Anda di halaman 1dari 44

MINI RESEARCH

GAMBARAN PENGETAHUAN TERHADAP ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI DI SMP 2 SEDAYU

N JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

TOMMY AKROMA 20174011023


IRAWATI HIDAYAH 20174011029
AMI PUSPITASARI 20174011034
RIZALURROSIDIN 20174011092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN TERHADAP ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI DI SMP 2 SEDAYU

Disusun oleh:
TOMMY AKROMA 20174011023
IRAWATI HIDAYAH 20174011029
AMI PUSPITASARI 20174011034
RIZALURROSIDIN 20174011092

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 10 Agustus 2018

Dosen Pembimbing FKIK Dosen Pembimbing Puskesmas

dr. Iman Permana, M.Kes., PhD. dr. Rini Pantja Setiani, M. Kes

Zulkhah Noor, M.Kes

ii
Kepala SMF Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik Proposal

Mini Research yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN TERHADAP

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP 2 SEDAYU”. Mini Research ini disusun

untuk memenuhi sebagian persyaratan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat (IKM) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dalam penulisan Mini Research ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu,

khususnya kepada:

1. dr. Iman Permana, M.Kes., PhD., selaku pembimbing kepaniteraan klinik bagian

IKM di FKIK UMY.

2. dr. Rini Pantja Setiani, M.Kes., selaku pembimbing Mini Research yang telah

berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari awal sampai

selesainya Mini Research ini.

3. Bapak Hadi Pranoto, S.KM., MPH selaku Kepala Puskesmas Sewon II yang telah

memberi kesempatan bagi kami untuk menjalankan kepaniteraan klinik di

Puskesmas Sewon II

4. dr. Alia, dr. Widdhi Tri A, dan dr.Idha, selaku dokter di Puskesmas Sewon II

yang telah berkenan membimbing kepaniteraan klinik bagian IKM dari awal

hingga akhir.

iv
5. Dokter gigi, perawat, apoteker, beserta staf lainnya di Puskesmas Sewon II Bantul

yang telah membantu berjalannya kepaniteraan klinik bagian IKM dari awal

sampai akhir.

6. Ayah dan Ibu serta Keluarga dari masing-masing penulis, serta teman-teman

yang selalu mendukung dan membantu dalam selesainya penulisan Mini

Research ini.

Semoga pengalaman dalam membuat Mini Research ini dapat memberikan

hikmah bagi semua pihak. Mengingat penyusunan laporan Mini Research ini masih jauh

dari kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan

berharga sehingga menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

Bantul, 10 Agustus 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

_
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................ 1

B. PERUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 3

C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................... 3

D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6

A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 6

1. IMUNISASI ............................................................. Error! Bookmark not defined.

2. IMUNISASI MEASLES RUBELLA ................... Error! Bookmark not defined.

3. PENGETAHUAN.................................................... Error! Bookmark not defined.

4. SIKAP ....................................................................... Error! Bookmark not defined.

5. PERILAKU .............................................................. Error! Bookmark not defined.

B. KERANGKA KONSEP .............................................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 19

A. DESAIN PENELITIAN .............................................................................................. 20

B. POPULASI DAN SAMPEL ....................................................................................... 20

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN .................................................................. 21

D. DEFINISI OPERASIONAL ....................................................................................... 21

E. INSTRUMEN PENELITIAN .................................................................................... 22

F. CARA PENGUMPULAN DATA ............................................................................. 22

G. ANALISIS DATA ....................................................................................................... 23

vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 24

A. HASIL PENELITIAN ................................................................................................. 24

1. Karakteristik Subyek ................................................................................................ 24

2. Persebaran Jawaban Responden ............................................................................ 27

B. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 35

A. SIMPULAN .................................................................................................................. 35

B. SARAN.......................................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 37

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental,

emosional, sosial dan fisik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja

menyebabkan perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja yang masih dalam proses

mencari indentitas diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal

ini karena remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif,

baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder (Suharto, 2008).

Remaja sebagai generasi penerus merupakan kelompok yang perlu mendapat

perhatian. Data dari beberapa penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh

remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja putri secara normal akan

mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan

menstruasi akan dikeluarkan sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan

hemoglobin. Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja wanita lebih banyak

dibandingkan pria. Di lain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan

makanan karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat-

zat gizi yang lebih tinggi (Dep.Kes, 2007).

Menurut Utamadi (2008), yang dikutip dari remaja punya banyak kegiatan

seperti sekolah dari pagi sampai siang, dilanjutkan dengan kegiatan ekstra sekolah

sampai sore, belum lagi kalau ada kegiatan tambahan yang lainnya. Semua kesibukan

itu sering membuat kita tidak sempat untuk makan, apalagi memikirkan komposisi

dan kandungan gizi dari makanan yang kita masuk ke tubuh kita. Akan tetapi, kondisi

cepat lelah dan lemas bisa juga disebabkan oleh anemia.

