Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER
Nama Kelompok
Aldi Putra Dinata
Dian Shafa Fadhilah
Desi Ikawati
Nurul Alifia Anggun
Via Eliadora Togatorop
Vivi Shintia Arizki
Askep Kegawatdaruratan Kardiovaskuler
Sindroma Koranaria Akut
Pengkajian
 Anamnesa
1.Keluhan sakit dada:
a) Provocative/ Paliaif : nyeri dada yang timbulnya mendadak
b) Quality: “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti
dapat dilihat.
c) Radiation :Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah.
d) Severity : Biasanya 10(pada skala 1 -10)
e) Time : Lamanya kurang dari 20 menit untuk ischemia, pada infark
miokard, nyeri muncul terus menerus, tidak hilang dengan obat dan
istirahat, dan lamanya > 20 menit.
2. Adanya tanda seperti dispnea, mual, pusing, rasa lemah, dan gangguan tidur

3. Riwayat penyakit atau pengobatan sebelumnya


a) Angina pectoris
b) Infark miokard
c) Hipertensi
d) Diabetes melitus

4. Faktor resiko SKA


a) Hipertensi
b) Hiperkolestrol
c) Diabetes mellitus
d) Merokok
e) Obesitas
f) Usia
g) Jenis kelamin
h) Keturunan
i) Kepribadian tipe A
Pemeriksaan Fisik

1. Tanda –tanda vital (Tekanan darah, Nadi, pernafasan

2. Perfusi perifer (Kulit, Pulsasi arteri)

3. Bunyi jantung (Normal,S3,S4, murmur)

4. Bunyi paru (Ronchi, Wheezing)


Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan demand O2
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis
jaringan miokard
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan
otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri
koronaria.
4. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas
biologis
5. Resiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
sistemkonduksilistrik, penurunan kontraktilitas miokard.
6. Resiko terjadinya trombosis ulang berhubungan dengan lepasnya
trombus pasca tindakan PCI
Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan demand
O2,ditandai dengan :
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran, wajah
meringis, gelisah, delirium, perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan :
1)Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
2)Ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
3)Tidak gelisah
4)Nadi 60-100 x / menit,
5)TD 120/ 80 mmHg
Intervensi
1) Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada.
2) Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
3) Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi,
ataubimbingan imajinasi.
4) Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 4-6 L/ menit )
5) Monitor tanda-tanda vital ( nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard.
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan :
1) Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
2) Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
3) TD 120-80 mmHg
Askep Kegawatdaruratan Shock
Kardiogenik
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada :
1. Aktivitas
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit kelembaban,
kelemahan umum

2. Sirkulasi
Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes
mellitus.
Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak
teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an
kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ),
pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps

3. Eliminasi
Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
Tanda : oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal, prekordial, dapat menyebar
ketangan, rahang, wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan ,
dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.

Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, menarik diri,
kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna
kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.

5. Pernafasan
Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau
medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis

Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan ototaksesori pernafasan,


nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan /
tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema
pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan
mengi peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis,
akral dingin.
Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-
batuk.
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai
dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung
ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley
oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung)
ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.
Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran
gas ditandai dengan sesak nafas, gangguan frekuensi
pernafasan, batuk-batuk

 Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan,


contoh adannya dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran
nasal.
 Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya
bunyi nafas dan adannya bunyi nafas tambahan, contoh krekels atau
ronchi.
 Kalaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau
masker sesuai indikasi.
2.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan
vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun,
sianosis, edema (vena)

 Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat


kekuatan nadi perifer.
- Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik.

 Kalaborasi
- Pantau data laboratorium, contoh : GBA, BUN, creatinin, dan
elektrolit
- Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium warfarin
(coumadin).
Simulasi Penatalaksanaan
Pernafsan ( Asmatikus )
1. Ketidak-efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi kental dan peningkatan produksi mukus
bronkospasme.

