Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN GAWAT DAURAT (ICU)

Nama Mahasiswa : Tasya Dwinta


Semester :7
Tempat Praktek : RSUD dr. H. Abdul Moeloek (Ruang ICU)
Kasus : Syock Kardiogenik

A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Syok Kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan
berhubungan dengan metabolisme metabolisme seluler seluler yang abnormal, abnormal, yang
umumnya umumnya disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer perifer yang menyeluruh menyeluruh dengan perfusi perfusi jaringan jaringan yang tidak
adekuat adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
jantung kongestif, kongestif, terjadi terjadi bila ventrikel-ventrikel kiri mengalami mengalami
kerusakan kerusakan yang lu yang luas. Otot jantung jantung kehilangan kehilangan kekuatan
kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan penurunan curah
jantung jantung dengan perfusi perfusi jaringan jaringan yang tidak adekuat adekuat ke organ vital
(jantung,otak, (jantung,otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun
syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada
temponade temponade jantung, jantung, emboli paru, kardiomiopati kardiomiopati dan disritmia.
disritmia. (Brunner (Brunner & Suddarth, 2001).
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia,
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran
Dorland, 1998)

2. Gambaran Klinis (pengkajian)

a. Tanda & Gejala Umum


Tekanan darah yang teramat rendah menjadi sinyal utama seseorang mengalami syok kardiogenik.
Pasien juga mungkin menunjukkan sejumlah gejala berikut ini:
 Sesak napas
 Napas tersengal
 Detak jantung cepat
 Denyut nadi melemah
 Penurunan kesadaran
 Kebingungan
 Kulit tampak pucat dan dingin ketika disentuh
 Frekuensi buang air kecil berkurang

b. Tanda & Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)


1) Airway(A)
Keadaan jalan napas
 Tingkat kesadaran : Koma
 Pernafasan : Spontan
 Upaya bernafas : Ada
 Ada Benda asing di jalan nafas : -
 Bunyi nafas : Vesikuler +/+, Ronchi +/+
 Hembusan nafas : Lemah

2) Breathing(B)
Fungsi pernafasan
 Jenis Pernafasan : Takipnea
 Frekwensi Pernafasan: 28x/menit
 Retraksi Otot bantu nafas:-
 Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan, pergerakan dinding thorax simetris
 Bunyi nafas : Vesikuler +/+, Ronchi +/+

 Hembusan nafas : Lemah

3) Ciculation(C)
Keadaan sirkulasi
 Tingkat kesadaran : Koma
 Perdarahan (internal/eksternal):-
 Kapilari Refill : >2 detik
 Tekanan darah : 58/32 mmHg
 Nadi radial/carotis : 148x/menit
 Akral perifer : Dingin

4) Disablity(D)
Pemeriksaan Neurologis:

 Reflex fisiologis : Normal

 Reflex patologis : Tidak ada

c. Tes Diagnostik (pemeriksaan penunjang)

Pemeriksaan diagnostik pada syok kardiogenik yaitu :


a. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
b. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi,
disfungsi penyakit katub jantung.
c. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
d. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
e. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi
arteri koroner.
f. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
g. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
h. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
i. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya
jantung,misalnya infark miokard miokard (Kreatinin (Kreatinin fosfokinase/CPK,
fosfokinase/CPK, isoenzim isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

3. Patofisiologi
b. Diagnosis Keperawatan/Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan sesak
nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema
(vena).
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot seku
spasme reflek otot sekunder akibat nder akibat gangguan gangguan viseral jantung ditandai d
viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.

c. Perencanaan Keperawatan/Algoritme /Protokol Penatalaksanaan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai ditandai
dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
 Klien tidak sesak nafas
 Frekueensi pernafasan normal
 Tidak ada batuk-batuk
Intervensi :
 Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh adannya
dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran nasal.
 Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya bunyi nafas dan
adannya adannya bunyi nafas tambahan, tambahan, contoh krekels krekels atau ronchi.
 Kalaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
Rasional :
 Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut,
demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret,
hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan pernapasan
(penurunan kecepatan) kecepatan) dapat te dapat terjadi dari rjadi dari pengunaan
analgesik pengunaan analgesik berlebihan. berlebihan. Pengenalan Pengenalan disini
dan pengobatan pengobatan ventilasi ventilasi abnormal abnormal dapat mencegah
komplikasi.
 Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan.
 Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya
adanya penurunan/ gangguan ventilasi.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema
(vena).
Tujuan :
Setelah diberikan askep …x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif Kriteria hasil :
 Klien tidak nyeri
 Cardiac output normal
 Tidak terdapat sianosis
 Tidak ada edema (vena)
Intervensi :
 Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
 Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik.
 Kalaborasi : Pantau data laboratorium,contoh : GBA, BUN, creatinin, dan elektrolit Beri
obat sesuai indikasi: heparin atau natr Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium war
ium warfarin (coumadin). farin (coumadin).
Rasional :
 Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
 Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebis.
 indikator perfusi atau fungsi organ
 Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat
untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan pembentukan trombusmural.
trombusmural. Coumadin Coumadin obat pilihan pilihan untuk terapi anti koangulan jangka
panjang/pasca pulang.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek otot
spasme reflek otot sekunder akibat sekunder akibat gangguan gangguan viseral jantung
ditandai viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama …x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman Kriteria Hasil :
 Tidak ada nyeri
 Tidak ada dyspnea
 Klien tidak gelisah
 Klien tidak meringis
Intervensi :
 Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan repon
hemodinamik (contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat, berkeringat,
mengcengkram mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi TD/frekwensi jantung
jantung berubah).
 Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku diskraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
 Kalaborasi, Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin
(demerol).
Rasional :
 Mengetahui tingkat nyeri agar dapat mengetahui perencanaan selanjutnya
 Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
 Meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri
dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu
indikator diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang perfusi.
Daftar Rujukan/Referensi:

ii, B A B, Praktik Keperawatan, dan Mata Kuliah, “LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A . Pengkajian Keperawatan April 2021 di Instalasi Bedah Sentral RSD Mangusada
Badunghttp://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7363/4/BAB%20III%20Laporan
%20Kasus%20Kelolaan%20Utama.pdf

Anda mungkin juga menyukai