1
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan tanggapan dari remaja putri terhadap

masalah-masalah yang akan timbul akibat dari anemia tersebut, yang tentunya

dibutuhkan pengetahuan yang cukup terhadap hal tersebut serta sikap yang positif

dalam menghadapi masalah tersebut (Notoatmodjo, 2003) dikutip dari KTI Sari

(2011). Hasil peneliti yang dilakukan Suharto, (2008) pada remaja putri didapatkan

3,89% remaja melakukan diet penurunan berat badan, 16,78% tidak melakukan

sarapan pagi. Perilaku remaja yang tidak sehat sehinnga terjadi anemia dapat juga

disebabkan oleh berbagai faktor. Masalah anemia pada remaja putri disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja akibat kurangnya

penyampaian informasi, kurang kepedulian orang tua, masyarakat dan pemerintah

terhadap kesehatan remaja serta belum optimalnya pelayanan kesehatan remaja

(Dep.kes, 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), Penduduk Indonesia sebanyak

233 jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja berusia 10 sampai 24 tahun.

Sedangkan Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) tahun 2009, jumlah

penduduk di Jawa Tengah adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja putri 10-17

tahun 3.878.474 jiwa. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006,

yaitu 28% (Depkes RI, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi pada bayi 40,5%, ibu hamil

50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-24 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun

39,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi

untuk menderita anemia terutama remaja putri. Berbagai gejala anemia defisiensi

anemia ditimbulkan akibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah

yaitu seperti mudah lelah, lemas, lesu, muka pucat, kuku mudah pecah, kurang selera

makan, napas pendek, hingga menurunkan ketahanan hingga kinerja fisik, sehingga

2
menurunkan kapasitas kerja, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti

konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak usia sekolah,

remaja putri dan kelompok usia lainnya (isniati, 2007).

Data dari Depkes (2009) di mana didapatkan penderita anemia pada remaja

putri berjumlah 33,7%. Sedangkan menurut Inayati (2007) angka kejadian anemia di

Jawa Tengah masih 30,4% dan Semarang sebanyak 26% remaja menderita anemia

(SKRT, 2006).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang Gambaran Pengetahuan Terhadap Anemia pada Remaja Putri di SMP

2 Sedayu.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Gambaran Pengetahuan

Terhadap Anemia pada Remaja Putri di SMP 2 Sedayu ?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di SMP

2 Sedayu

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di

SMP 2 Sedayu pada tingkat baik

b. Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di

SMP 2 Sedayu pada tingkat cukup

3
c. Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di

SMP 2 Sedayu pada tingkat kurang.

d. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi

gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di SMP 2 Sedayu

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

institusi kesehatan khususnya Puskesmas Sedayu II mengenai gambaran

pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri di SMP 2 Sedayu.

2. Bagi FKIK UMY

Sebagai bahan informasi data sehingga diharapkan dapat menambah

wacana keilmuan terutama dalam bidang Kesehatan Masyarakat

3. Bagi mahasiswa.

Sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian, sehingga

dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan mahasiswa tentang

gambaran pengetahuan terhadap anemia pada remaja putri SMP.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia antara

lain :

Melani Puji Astuti (2013), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia pada Siswi kelas XI di SMA

Muhammadyah 1 Sragen menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan Accidental sampling.

4
Hasil penelitian terhadap 33 siswi kelas XI di SMA Muhammdyah 1 Sragen tentang

Anemia, yang berpengetahuan baik 5 siswi (15,15%), berpengetahuan cukup 22 siswi

(66,67%) dan berpengetahuan kurang 6 siswi (18,18%). Persamaan dengan penelitian ini

adalah jenis penelitiannya yaitu deskriptif, sedangkan perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada lokasi, waktu dan tehnik pengambilan sampelnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2011).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam tingkat

yaitu :

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mempelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat

menyebutkan tanda- tanda kekurangan kalori dan protein pada anak

balita.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

6
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan

makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

7
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memeliki tingkat

pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang

tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami

perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar,

pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan

ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-

ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin

matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha

8
melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman

tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan

kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif

dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan dan lingkungan sekitar

Lingkunggan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup

dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan

lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai

sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), untuk memperoleh pengetahuan ada 2

macam cara, yaitu :

1) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

9
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) dan

eror (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan dan otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah,

tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama dalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah

orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan

penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah

sudah benar.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, pepatah ini mengandung

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

e) Cara akal sehat (Comman Sense)

10
Akal sehat atau (comman sense) kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan berkembang,

orang tua jaman dahulu menggunakan cara hukuman fisik agar anaknya

menuruti keinginan orang tuanya. Ternyata cara ini berkembang menjadi

teori, bahwa hukuman adalah metode bagi pendidikan anak.

f) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan umum. Kemudian

disimpulkan kedalam konsep yang memungkinkan seseorang untuk

memahami suatu gejala.

g) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan yang khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa

sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku

juga kebenarannya pada peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk

dalam kelas itu.

