Anda di halaman 1dari 21

 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA INFARK MIOKARD AKUT

OLEH KELOMPOK 2
D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses


keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang
paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan
yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis
keperawatan. Kegiatan dalam pengkajian adalah
penumpulan data baik subyektif maupun obyektif
dengan tujuan menggali informasi tentang status
kesehatan pasien ( Nikmatur, 2012 ).
Identitas Klien
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku,
agama, nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan
yang berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkungan yang
tidak menyenangkan. Jenis kelamin lebih sering terjadi pada laki
– laki umur 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun
( Shoemarker, 2011 ).
Riwayat Kesehatan
1).Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada,
perut, punggung, atau lambung yang tidak khas, mual atau
pusing, sesak napas dan kesulitan bernapas (Yuniarta, 2011).
2)Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang rasanya tajam
dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar ke
belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri
miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit
tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin ( Yuniarta, 2011 ).

3)Riwayat Penyakit Sekarang


Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang dirasakan lebih
dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri, rahang dan bahu yang disertai
rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing. ( Yuniarta, 2011 ).

4)Riwayat Penyakit Dahulu


Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai riwayat
diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel endotel vaskuler dan
berakibat berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding
pembuluh darah ( Underwood, 2012 ).
5)Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol
darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik
berdasarkan kebiasaan keluarganya ( Yuniarta, 2011 )

6)Riwayat Psikososial
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada
klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan oleh
klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya
pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit infark
miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
perawat ( Yuniarta, 2011 ).
Pemeriksaan Fisik
1).B1 ( Breathing )
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung untuk
mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan ini meliputi :
-Inspeksi bentuk dada
Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk dada
yang biasa ditemukan adalah :
((1)) Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).
((2)) Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung).
((3)) Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).
((4)) Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam).
((5)) Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan pasien.
-Palpasi rongga dada

Tujuannya : melihat adanya kelainan pada thoraks, menyebabkan adanya tanda penyakit paru dengan pemeriksaan
sebagai berikut :

((1)) Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.

((2)) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang

diletakkan pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata – kata.

-Perkusi

Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terakhir dan sebagian falang kedua jari tengah pada
tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung jaritengah kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakan
bersumbu pada pergelangan tangan. Posisi pasien duduk atau berdiri.

-Auskultasi

((1)) Suara napas normal.

((2)) Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea

seperti meniup pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat

inspirasi.

((3)) Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu sternum

atas ( torakal 3-4 ).

((4)) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi

dan ekspirasi sama.


B2 ( Blood )
-Inspeksi : inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan.

-Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada infark miokard akut tanpa
komplikasi biasanya ditemukan.

-Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.

-Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume


sekuncup yang disebabkan infark miokard akut. Bunyi jantung tambahan akibat
kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada infark miokard akut tanpa
komplikasi.
B3 ( Brain )
Pemeriksaan neurosensory
Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun,
duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak. Pengkajian
meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.

B4 ( Bladder )
Output urin merupakan indikator fungsi jantung yang penting. Penuruan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut
untuk menentukan apakan penurunan tersebut merupakan penurunan
produksi urine ( yang terjadi bila perfusi ginjal menurun ) atau karena
ketidakmampuan pasien untuk buang air kecil. Daerah suprapubik harus
diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak
yang menunjukkan kandung kemih yang penuh ( distensi kandung kemih ).
B5 ( Bowel )
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah sakit dan yang terpenting
adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat,
muntah dan penurunan berat badan. Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat
penurunan aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras,
tidak nyeri tekan dan halus. Ini dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 – 60 detik
dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm.

B6 ( Bone )
Pengakajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
-Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan berdebar.
-Keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea noktural paroksimal, nokturia, dan keringat
pada malam hari ).
-Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam pasien tidur dalam 24 jam dan
apakah pasien mengalami sulit tidur dan bagimana perubahannya setelah pasien mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, pasien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur
karena nyeri dada dan sesak napas.
-Aktivitas : kaji aktivitas pasien dirumah atau dirumah sakit. Apakah ada kesenjangan yang berarti
misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas pasien biasanya berubah karena pasien merasa sesak napas
saat beraktivitas.
Diagnosa Keperawatan

Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan
diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :

-Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder kegagalan
fungsi jantung.
-Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri
-Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
-Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
-Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen kebutuhan
oksigen
-Ansietas b.d krisis situsional
-Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurangnya tepapar informasi
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam
alveoli sekunder kegagalan fungsi jantung
N Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI
O
  Tujuan : 1. Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan memaksimalkan ventilasi
selama 3x8 jam maka pertukaran gas 2. Lakukan fisioterapi dada jika
meningkat. perlu
  3. Keluarkan sekret dengan batuk
Kriteria Hasil : efektif
1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi 4. Monitoring respirasi dan status
dan oksigenasi yang adekuat oksigen
2) Memelihara kebersihan paru dan bebas
dari tanda tanda distress pernafasan
3) Tanda – tanda vital dalam rentang normal
TD : 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit RR : 16 – 24
x/menit
Tabel 2.2 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran
arteri

Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI


Tujuan
  : 1Lihat pucat, sianosis, kulit dingin, lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 2Pantau pemasukan haluaran urine.
diharapkan mampu mempertahankan curah jantung adekuat 3Rekam pola EKG secara periodik selama periode serangan dan catat
guna meningkatkan perfusi jaringan otak, paru, ginjal, jantung, adanya disritmia atau perluasan iskemia tau infark miokard.
dan ekstremitas 4Kolaborasi tim medis untuk terapi dan tindakan
Kriteria Hasil : -Anti-disritmia : Lidocaine, Amiodaron ( bila ada indikasi klinis )
1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang -Vasodilator : nitrogliserin ( isosorbid dinitrat/ISDN ), ACE inhibator
diharapkan ( captopril )
2) Tidak ada ortostatik hipertensi -Inotropic : Dopamin atau Dobutamin ( jika tekanan darah turun )
3) Tidak ada tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial -Oksigenasi per nasal kanul atau masker sesuai indikasi
( tidak lebih dari 15 mmHg ) -Pemasangan pacemaker atau kateter Swanganz ( bila ada AV blok komplet
atau total )
-CABG ( Coronary Artery Bypass Grafting ) jika ada indikasi klinis
-PTCA ( Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty ) atau Coronary
Artery Stenting jika ada indikasi klinis
1. Observasi reaksi atau efek terapi, efek samping, toksisitas.
Laporkan kepada dokter bila didapatkan tandatanda toksisitas
2. Hindari respon valsava yang merugikan ( saat BAB ). Atur diet yang
diberikan
3. Pertahankan intake cairan maksimal 2000 ml/24 jam ( bil tidak ada
edema ).
 
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan nyeri akut b.d hipoksia miokard
( oklusi arteri koroner )

N Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI


O
Tujuan
  : 1. Observasi rekasi nonverbal dari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidaknyamanan
selama 3x24 maka kontrol nyeri Meningkat 2. Kontrol lingkungan yang dapat
Kriteria Hasil : mempengaruhi nyeri seperti
1) Keluhan nyeri menurun suhu ruangan, pencahayaan, dan
2) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat kebisingan
3) Kemapuan mengenali onset nyeri 3. Ajarkan tentang teknik non
terkontrol farmakologi
4) Kemampuan menggunakan teknik non- 4. Berikan analgetik untuk
farmakologis mengurangi nyeri
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan
antara suplay
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard

N Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI


O
Tujuan
  : 1. Catat denyut dan ritme jantung, serta perubahan tekanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 darah sebelum, selama, dan setelah aktivitas sesuai
jam diharapkan pasien mampu bertoleransi dengan indikasi. Nyeri dada dan sesak nafas mungkin terjadi.
aktivitas 2. Motivasi pasien untuk melakukan tirah baring. Batasi
Kriteria Hasil : aktivitas yang menyebabkan nyeri dada atau respons
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa jantung yang buruk. Berikan aktivitas pengalihan yang
disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan bersifat nonstres.
RR 3. Instruksikan pasien untuk menghindari peningkatan
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tekanan abdominal, misalnya mengejan saat buang air
(ADLs) secara mandiri besar.
3) Mampu berpindah : dengan atau bantuan alat 4. Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas, misalnya
4) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi bangun untuk pergi ke toilet atau duduk dikursi, ambulasi
adekuat progresif, dan beristirahat setelah makan.
5) Sirkulasi status baik 5. Evaluasi tanda dan gejala yang mencerminkan intoleransi
terhadap tingkat aktivitas yang ada atau memberitahukan
pada perawat atau dokter.
Tabel 2.6 Intervensi keperawatan ansietas b.d perubahan
kesehatan dan status sosio-ekonomi

Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI


Tujuan
  : 1. Identifikasi dan pahami persepsi pasien tentang ancaman atau situasi saat ini.
Setelah dilakukan 2. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan hindari menyangkal
tindakan keperawatan s perasaan marah, berduka, sedih, dan takut yang dirasakan pasien
elama 2x24 jam 3. Observasi adanya tanda verbal dan nonverbal ansietas, serta temani pasien saat
diharapkan pasien tidak ansietas. Cegah pasien jika menunjukkan perilaku destruktif.
mengalami kecemasan. 4. Orientasikan pasien dan keluarganya tentang prosedur rutin, serta aktivitas yang
Kriteria Hasil : diperkirakan.
1) Pasien mampu 5. Dorong pasien untuk berpartisipasi jika memungkinkan.
mengidentifikasi 6. Jawab semua pertanyaan secara faktual. Berikan informasi yang konsisten, ulangi
dan jika dibutuhkan.
mengungkapkan 7. Berikan privasi pada pasien dan keluarga.
gejala cemas 8. Berikan waktu istirahat dan tidur tanpa terganggu, serta lingkungan yang tenang
2) Mengidentifikasi, dengan mengontrol pengunjung dan jumlah rangsangan eksternal.
mengungkapkan 9. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan obat anti-ansietas
dan menunjukkan atau hipnotik sesuai indikasi, misalnya alprazolam (Xanax) dan lorazepam
tehnik untuk (Ativan)
mengontrol cemas
3) Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Tabel 2.7 Intervensi keperawatan defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang
penyakit, kesalahpahaman terhadap kondisi medis atau terapi yang dibutuhkan,
ketidaktauan tentang sumber informasi, serta kurangnya kemampuan mengingat

N Tujuan / Kriteria Hasil INTERVENSI


O
Tujuan
  : 1. Kaji ulang tingkat pengetahuan, kemampuan atau keinginan belajar pada
pasien dan keluarga
Setelah dilakukan tindakan
2. Perkuat penjelasan tentang faktor resiko, pola makan dan pembatasan
keperawatan selama 2x24 jam
aktivitas, obat, serta gejala yang membutuhkan pertolongan medis
diharapkan pasien menunjukkan
segera.
pengetahuan tentang proses penyakit
3. Jelaskan alasan dari regimen pola makan, diet rendah sodium
Kriteria Hasil : 4. Identifikasi dan motivasi pasien untuk mengurangi faktor resiko,
mislanya merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas.
1) Pasien dan keluarga menyatakan 5. Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum
pemahaman tentang penyakit, mengambil resep obat lain.
kondisi, prognosis dan program 6. Tekankan pentingnya menghubungi petugas kesehatan jika mengalami
pengobatan nyeri dada, perubahan pola angina, atau gejala lainnya yang
2) Pasien dan keluarga mampu kambuh.
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

1. Pasien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
Implementasi

Dalam prinsip tindakan keperawatan pada pasien IMA


dengan mengurangi nyeri menangani secara cepat serta
memonitor kondisi pasien. Paula ( 2009 ) mengatakan
tindakan keperawatan dalam pelaksanaan IMA yaitu
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri serta
memonitor dan mencatat karakteristik nyeri.
Hematologi dan kimia serum dipantau. Ketika pasien
dengan IMA tiba di UGD, di diagnosis dan
penatalaksanaan awal pasie harus cepat karena
manfaat terapi reperfusi paling besar jika terapi
dimulai dengan cepat ( Patricia, 2011).
Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan :

1).Memperlihatkan berkurangnya kecemasan

-Mengidentifikasi rasa takut

-Mendiskusikan rasa takut dengan keluarga

-Menggunakan pengalaman dahulu sebagai focus perbandingan

-Mengekspresikan pandangan positif mengenai hasil pembedahan

-Mengekspresikan rasa percaya diri mengenai cara yang digunakan untuk mengurangi rasa
sakit

2).Menerima pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperasi

-Mengidentifikasi maksud prosedur persiapan pra operasi

-Meninjau unit perawatan intensif bila diinginkan

-Mengidentifikasi keterbatasan hasil setelah pembedahan

-Mendiskusikan lingkungan pasca operasi dengan segera, misalnya pipa, mesin, dan
pemeriksaan perawat

Memperagakan aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah pembedahan (misalnya,


menarik napas dalam, batuk efektif, latihan kaki) ( Bararah, Jauhar, 2013 ).

 
SEKIAN DARI KAMI

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai