Anda di halaman 1dari 45

Trauma Ocular

Rina Wulandari, S. Ked 20100310046


Location of Injury

 Anterior segment
 Posterior segment
 Adnexa
 Orbital structures
Anterior Segment
 Conjunctiva
 Cornea
 Iris
 Lensa
Posterior Segment
 Vitreous
 Retina
 Nervus Optikus
Adnexa
 Palpebrae
 Lacrimal Structures
Orbital Structures
 Extraocular muscles
 Bony walls
Pemeriksaan Awal

 Anamnesis

Perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan sesaat


setelah cedera, harus diperhatikan apakah gangguan
penglihatan yang ada bersifat progresif lambat atau
onsetnya mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing
intraokular bila ada riwayat memalu, mengasah, atau
ledakan.
Pemeriksaan Fisik
 Visus
 Bila gangguan penglihatan parah : proyeksi cahaya, diskriminasi
dua titik, dan adanya defek pupil aferen.
 Motilitas mata dan sensibilitas kulit periorbita
 Palpasi untuk mencari defek bagian tepi tulang orbita.
 Enoftalmus dengan melihat kornea dari atas alis.
 Kornea : benda asing, luka dan abrasi.
 Konjungtiva bulbaris : perdarahan, benda asing, laserasi.
 COA (kedalaman dan kejernihan)
 Ukuran dan bentuk pupil, reaksi pupil terhadap cahaya
 Mata lembek, visus senilai lambaian tangan, defek pupil aferen,
perdarahan vitreus  ruptur bola mata.
Penanganan Segera pada Truma Mata

 Bila jelas ruptur bola mata  bedah

 Obat sikloplegik atau antibiotik topikal tidak boleh


diberikan sebelum pembedahan karena potensi toksisitas
pada jaringan intraokular yang terpajan.
Klasifikasi Trauma Mata
 Trauma tumpul
 Trauma tembus bola mata
 Trauma kimia
 Trauma radiasi
HEMATOMA

 Akibat trauma tumpul pada palpebra dan dahi dan biasanya


tidak berbahaya.Adapun kondisi yang serius berupa:

 Trauma bola mata  sebelum kelopak menjadi edema. (a)

 Fraktur atap orbital  jika mata hitam berkaitan dengan


subconjunctival haemorrhage. (b)

 Basal skull fraktur  bilateral ring hematome (panda eyes)


(c)
12
Laserasi Palpebrae
 Laserasi partial-thickness di palpebra yang tidak mengenai tepi
palpebra dapat diperbaiki secara bedah sama seperti laserasi
kulit lainnya.
 Laserasi full thickness palpebra yang mengenai batas palpebra
harus diperbaiki secara hati-hati untuk mencegah penonjolan
tepi palpebra dan trikiasis.
 Perbaiakn palpebra mata memerlukan aproksimasi tepi
palpebra, lempeng tarsal, dan kulit yang terlaserasi
 Bila perbaikan primer tidak dilakukan dalam 24 jam, terjadinya
edema mengharuskan penutupan ditunda.
 Luka dibersihkan dan diberi antibiotik, setelah tidak bengkak
dapat dilakukan perbaikan.
 Debridement seminimal mungkin
14
Trauma tumpul

TIO meningkat

Jaringan orbital terdesak

Memecahkan bagian terlemah dasar orbita


15
Fraktur Orbita

 Fraktur orbita sering terjadi pada trauma wajah.

 Fraktur maksila diklasifikasikan dalam sistem Le Fort, tipe 1 :


dibawah dasar orbita, tipe II : melewati os nasal dan os lacrimal
selain juga ke maxilla yang membentuk dasar orbita medial, tipe
III : mengenai dinding medial dan lateral dan dasar orbita,
disertai pemisahan rangka wajah dari kranium.