2) Cara Modern atau cara ilmiah

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van

Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa

ini kita kenal dengan penlitian ilmiah.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

11
Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia,

karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi

manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Masa remaja juga merupakan masa

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini banyak

terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan

tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam

kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan

makin derasnya arus informasi (Depkes RI, 2007).

Remaja putri adalah individu dengan jenis kelamin perempuan berusia

11-14 tahun yang sudah mengalami menarche (Depkes RI, 2007).

b. Ciri-ciri khusus pada remaja putri (Depkes RI, 2007)

 Pinggul melebar

 Pertumbuhan rahim dan vagina

 Mensturasi awal

 Pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak

 Pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat)

 Pertambahan berat badan tinggi badan

c. Pembagian masa remaja

Menurut Depkes RI (2007), masa remaja dibagi menjadi 3, yaitu :

 Remaja awal (10-13 tahun)

 Remaja tengah (14-16 tahun)

 Remaja akhir (17-19 tahun)

12
3. Konsep Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda

pada laki-laki da perempuan. Untuk pria, anemia didefinisikan sebagai kadar

hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin

kurang dari 12,0 gram/100ml (Proverawati, 2011).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas

pengangkut oksigen darah/ hemoglobin (Hb) yang levelnya kurang dari 11,5

gr/dL (Wikipedia, 2014).

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh

lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang

dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai

bahan serta fungsi homeostasis. Sel darah merah adalah sel yang terbanyak

didalam darah yang mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu

hemoglobin. Fungsi utama sel darah merah ialah mengikat dan membawa O2 dari

paru – paru untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh sel di berbagai jaringan.

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks.

Peranan zat besi dalam hemoglobin yaitu, besi yang berada didalam

molekul hemoglobin sangat penting untuk menjalankan fungsi pengikatan dan

penglepasan oksigen. Hanya dengan molekul besi yang berada didalam

hemoglobin itulah oksigen diikat dan dibawa. Bila terjadi kekurangan besi,

13
jumlah hemoglobin juga akan berkurang, sehingga jumlah oksigen yang dibawa

juga bekurang. Hal ini akan tampak jelas pada keadaan kekurangan (defisiensi)

besi yang menimbulkan keadaan kekurangan darah (anemia).Anemia merupakan

penyakit yang banyak dijumpai dan disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya

adalah kekurangan berbagai zat gizi yang dapat menyebabkan anemia. Jenis

anemia yang sering terjadi adalah anemia defisiensi besi yang sering terjadi pada

masa – masa pertumbuhan. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang

timbul akibat menurunnya jumlah zat besi total dalam tubuh, sehingga cadangan

besi untuk eritropoesis berkurang.

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa

tahap, awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, yang lama –

kelamaan timbul gejala anemia. Zat besi yang terdapat dalam sel tubuh ini

berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya memproduksi sel

darah merah. Selain itu sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen (O2)

keseluruh jaringan tubuh. Sedangkan O2 sangat penting dalam proses

pembentukan energi agar produktifitas kerja sel penting dalam mempertahankan

daya tahan tubuh, agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang

dengan kadar Hb kurang dari normal (< 11,5 gr/dL) memiliki kadar sel darah putih

( leokosit ) untuk melawan bakteri yang rendah juga.

a. Sebab Anemia

1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan

a) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, atau

multiple myeloma

b) Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan

kerusakan sel-sel darah (anemia hemolitik)

14
c) Kemoterapi

d) Penyakit kronis: AIDS

2) Kehilangan darah

a) Perdarahan: menstruasi, persalinan

b) Penyakit: malaria

c) Penyakit kronis seperti kanker,kolitis ulserativa, atau rheumatoid

arthitis

d) Kehilangan darah (misalnya, dari periode menstruasi berat atau borok

lambung)

3) Penurunan produksi sel darah merah

a) Obat-obatan/racun (obat penekan sumsum tulang:

kortikosteroid, alcohol)

b) Diet yang rendah, vegetarian ketat

c) Gagal ginjal

d) Genetik – beberapa bentuk anemia, seperti talasemia,

e) Kehamilan

f) Operasi untuk lambung atau usus yang mengurangi penyerapan zat

besi, vitamin B12, atau asam folat (Proverawati, 2011).

b. Tanda dan gejala anemia

1) Anemia Ringan

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya

pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia bisa membuat buruk

hampir semua kondisi medis lainnya yang mendasari. Jika anemia ringan, biasanya

menimbulkan gejala apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis),

15
tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak

ada gejala apapun sampai anemia menjadi lebih berat (Proverawati, 2011).

