Anda di halaman 1dari 17

TRAUMA PADA MATA

PUTRI MEIDIANA AYU


20164011206
FRAKTUR BLOW OUT
ANATOMI ORBITA
▪ Orbita adalah bangunan tulang yang melindungi bola
mata.
▪ Berbentuk limas segi empat (piramid) dengan puncak ke
arah dalam.
▪ Orbita dibentuk oleh batas antara rongga kranium dan
wajah bawah.

▪ Dinding Orbita terdiri dari :

1. Atap Orbita, yaitu tulang frontal


2. Dinding Lateral, yaitu tulang sphenoidal dan tulang
zygomatikus
3. Dinding Medial, yaitu tulang eithmoidal
4. Dasar Orbita, yaitu tulang maksilaris dan zygomatikus
OTOT-OTOT EKSTRAOKULER
FRAKTUR BLOW OUT
•Secara terminologi merupakan fraktur pada tulang penyusun dasar orbita (dinding inferior)

•Etiologi
- Kecelakaan lalu lintas
- Perkelahian
- Kecelakaan pekerjaan (benda jatuh ke bagian wajah, jatuh dari ketinggian, dll)
- Kecelakaan olahraga (mis: tinju, sepak bola, tenis, dll)

• Epidemiologi
- Dewasa muda.
- Laki–laki lebih sering terkena daripada perempuan
- Laki-laki kecelakaan, perempuan kekerasan
TEORI MEKANISME FRAKTUR BLOW OUT
▪ Direct injury (Retropulsion) / Pure Blow Out:
Fraktur blowout disebabkan adanya peningkatan
tekanan intraorbita yang mendadak akibat
energi yang dikenakan ke bola mata oleh
benda tumpul yang diameternya lebih besar
daripada ukuran orbital rim (tinju, siku, bola
tenis)
▪ Indirect injury (Buckling) / Impure Blow
Out
Bahwa objek yang membentur orbita rim
menimbulkan kompresi pada bagian inferior
tepian orbita, yang kemudian menyebabkan
dasar orbita melengkung dan patah.
GEJALA KLINIS
▪ Ekimosis dan edem palpebra akibat
benturan
▪ Diplopia
▪ Keterbatasan gerak bola mata
▪ Nyeri saat melakukan gerak bola mata
▪ Proptosis dapat terlihat jika edema
berat atau perdarahan menyertai
fraktur dasar orbita.
▪ Enfotalmus (melesaknya bola mata ke
dalam rongga orbita)
▪ Bisa terjadi kebutaan akibat rusaknya
nervus optikus.
PEMERIKSAAN
▪ Test gerak otot ekstraokuler
▪ Test diplopia  Forced duction test
▪ Orbital computed tomography (CT)
dengan potongan koronal
▪ Foto kepala posisi Waters

The forced duction test. A, Conjunctiva and episclera are


grasped near the limbus with two fixation forceps. B, The eye is
moved temporally and (C), nasally to test for mechanical
restriction of ocular motility. Note that the eye must not be
depressed into the orbit during the test to avoid false positives.
(From von Noorden GK von: Atlas of Strabismus, ed 4. St Louis,
Mosby–Year Book, 1983.)
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Dini  Tindakan operatif dilakukan pada waktu paling lama 1 bulan
setelah trauma, namun biasanya dilakukan 2 minggu setelah trauma.

2. Terapi tunda  Terapi tunda ditujukan untuk menangani sekuele (gejala sisa)
yang terjadi akibat fraktur serta enoftalmos residual, atau gangguan gerak bola
mata akibat operasi yang pertama. Dilakukan setelah 2 bulan atau lebih setelah
kejadian trauma.

Selama menunggu waktu ini, kortikosteroid sistemik bisa


diberikan untuk mengurangi edema sehingga
mempermudah identifikasi jaringan saat pembedahan
TRAUMA KIMIA
DEFINISI TRAUMA KIMIA
• Definisi: Trauma yang disebabkan oleh bahan kimia, dapat berupa cairan, benda padat dan gas
• Tingkat keparahan trauma berhubungan dgn jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat
penetrasi dari zat kimia.
• Epidemiologi:
- Kecelakaan kerja
- Kecelakaan rumah tangga
- Kekerasan
- Pria > Wanita
• Gejala klinis:
-Epifora
-Blefarospasme
-Nyeri berat
TRAUMA ASAM
• Lebih ringan daripada trauma basa
• Bahan (PH < 7):
- Sulfuric acid (H2SO4) pada aki mobil dan bahan pembersih industri
- Sulfurous acid (H2SO3) pada pengawet sayur dan buah
- Acetic acid (CH3COOH) pada cuka
-Hydrochloric acid (HCl) 31-38% zat pembersih
• Patofisiologi:
Bahan asam + protein  proses koagulasi  BARIER  proses penetrasi berhenti
• Penatalaksanaan
1. Irigasi dengan air atau larutan garam fisiologis
2. Pengontrolan PH
3. Pertimbangkan antibiotik dan steroid
4. Vitamin C untuk memperbaiki permukaan okular
TRAUMA BASA
▪ Lebih berat dari trauma asam
▪ Bahan (PH >7):
- Amonia (NH3) pada bahan pembersih rumah tangga, zat
pendingin, dan pupuk
- NaOH pd pembersih pipa
- Potassium Hydroxide (KOH) seperti caustic potash
- Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) pada kembang api
- Lime (Ca(OH)2) pd perekat, mortar, semen, dan kapur
▪ Patofisiologi:
Bahan basa + lemak  SAPONIFIKASI  sel dan jaringan
nekrosis  enzim kolagenase  kerusakan lebih lanjut
(kekeruhan kornea, simblefaron, perubahan TIO)
▪ Klasifikasi trauma kimia menurut hughes:
- Derajat 1: Erosi epitel kornea (+), Iskemia
dan nekrosis kornea/konjungtiva (-)

- Derajat 2: Kekeruhan kornea ringan, Iskemia


<1/3 limbus

- Derajat 3: Kornea keruh sulit melihat iris


& pupil secara jelas, Iskemia 1/3 sampai
1/2 limbus dan nekrosis ringan kornea
& konjungtiva

- Derajat 4: Kekeruhan kornea pupil tidak dpt


dilihat, konjungtiva dan sclera pucat,
Iskemia >1/2 limbus
▪ Penatalaksanaan trauma basa:
1. Irigasi dengan air atau larutan garam fisiologis sebanyak 2 liter dan netralisasi sampai PH
airmata normal (7,3)
2. EDTA (ethilen diamin tetra asetat)
3. Antibiotik
4. Steroid (kontroversi); Diberikan secara inisial dan di-tappering off setelah 7-10 hari
5. Siklopegia untuk mencegah iritis dan sinekia posterior
6. Anti glukoma untuk mencegah glukoma sekunder; asetozolamid
7. Vitamin C
8. Mata dibebat
9. Tetes air mata buatan

Anda mungkin juga menyukai