Tujuan :
 Jalan nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil :
1. Menentukan posisi yang nyaman sehingga pertukaran gas
meningkat.
2. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan latihan pernafasan.
Intervensi

 Berikan penjelasan pada klien tentang cara mengeluarkan sputum dan mengencerknnya.
R/ Penjelasan dapat membantu klien untuk kooperatif terhadap tindakan perawatan yng
diberikan.
 Berikan masukan cairan hangat + 3000ml/hari sesuai kondisi klien.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
mengeluarkannya dan dapat menurunkan spasme bronkus.
 Bantu untuk latihan nafas dalam dan batuk yang efektif
R/ Nafas dalam memudahkan ekspansi max. paru-paru dan batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas secara alami.
 Berikan cairan tambahan, oksigen dan nebulizer dengan obat pulmicort tiap 8 jam sehari
R/ Cairan diperlukan untuk mengantikan yang hilang dan memobilisasi sekret untuk
mempermudah keluar.
 Berikan obat sesuai program medis.
R/ Melakukan tindakan interdependent.
 Observasi paru-paru dengan auskultasi sebelum dan sesudah tindakan.
R/ Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukkan keberhasilan.
2. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, dan pencegahannya

Tujuan :
 Mengetahui tentang perawatan penyakinya dalam waktu 1 hari.

Kriteria hasil :
1. Klien mengetahui tentang penyakit dan perawatanya.
2. Klien mau menerima tindakan yang diberikan.
3. Klien mau berpartisipasi dan merubah sikap perilaku yang
kurang baik untuk penyakit asma.
Intervensi:

 Berikan penjelasan tentang perawatannya klien dengan status


asmatikus.
R/ Penjelasan membantu klien untuk kooperatif dalam tindakan
perawatan.
 Berikan penjelasan tentang pentingnya cairan / minum hangat.
R/ Cara yang efektif untuk mengeluarkan sekret.
 Berikan penjelasan tentang latihan nafas dalam dan batuk yang efektif.
R/ Ekspansif paru dapat max. sehingga dapat mencegah dan batuk
yang efektif dapat membersihkan jalan nafas sehingga sesak nafas
berkurang- hilang.
3. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan
keterbatasan informasi yang diterima.

Tujuan :
 Tidak terjadi kekambuhan (dengan penjelasan 3x).

Kriteria hasil :
1. Klien mengerti tentang pencegahan penyakitnya
2. Klien mau menerima perawatan yang diberikan.
3. Klien mau merubah sikap perilaku yang kurang baik.
Intervensi:
 Memberikan penjelasan tentang pencegahan penyakitnya.
R/ Penjelasan membantu klien untuk kooperatif dalam perawatan
dan tindakan yang diberikan.
 Berikan penjelasan tentang faktor penyebab kekambuhan, meliputi
ventilasi rumah, makanan, allergen dan daya tahan tubuh.
R/ Dapat mencegah kekambuhan.
 Latih pasien untuk nafas dalam dan batuk yang efektif.
R/ Nafas dapat meningkatkan ekspansi paru dan batuk yang efektif
dapat mengeluarkan sekret secara efektif.
 Kontrol secara rutin ke pelayanan terdekat.
R/ Mencegah terjadinya kekambuhan.
Simulasi Penatalaksanaan
Kardiovaskuler
CHF (Congestive Heart Failure)
Penatalaksanaan.
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
a. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen
dengan pembatasan aktivitas.
b. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
c. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.

Penatalaksanaan Medis :
a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/ pembatasan aktifitas.
b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.
c. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
d. Digitalisasi.
1) Dosis digitalis.
a) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b) Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c) Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.

2) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk


pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.

3) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg

4) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang


berat :
a) Digoksin: 1-1,5 mg IV perlahan-lahan.
b) Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan (Mansjoer dan Triyanti.2007).
Terapi Lain :

1) Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2) Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
3) Posisi setengah duduk.
4) Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5) Diet : pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat.
Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6) Aktivitas fisik : pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan
kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau
sedang.
7) Hentikan rokok dan alkohol.
8) Revaskularisasi koroner.
9) Transplantasi jantung.
10) Kardoimioplasti.
Endokarditis
Penatalaksanaan Medis.