Gejala anemia yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

a) Kelelahan

b) Penurunan energi

c) Kelemahan

d) Sesak napas

e) Ringan

f) Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)

g) Tampak pucat

2) Anemia Berat

Beberapa tanda tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada

seseorang dapat mencakup:

a) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan

berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika

anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.

b) Denyut jantung cepat

c) Tekanan darah rendah

d) Frekuensi pernapasan cepat

e) Pucat atau kulit dingin

f) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah

merah

g) Murmur jantung

h) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu

16
i) Nyeri dada

j) Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri)

k) Kelelahan atau kekurangan energi

l) Sakit kepala

m) Tidak bisa berkonsentrasi

n) Sesak napas (khususnya selama latihan)

o) Nyeri dada, angina, atau serangan jantung

p) Pingsan

c. Akibat anemia

1) Anemia mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita

anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk-pilek, mudah flu, atau

mudah terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,

karena harus memompa darah lebih kuat.

2) Anemia dapat mengganggu proses tumbuh kembang bahkan perkembangan

berfikir juga akan terganggu dan mudah terserang penyakit.

3) Gangguan penyembuhan luka

4) Kemampuan mengatur suhu tubuh menurun

5) Menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi

6) Menurunkan kemampuan kerja

7) Bila terjadi kehamilan akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) dan juga perdarahan hingga kematian saat melahirkan

(Proverawati, 2011).

d. Remaja Putri Lebih Rentan Terhadap Anemia

17
Hal ini berkaitan dengan kondisi remaja putri itu sendiri yang mengalami

masa haid (menstruasi). Saat remaja mulai mengalami menstruasi di masa puber.

Dalam fase itu, zat gizi seperti zat besi, vitamin A dan kalsium sangat diperlukan.

Akibat menstruasi pada remaja putri dapat kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah

yang dikeluarkan oleh remaja putra. Karena itu kebutuhan zat besi pada remaja putri

adalah tiga kali lebih besar dari remaja putra untuk mengembalikan kondisi tubuhnya

kekeadaan semula untuk mengganti darah yang keluar pada saat menstruasi

(Proverawati, 2011).

e. Pencegahan Pada Anemia

1) Mengkonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi seperti daging, dan

sayuran yang berwarna hijau sesuai kebutuhan.

2) Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kualitas sel darah merah

(hemoglobin)

3) Harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang dari yang dibutuhkan

akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan kesehatan.

4) Istirahat yang teratur dan menggunakan kebiasaan hidup sehat.( Proverawati,

2011).

f. Penatalaksanaan Pada Anemia

1) Tindakan umum :

a) Transfusi darah

b) Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sitem

kekebalan tubuh

c) Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang

membuat sel-sel darah

18
Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral

(Proverawati, 2011).

B. KERANGKA KONSEP

Karakteristik Responden

 Umur Pengetahuan
 Pendidikan Remaja Putri
 Pekerjaan terhadap Anemia
 Sumber Informasi

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif.

Deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi

pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan

dalam bentuk angka - angka (Riwidikdo, 2012).

Pada penelitian ini mendiskripsikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang

anemia pada siswi kelas di SMP 2 Sedayu.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah siswi SMP 2 Sedayu yang berjumlah 207

siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2012).. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh siswi kelas di SMP Negeri 2 Sedayu yang berjumlah 207 siswi.

3. Teknik Pengambilan sampel

20
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili

keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan

“sample jenuh”. Menurut Hidayat (2010), sample jenuh merupakan cara

pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi

sampel.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di

SMP Negeri 2 Sedayu. Waktu penelitian adalah rencana tentang jadwal yang

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Notoatmodjo,

2012). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2018.

D. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah mengidentifikasikan variable secara operasional

berdasarkan karateristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2010).

Tabel 1.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasionalSkala Hasil Alat


Ukur ukur
Tingkat Kemampuan/pengeta Ordinal Baik, bila nilai Kuisioner
pengetahuan huan remaja putri responden (x) >
remaja putri tentang anemia yang mean + 1 SD
tentang meliputi: Cukup, bila nilai
anemia a. Pengertian mean – 1 SD ≤ x
anemia ≤ m e a n + 1 SD
b. Sebab anemia

21
c. Tanda dan Kurang, bila nilai
gejala anemia responden
d. Akibat anemia (x) < mean – 1 SD
e. Penatalaksanaan (Riwidikdo,2013)
anemia

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu

memberikan suatu serangkaian pertanyaan yang telah ditulis dan responden tinggal

memilih jawaban benar atau salah (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen ini ada 27 soal, dimana permasalahan soal tersebut mengenai

tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia. Sistem penilaian pertanyaan

dengan kriteria positif (favorable) yaitu bila menjawab benar nilainya 1 jika

menjawab salah nilainya 0 dan kriteria negatif unfavorable bila menjawab salah

nilainya 1 dan jika menjawab benar nilainya 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan

memberi tanda cetang ( ) pada jawaban yang dianggap benar.

