A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Syok Kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan
berhubungan dengan metabolisme metabolisme seluler seluler yang abnormal, abnormal, yang
umumnya umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer perifer yang menyeluruh menyeluruh dengan perfusi perfusi jaringan jaringan yang tidak
adekuat adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
jantung kongestif, kongestif, terjadi terjadi bila ventrikel-ventrikel kiri mengalami mengalami
kerusakan kerusakan yang lu yang luas. Otot jantung jantung kehilangan kehilangan kekuatan
kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan penurunan curah
jantung jantung dengan perfusi perfusi jaringan jaringan yang tidak adekuat adekuat ke organ vital
(jantung,otak, (jantung,otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun
syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada
temponade temponade jantung, jantung, emboli paru, kardiomiopati kardiomiopati dan disritmia.
disritmia. (Brunner (Brunner & Suddarth, 2001).
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia,
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran
Dorland, 1998)
2) Breathing(B)
Fungsi pernafasan
Jenis Pernafasan : Takipnea
Frekwensi Pernafasan: 28x/menit
Retraksi Otot bantu nafas:-
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan, pergerakan dinding thorax simetris
Bunyi nafas : Vesikuler +/+, Ronchi +/+
3) Ciculation(C)
Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : Koma
Perdarahan (internal/eksternal):-
Kapilari Refill : >2 detik
Tekanan darah : 58/32 mmHg
Nadi radial/carotis : 148x/menit
Akral perifer : Dingin
4) Disablity(D)
Pemeriksaan Neurologis:
3. Patofisiologi
b. Diagnosis Keperawatan/Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan sesak
nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema
(vena).
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot seku
spasme reflek otot sekunder akibat nder akibat gangguan gangguan viseral jantung ditandai d
viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai ditandai
dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Klien tidak sesak nafas
Frekueensi pernafasan normal
Tidak ada batuk-batuk
Intervensi :
Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh adannya
dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran nasal.
Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya bunyi nafas dan
adannya adannya bunyi nafas tambahan, tambahan, contoh krekels krekels atau ronchi.
Kalaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
Rasional :
Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut,
demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret,
hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan pernapasan
(penurunan kecepatan) kecepatan) dapat te dapat terjadi dari rjadi dari pengunaan
analgesik pengunaan analgesik berlebihan. berlebihan. Pengenalan Pengenalan disini
dan pengobatan pengobatan ventilasi ventilasi abnormal abnormal dapat mencegah
komplikasi.
Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan.
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya
adanya penurunan/ gangguan ventilasi.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema
(vena).
Tujuan :
Setelah diberikan askep …x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif Kriteria hasil :
Klien tidak nyeri
Cardiac output normal
Tidak terdapat sianosis
Tidak ada edema (vena)
Intervensi :
Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik.
Kalaborasi : Pantau data laboratorium,contoh : GBA, BUN, creatinin, dan elektrolit Beri
obat sesuai indikasi: heparin atau natr Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium war
ium warfarin (coumadin). farin (coumadin).
Rasional :
Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebis.
indikator perfusi atau fungsi organ
Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat
untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan pembentukan trombusmural.
trombusmural. Coumadin Coumadin obat pilihan pilihan untuk terapi anti koangulan jangka
panjang/pasca pulang.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot
spasme reflek otot sekunder akibat sekunder akibat gangguan gangguan viseral jantung
ditandai viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama …x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman Kriteria Hasil :
Tidak ada nyeri
Tidak ada dyspnea
Klien tidak gelisah
Klien tidak meringis
Intervensi :
Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan repon
hemodinamik (contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat, berkeringat,
mengcengkram mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi TD/frekwensi jantung
jantung berubah).
Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku diskraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
Kalaborasi, Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin
(demerol).
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri agar dapat mengetahui perencanaan selanjutnya
Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
Meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri
dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu
indikator diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang perfusi.
Daftar Rujukan/Referensi:
ii, B A B, Praktik Keperawatan, dan Mata Kuliah, “LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A . Pengkajian Keperawatan April 2021 di Instalasi Bedah Sentral RSD Mangusada
Badunghttp://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7363/4/BAB%20III%20Laporan
%20Kasus%20Kelolaan%20Utama.pdf