nafas teknik chin lift keperawatan teratasi dengan kriteria hasil -Posisikan pasien untuk Ketidakefektifan Domain 2 : kesehatan maxsimalkan ventilasi pola nafas fisiologi -Identifikasi pasien perlunya (00032) Kelas E : kardiopumonary pemasangan alat bantu nafas 0410 status pernafasan buatan Tujuan -Auskultasi suara nafas, catat -041004 frekuensi jika terdapat suara nafas pernafasan (1-3) tambahan -041005 irama pernafsan ( 1- -Monitor respirasi dan status o2 3) - lakukan fisioterapi dada jika perlu -Pertahankan jalan nafas yang paten N MASALAH NOC NIC O KEPERAWATAN 2. Domain 12 : Stelah dilakukan tindakan Domain 1 : Fisisologi dasar kenyamanan keperawatan manajemen Kelas E : Peningkatan Kelas 2 : nyeri selamalebih dari 1 jam kenyamanan fisik kenyamanan fisik diharapakan nyeri akut dapat 1400 : manajemen nyeri Masalah teratasi dengan kriteria hasil : -Lakukan pengakajian nyeri keperawatan Domain 5 : pemahaman secara komprenhensif termasuk nyeri akut lingkungan lokasi, karakteristik, durasi dan (00132) Kelas V : status gejala faktor presipitasi 2102 : level nyeri -Anjurkan untuk istirahat yang -Tujuan : cukup -- 210201 : melaporkan skala -Anjurkan teknik nafas dalam nyeri -Kolaborasi : obat nyeri yang 1605 : kontrol nyeri optimal dengan analgetik -160503 : melakukan langkah pencegahan -6482 : manajemen kenyaman -- 160509 : mengetahui lingkungan gejala nyeri -- atur posisi senyaman -160511 : kendala nyeri mungkin - Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman N MASALAH NOC NIC O KEPERAWATAN 3. Domain 11 : -Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : fisiologi komplek keamanan pengaturan suhu selama 31-45 Kelas M : termoregulasi perlindungan menit diharapkan hipertemi 3900 pengaturan suhu Kelas 6 : dapat teratasi dengan kriteria -Monitor suhu paling tidak termoregulasi hasil : setiap 2 jam, sesuai dx. Kep : Domain II : kesehatan fisiologis kebutuhan Hipertermi Kelas 1 : regulasi metabolik -Monitor suhu dan warna kulit (00007) 0800 termoregulasi -- monitor dan laporkan Tujuan adanya tanda dan gejala dari -080020 penurunan suhu tubuh hipotermia dan hipertemia (1-4) -Sesuaikan suhu lingkungan -080019 hipertermia (1-4) untuk kebutuhan pasien -08003 sakit kepala (1-4) -Monitor tekanan darah, nadi -08007 perubahan warna kulit dan respirasi (1-4) -Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat -.Berikan kompres dengan air hangat pada daerah dahi, axila, lipatan paha. N MASALAH NOC NIC O KEPERAWATAN 4. Domain 2 : nutrisi -Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : fisiologi dasar Kelas 1 : ingesti manajemn nutrisi dan Kelas D : dukungan nutrisi Diganosa manjemen gangguan makan 1100 manajemen nutrisi keperawatan : selama 31-45 menit -Tentukan status gizi pasien Ketidak diharapkan masalah dan kemampuan psien untuk seimbang nutris ketidakseimbangan nutrisi memenuhi kebutuhan gizi kurang dari kurang dari kebutuhan tubuh -Identifikasi adanya alergi atau kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil : toleransi makanan yang dimiliki Domain II : kesehtan fisiologis pasien Kelas K : pencernaan & - Anjurkan makan dalam nuturisi porsi kecil disertai dengan 1004 status nutrisi makanan lunak/lembek. Tujuan 1030 manajemen ganguan Tujuan makanan -100401 asupan gizi (1-4) -Anjurkan kebersihan oral -- 100402 asupan makanan ( sebelum makan. 1-4) -. Monitor asupan kalori -100408 asupan caiiran ( 1-4) makanan harian -100403 energi (1-4) -Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan N MASALAH NOC NIC O KEPERAWATA N 5. Domain 9 : Setelah dilakukan tindakan Domaian 3 :perilaku toleransi stress terjadi pengurangan Kelas T : promosi kenyamanan Kelas 2 : kecemasan selama 31-45 menit psikologis respon koping diharapakan anxietas teratasi 5828 pengurangan kecemasan Anxietas sebagian dengan kriteria hasil : -Gunakan pendekatan yang (00146) domaian 3 : kesehatan menenangkan psikososial -Bantu orang tua pasien Kelas M : kesejahteraan mengintifikasi kecemasan psikososila -Ajarkan teknik relaksasi nafas 1211 : level anxietas dalam 121101: kegelisahan (2-4) -Dukung oarang tua pasien 121105 : gelisah (2-4) untuk mengidentifikasi 121107 : ketegangan wajah (2- mekanisme pertahanan yang 4) sesuai SEKIAN DAN TERIMA KASIH