F. CARA PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan ini adalah telaah masalah, penetapan topik

penelitian, telaah pustaka, penyusunan proposal, penyusunan instrumen

penelitian, dan penyelesaian ijin penelitian. Tahap persiapan ini dilaksanakan

pada tanggal 8 Agustus 2017 sampai tanggal 12 Agustus 2017.

2. Tahap pelaksanaan

22
Tahap pelaksanaan akan dilakukan yaitu antara tanggal 14 Agustus 2017 sampai

dengan tanggal 19 Agustus 2017. Diawali dengan menjelaskan tujuan dilakukan

penelitian ini kepada calon responden penelitian, kemudian dilanjutkan dengan

memandu responden untuk pengisian kuesioner dan wawancara singkat terhadap

responden.

3. Tahap akhir

Pada tahap akhir, setelah pengumpulan dan pengolahan data selesai dilakukan,

peneliti menyusun laporan penelitian dan kesimpulan dan dilanjutkan dengan

seminar hasil yang akan dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2017.

G. ANALISIS DATA

Data akan dianalisis dengan analisis deskriptif pada data yang telah

didapatkan untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu

terhadap imunisasi MR di Wilayah Puskesmas Sewon II.

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Subyek penelitian ini merupakan Ibu yang memiliki anak usia imunisasi MR

(9 bulan – 15 tahun) yang melakukan pemeriksaan ke puskesmas Sewon II atau ibu

dari wali murid yang mendapatkan imunisasi MR di sekolah-sekolah. Pada

penelitian di atas peneliti mendapatkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebanyak 111 ibu.

1. Karakteristik Subyek

1.1 Usia Responden

Tabel 4.1 Sebaran Usia Responden

Usia Responden Jumlah Persentase(%)

< 20 1 0.90%

20 – 40 78 70.27%

>40 32 28.82%

Jumlah 111 100%

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada

pada golongan usia antara 20-40 tahun sebanyak 78 responden (70.27%), sesuai

dengan target responden pada penelitian ini yaitu ibu-ibu usia produktif yang

memiliki anak balita yang diprediksikan sudah mengetahui tentang imunisasi.

1.2 Pendidikan Responden

24
Tabel 4.2 Sebaran Responden terhadap Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Pendidikan Rendah 29 26.13%

Pendidikan Sedang 68 61.26%

Pendidikan Tinggi 14 12.61%

Jumlah 111 100%

Dari tabel 4.2 tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi

tiga kelompok. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi (tamat/tidak tamat perguruan tinggi) yaitu sebanyak 14

orang (12.61%). Sebanyak 68 responden (61.26%) berpendidikan sedang,

dan sebanyak 29 responden (26.13%) berpendidikan rendah. Hal ini

didapatkan bahwa sebagian besar memiliki pendidikan sedang yaitu Tamat

SMA.

1.3 Pekerjaan Responden

Tabel 4.3 Sebaran Responden terhadap Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase %


Ibu rumah tangga 86 77.47%
Karyawan 12 10.81%
Wiraswasta 7 6.30%
Guru 2 1.80%
Buruh 2 1.80%
Petugas Kesehatan 1 0.90%
Lain-lain 1 0.90%
Jumlah 111 100%
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar dari total responden

sebanyak 86 responden (77.47%) tidak memiliki pekerjaan (ibu rumah

25
tangga). Sebanyak 12 responden bekerja sebagai karyawan (10.81%),

sebanyak 2 responden bekerja sebagai guru (1.8%), sebanyak 7 responden

sebagai wiraswasta (6.3%), 2 responden sebagai buruh (1.8%), petugas -

kesehatan 1 responden (0.9%), dan lain lain sebanyak 1 responden (0.9%).

Berdasarkan data yang ada di wilayah Sewon kebanyakan responden tidak

memiliki pekerjaan atau hanya sebagai ibu rumah tangga.

1.4 Pengetahuan Responden

4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Responden Jumlah Presentase (%)


Baik 10 9,05%
Cukup 42 37,8%
Kurang 59 53,15%
Jumlah 111 100

Pengetahuan responden tentang imunisasi pada balita dilihat dari beberapa

pertanyaan mengenai imunisasi MR. Pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan.