 Tujuan terapi adalah membasmi organisme penginfeksi melalui pemberian


agens antimikroba yang tepat dalam dosis yang memadai (infusi IV kontinu
selama 2 sampai 6 minggu di rumah). Tindakan penanganan adalah sebagai
berikut :
a. Mengisolasi organisme penginfeksi melalui serangkaian pemeriksaan
kulturdarah. Kultur drah diambil untuk memantau terapi.
b. Memantau suhu tubuh pasien untuk mengetahui keefektifan terapi.
c. Setelah pulih dari proses infeksi, katup yang telah rusak parah mungkin
perlu dikikis atau diganti. Sebagai contoh, katup perlu diganti melalui
prosedur bedah apabila terjadi gagal jantung, pasien mengalami lebih dari
satu episode embolik sistemikyang serius, infeksi tidak dapat dikontrol atau
berulang/kambuh atau jika infeksi disebabkan oleh jamur(Brunner &
Suddarth.2013).
Miokarditis
Penatalaksanaan Medis
1) Pasien diberikan terapi khusus untuk mengatasi penyebab awal gangguan tersebut, jika
penyebabnya diketahui (mis : menggunakan penisilin untuk streptokokus hemolitik) dan
dibaringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban kerja jantung, kerusakan miokardium
dan komplikasi.
2) Pada pasien muda, aktivitas terutama atletik, harus dibatasi selama periode 6 bulan atau
setidaknya sampai ukuran dan fungsi jantung kembali normal, aktivitas fisik ditingkatkan
secara perlahan.
3) Jika pasien mengalami gagal jantung atau disritmia, penatalaksanaan pada intinya sama
seperti untuk semua penyebab gagal jantung dan disritmia, hindari penggunaan penyekat
beta.
4) Penggunaan obat antibiotik, misalnya : penisilin

Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji resolusi takikardia, demam dan setiap manifestasi klinis yang lain.
2) Fokuskan pengkajian kardiovaskuler pada tanda dan gejala gagal jantung dan disritmia
harus menjalani pemantauan jantung secara kontinu, personel dan perlengkapan harus siap
sedia untuk mengatasi disritmia yang mengancam jiwa(Brunner & Suddart.2013).
Perikarditis
Penatalaksanaan Medis.
 Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menentukan penyebab, memberikan terapi
untuk penyebab spesifik (jika diketahui) dan mendeteksi tanda dan gejala
tamponade jantung.
 Tirah baring dilakukan ketika curah jantung terganggu sampai demam, nyeri dada,
dan bunyi gesekan menghilang.
Terapi Farmakologis Perikarditis.
1) Analgesik dan NSAID seperti aspirin dan ibuprofen (Motrin) untuk meredakan
nyeri dan mempercepat reabsorpsi cairan di perikarditis reumatik. Kolsikin dapat
juga digunakan sebagai medikasi alternatif.
2) Kortikosteroid (mis : prednison) dapat diresepkan jika perikarditis tergolong
berat atau jika pasien tidak berespons terhadap NSAID).
Penatalaksanaan Bedah : Tamponade Jantung.
1) Torakotomi untuk cedera jantung penetrasi.
2) Perikardiosentesis untuk pembuangan cairan perikardium.
3) Pengangkatan selubung perikardium yang kuat melalui pembedahan
(periperikardiektomi) jika diindikasikan(Brunner & Suddarth.2013).
Infark Miokard
Penatalaksanaan Medis.
Penatalaksanaan medis bertujuan meminimalkan kerusakan miokard, mempertahankan
fungsi miokard dan mencegah terjadinya komplikasi seperti disritmia letal dan syok
kardiogenik
1) Reperfusi dengan penggunaan darurat obat-obat trombolitik atau intervensi koroner
perkutan (percutaneous coronary intervention {PTI}).
2) Menurunkan kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan suplai oksigen dengan obat-
obatan, pemberian oksigen dan tirah baring.
3) Pintas arteri koroner (coronary artery bypass) atau pintas arteri koroner invasif minimal
(minimally invasive direct coronary artery bypass (MIDCAB).
Terapi Farmakologis.
1) Nitrat (nitrogliserin) untuk meningkatkan suplai oksigen.
2) Antiokoagulan (aspirin, heparin).
3) Analgesik (morfin sulfat).
4) Penghambat enzim pengonversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme [ACE]).
5) Memulai pemberian beta-blocker dan pemberian terus dilanjutkan setelah pasien pulang.
6) Trombolitik (alteplase [t-PA], Activase) dan reteplase [r-PA, TNKase]) : harus diberikan
sedini mungkin setelah awitan gejala, umumnya dalam 3-6 jam (Brunner & Suddarth.2013).
Hipertensi
Penatalaksanaan Medis.
Bertujuan : untuk mencegah kematian dan komplikasi dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90
mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita
penyakit ginjal kronis), kapan pun jika memungkinkan.
1) Pendekatan nonfarmakologis mencakup penurunan berat badan,
pembatasan alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran dan
produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah tinggi.
2) Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas obat tersedia
sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta
3) Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks
(Brunner & Suddarth.2013).
ADA PERTANYAAN ?

Anda mungkin juga menyukai