 Fraktur atap orbita jarang terjadi biasanya disebabkan trauma


tembus.
 Bila pintu masuk orbita menerima pukulan, gaya-gaya penekan
dapat menyebbakan fraktur dinding-dinding inferior dan medial
yang tipis, disertai prolaps dan terperangkapnya jaringan lunak.
 Mungkin terdapat cedera intraokular terkait seperti hifema,
penyempitan sudut, dan ablatio retina.
 Jika terjadi blow out yang hebat, dapat timbul enoftalmus
segera.
 Enoftalmus dapat terjadi setelah pembengkakan mereda dan
terjadi atrofi atau pembentukan parut jaringan lunak.
Diagnosis dari Pemeriksaan Fisik:

 Ekimosis
 Edema
 Subcutaneus emphysema
 Infraorbital nerve anaesthesia
 Diplopia  disebabkan karena kerusakan neuromuskular
langsung atau pembengkakan isi orbita.
 Enophthalmus  jika fraktur berat, jika tidak diperbaiki
terjadi fibrosis.

18
Diagnosis Blow-out fractur

 Riwayat trauma

 Pemeriksaan fisik

 x – rays : identifikasi awal adanya cedera tulang

 CT Scan  Coronal & sagital views

19
20
“Force duction test”

FIGURE 20–7. The forced duction test. A, Conjunctiva and episclera


are grasped near the limbus with two fixation forceps. B, The eye is
moved temporally and (C), nasally to test for mechanical restriction
of ocular motility. Note that the eye must not be depressed into
the orbit during the test to avoid false positives. (From von
Noorden GK von: Atlas of Strabismus, ed 4. St Louis, Mosby–Year
Book, 1983.)
FIGURE 20–8. Reverse leash effect. Retroequatorial adhesion of
superior rectus muscle causes a reverse leash effect with
mechanical restriction of elevation as the ability of the muscle to
stretch is limited. (Adapted from Jampolsky A: Surgical leashes
and reverse leashes in strabismus surgical management. In
Symposium on Strabismus: Transactions of the New Orleans
Academy of Ophthalmology. St Louis, Mosby–Year Book, 1978, p
244.)
Indikasi pembedahan

 Diplopia (+); positive force duction test 7 – 10 hari setelah


trauma

 Diplopia persisten pada posisi 30 derajat dari posisi primer


pandangan disertai bukti adanya penjepitan jaringan lunak

 Ro. (fracture +)

 Enophthalmos > 2 mm

 Fraktur luas mengenai setengah atau lebih dasar orbital

23
Management blowout fracture

Blowout fracture (edema +, orbital hemorrhage +)

Oral steroids (1 mg/kg/hari) for 7 hari

Edema (-)

“Force duction test” (+)

Pembedahan
24
Komplikasi Pembedahan blowout fracture
 Decreased visual acuity or blindness
 Diplopia
 Undercorrection or overcorrection of
enophthalmos
 Lower eyelid retraction
 Infraorbital nerve hypoesthesia
 Infection
 Extrusion of the implant
 Lymphedema
 Damage to the lacrimal pump
25
Blow Out Medial Wall Fracture
Roof Fracture

1. Presentation is with a haematoma of the upper eyelid and


periocular ecchymosis which develop after a few hours and may
later spread to the opposite side

Body_ID: P023024
•2. Signs Inferior or axial displacement of the globe.
•Large fractures may be associated with pulsation of the globe
unassociated with a bruit, due to transmission of CSF pulsation,
best detected on applanation tonometry.

•3.Treatment Small fractures may not require treatment but it


is important to observe the patient for the possibility of a CSF
leak which may lead to meningitis.
•Sizeable bony defects with downwardly displaced fragments
usually require reconstructive surgery.
Lateral Wall Fracture
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Trauma Kimia
 Alkali :
 Lebih merusak
 Bereaksi dengan lemak membentuk sabun

Merusak membran sel

Penetrasi lebih dalam


 Kecepatan
 CaOH  paling rendah
 KOH
 NaOH
 Ammonia  paling cepat
40
Asam
• Kurang merusak
• More localized tissue damage
• Little damage is seen unless the PH is 2,5 /<
• Creating a physical barrier  further penetration (-)

41
42
Terapi :

• Fase:
 Akut : 0 – 1 minggu
 Intermediate : 3 – 7 setelah trauma
 Kronik

43
44
Radiation Burns

 UV :
 Punctate keratitis
 Terapi :
 Topical anestetics
 Short act. Cycloplegic
 Topical AB.
 Px : exellent
 Infrared : “Glass blower cat” or true exfoliatives of
lens capsul
 Staring at the sun 
 Retinal damage
 No specific theraphy

45

Anda mungkin juga menyukai