Skor nilai pertanyaan responden tertinggi 10. Untuk pengolahan lebih lanjut,

maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi 3

kelompok, yaitu baik, cukup, dan kurang dengan dasar pengkategorian

adalah baik 76-100%, 56-75% untuk cukup, dan <56% untuk buruk. Dengan

total responden dengan pengetahuan baik 10 (9,05%), cukup 42 (37,8%) dan

responden pengetahuan kurang 59 (53.15%).

1.5. Sikap Responden

Tabel 4.5 Sebaran Sikap Responden

26
Sikap Responden Jumlah Presentase (%)
Baik 105 94,6
Buruk 6 5,4
Jumlah 111 100

Pada tabel 4.5. terlihat bahwa sebagian besar dari total responden

yaitu sebanyak 105 responden (94,6%) memiliki sikap yang baik terhadap

imunisasi MR, dan sejumlah kecil responden yang lain, yaitu 6 responden

(5,4%) memiliki sikap yang buruk terhadap imunisasi.

1.6 Perilaku Responden

Tabel 4.6 Sebaran Perilaku Responden

Perilaku Responden Jumlah Presentase (%)


Baik 75 67.57
Buruk 36 32.43
Jumlah 111 100

Pada tabel 4.6. terlihat bahwa mayoritas dari total responden sebanyak 75

responden (67,57%) memiliki perilaku yang baik tentang pelaksanaan

imunisasi MR, sedangkan 6 orang responden yang lain (32,43%) memiliki

perilaku yang buruk tentang pelaksanaan imunisasi MR.

2. Persebaran Jawaban Responden

Tingginya persentase responden dengan pengetahuan buruk membuat

penulis melakukan pengukuran persebaran jawaban ressponden di masing –

masing pertanyaan tentang pengetahuan serta pertanyaan tentang sumber

informasi yang dapat mempengaruhi perilaku pasien.

 Pertanyaan Pengetahuan Nomor 1

27
Apa yang ibu ketahui tentang
imunisasi pada anak?
100

50

0
a b c d e

a b c d e
Series1 98 86 0 0 0

Series1

Pada pertanyaan tentang yang ibu ketahui tentang imunisasi pada anak, 98

jawaban ibu mengerti imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap

suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh

tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

seseorang, 86 jawaban tentang pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu, dan tidak ada jawaban tidak tahu. Berdasarkan jawaban

tersebut, semua responden mengerti tentang pengertian imunisasi.

 Pertanyaan Pengetahuan Nomor 2

Dimanakah ibu bisa mendapatkan


imunisasi untuk anak anda?
100
80
60
40 Series1
20
0
a b c d e
Series1 72 100 25 27 0

28
Pada pertanyaan tentang tempat mendapatkan imunisasi didapatkan 72

jawaban untuk posyandu, 100 jawaban untuk puskesmas, 25 jawaban untuk

RS bersalin, 27 jawaban untuk RS umum, dan 0 jawaban untuk tidak tahu.

Berdasarkan jawaban tersebut, didapatkan bahwa responden mengetahui

tempat untuk mendapatkan imunisasi dan yang terbanyak adalah dari

posyandu dan puskesmas.

 Pertanyaan Pengetahuan Nomor 3

Apa yang ibu ketahui tentang


imunisasi MR?
120
100
80
60
Series1
40
20
0
a b c d e
Series1 0 0 2 104 5

Pada pertanyaan ini, 2 responden menjawab imunisasi MR adalah imunisasi

yang diberikan untuk perlindungan penyakit difteri dan tetanus, 104

responden menjawab imunisasi ini diberikan untuk perlindungan penyakit

campak dan rubella, dan 5 responden tidak tahu tentang imunisasi MR.

Berdasarkan grafik ini, sebagian besar responden tahu bahwa imunisasi MR

diberikan untuk campak dan rubella, 2 orang salah, dan 5 responden tidak

tahu.

29
 Pertanyaan Pengetahuan Nomor 4

Pada usia berapa saja imunisasi MR


boleh diberikan?
80
70
60
50
40
Series1
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Series1 12 18 11 77 10

Pada pertanyaan tentang pada usia berapa saja imunisasi MR boleh

diberikan, 12 jawaban didapatkan pada usia 2 bulan, 18 jawaban sejak lahir,

11 jawaban usia 5 tahun, 77 jawaban usia 9 bulan, dan 10 jawaban tidak tahu.

Berdasarkan grafik ini dapat dilihat bahwa responden belum mengetahui

pemberian vaksin MR bisa diberikan mulai dari usia 9 bulan sampai dengan

15 tahun.

 Pertanyaan Pengetahuan Nomor 5

Apakah jenis imunisasi lain yang ibu


ketahui? sebutkan....
70
60
50
40
30 Series1
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Series1 67 8 13 8 10 5

30
Pada pertanyaan tentang jenis imunisasi lain, 67 responden tidak menjawab,

8 responden menjawab 1 jenis vaksin, 13 responden menjawab 2 jenis

vaksin, 8 responden menjawab 3 jenis vaksin, 10 responden menjawab 4

jenis vaksin, dan 5 responden menjawab 5 jenis vaksin. Berdasarkan data,

dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak menyebutkan tentang jenis

vaksin lain.

 Pertanyaan Perilaku Nomor 5

Darimana ibu mendapat informasi


tentang imunisasi MR?
80
70
60
50
40
Series1
30
20
10
0
a b c d e f g
Series1 80 17 19 63 7 8 2

Responden mendapat informasi terbanyak dari puskesmas yaitu 80 jawaban

dari petugas puskesmas, 17 jawaban dari dokter umum, 19 jawaban dari

media cetak, 63 jawaban dari media elektronik, 7 jawaban dari orang tua, 8

jawaban dari tetangga, dan 2 jawaban lain-lain (pak RT dan bidan).

Berdasarkan grafik ini, didapatkan bahwa responden mendapatkan informasi

tentang MR terbanyak dari petugas puskesmas dan media elektronik

 Pertanyaan Perilaku Nomor 6

31
Sumber informasi mana yang paling
berkesan untuk ibu?
80

60

40
Series1
20

0
a b c d e f
Series1 66 78 8 40 4 1

Sumber informasi yang paling berkesan adalah 66 jawaban untuk petugas

puskesmas, 78 jawaban dokter umum, 8 jawaban dari media cetak, 40

jawaban dari media elektronik, 4 jawaban dari tetangga, dan 1 jawaban lain-

lain (Ketua RT).

B. PEMBAHASAN

Hal yang dibahas pada bab ini antara lain tentang gambaran pengetahuan,

sikap dan perilaku ibu terhadap imunisasi MR di puskesmas Sewon II. Dari hasil

presentasi pengetahuan ibu didapatkan bahwa 9,05% responden memiliki

pengetahuan yang baik mengenai imunisasi MR, sedangkan untuk pengetahuan

cukup sebesar 37,8%, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang 53,15%.

Hasil ini tidak sejalan dengan karakteristik responden terutama pada usia.

Responden umumnya berusia produktif 20 – 40 tahun yang dinilai masih mampu

mendapatkan informasi. Selain itu, tingkat pendidikan responden yang mayoritas

adalah tingkat pendidikan sedang dengan pekerjaan ibu rumah tangga membuat

responden seharusnya bisa mengakses informasi lebih banyak.

32
Menurut teori, pengetahuan ibu tentang imunisasi yang baik mempengaruhi

motivasi ibu dalam mengimunisasi bayinya. Adanya hasil mayoritas ibu yang buruk

tentunya mengkhawatirkan karena sangat mungkin mempengaruhi motivasi untuk

menentukan sikap dan perilaku terhadap imunisasi. Namun, hasil yang berbeda

justru mengemuka. Pada tabel 4.5. terlihat bahwa sebagian besar dari total

responden yaitu sebanyak 94,6% responden memiliki sikap yang baik terhadap

imunisasi MR, dan hanya sejumlah kecil (5,4%) yang memiliki sikap yang buruk

terhadap imunisasi. Data ini menunjukkan sikap ibu yang menerima dan setuju

bahwa imunisasi ini adalah baik dan bermanfaat bagi bayi.

Data lainnya yang juga bertolak belakang dengan teori adalah tentang

perilaku ibu. Pada tabel 4.6. terlihat bahwa mayoritas dari total responden yaitu

sebanyak 67,57% responden memiliki perilaku yang baik tentang pelaksanaan

imunisasi MR, sedangkan sisanya memiliki perilaku yang buruk tentang

pelaksanaan imunisasi MR. 2 di antara 6 responden yang berperilaku buruk adalah

responden yang anti dengan imunisasi. Keduanya berpendapat bahwa imunisasi

tidak diperlukan karena imunitas alami saja sudah cukup. Hal ini menunjukkan

bahwa selain menerima bahwa MR adalah suatu hal yang baik, mayoritas responden

juga bersedia untuk mengimunisasi anaknya. Menarik untuk mengetahui lebih rinci

tentang motivasi ibu namun karena penelitian ini hanya bersifat deskriptif maka

penulis tidak bisa menggali lebih dalam tentang motivasi ibu.

Hasil yang demikian bisa jadi menguntungkan bagi penyelenggara imunisasi

karena capaian target tetap bisa dicapai walaupun responden memiliki tingkat

pengetahuan yang buruk, namun perlu diwaspadai bahwa menurut penelitian oleh

Notoatmodjo pada tahun 2003, penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

33
akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak di dasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Maka tetap

diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden agar program

imunisasi MR yang nantinya akan rutin berjalan bisa selalu berhasil.

Hasil presentase pengetahuan yang buruk membuat penulis tertarik untuk

memetakan jawaban responden secara lebih rinci terutama pada pertanyaan tentang

pengetahuan dan sumber informasi. Sumber informasi juga perlu diketahui untuk

menilai apakah ada kemungkinan kesalahan informasi yang didapatkan oleh

responden. Dari hasil penghitungan jawaban responden didapatkan bahwa

responden sebenarnya sudah cukup mengetahui tentang imunisasi MR secara umum

namun ketika diminta untuk menyebutkan jenis imunisasi lain, mayoritas responden

tidak memberikan jawaban. Penulis menganggap bahwa responden tidak tahu. Hal

ini cukup mengherankan karena responden sudah pernah memberikan imunisasi

dasar kepada anak namun tidak bisa menyebutkan jenis imunisasi tersebut.

Responden mayoritas mendapat informasi tentang imunisasi MR dari petugas

Puskesmas, lalu kemudian dari media elektronik (TV, Radio, media sosial dll).

Namun, sumber informasi yang paling berkesan untuk responden mayoritas adalah

dokter umum/spesialis. Hal ini menunjukkan responden bisa jadi akan lebih

mengingat suatu informasi bila yang menyampaikan adalah seorang dokter

walaupun mungkin ia sudah pernah mendapatkan informasi yang sama dari petugas

Puskesmas atau media elektronik. Maka perlu peran serta dokter untuk ikut

menyampaikan informasi terkait program maupun kegiatan kesehatan yang akan

dilaksanakan oleh Puskesmas.

34
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik

beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Dilihat dari usia responden, pada umumnya responden berusia 20-40 tahun

dengan presentase sebesar 70,27 %,

2. Dilihat dari segi pendidikan kebanyakan responden memiliki tingkat

pendidikan sedang yaitu 68 responden (61,26%), tingkat pendidikan rendah

sebanyak 29 responden (26,13%), dan responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 14 responden (12,61%).

3. Dilihat dari pekerjaan, mayoritas responden hanya sebagai ibu rumah tangga

yaitu 86 responden (77,47%).

4. Presentase tingkat pengetahuan responden adalah pengetahuan baik 10

(9,05%), cukup 42 (37,8%) dan responden pengetahuan kurang 59 (53.15%).

5. Sikap dari sebagian besar dari total responden yaitu sebanyak 105 responden

(94,6%) memiliki sikap yang baik terhadap imunisasi MR, dan hanya 6

responden (5,4%) memiliki sikap yang buruk terhadap imunisasi.

6. Perilaku responden yang terlihat adalah mayoritas dari total responden yaitu

sebanyak 75 responden (67,57%) memiliki perilaku yang baik tentang

pelaksanaan imunisasi MR, sedangkan 6 orang responden yang lain (32,43%)

memiliki perilaku yang buruk.

7. Responden mendapatkan informasi tentang MR terbanyak dari petugas

puskesmas dan media elektronik

35
8. Sumber informasi yang paling berkesan adalah dari dokter umum/spesialis.

B. SARAN

 Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian secara kualitatif untuk lebih menggali

pengetahuan, sikap dan perilaku masing – masing responden terkait imunisasi

MR

 Untuk Puskesmas

1. Melakukan pemanfaatan media elektronik seperti televisi, radio maupun

sosial media antara lain :

 Menyebarluaskan video penyuluhan yang dibintangi oleh dokter melalui

media partner seperti televisi atau radio lokal. Hal ini menyatukan dua

sumber informasi yang sering diakses dan berkesan bagi masyarakat yaitu

media elektronik dan dokter umum.

 Membuat akun sosial media yang banyak diakses oleh masyarakat Sewon

(sebelumnya harus dilakukan assessment terlebih dahulu) untuk

menyebarluaskan informasi tentang kesehatan maupun program

Puskesmas. Saran ini memiliki sasaran bagi remaja dan dewasa usia

produktif.

36
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2001). Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Depkes. (2004). Perjalanan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Dinkes. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Bantul: Dinas Kesehatan


Kabupaten Bantul.

Gunardi, H., Kartasasmita, C., Rezeki, S. S., Soedjatmiko, Oswari, H., Pusponegoro, H.,
. . . Hendrarto, T. W. (2017). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun. IDAI.

Kemenkes. (2016). Situasi Imunisasi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Triana., V. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar


Lengkap Pada Bayi Tahun 2015. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas.

WHO, U. W. (2009). State of the world's vaccines and immunization 3rd Ed. Geneva:
World Health Organization.

37

Anda mungkin juga menyukai