Anda di halaman 1dari 42

UVEITIS ANTERIOR

Chelsea Vidia Sanjaya (20110310038)


ANATOMI UVEA
Uvea adalah lapis vaskular di dalam bola mata yang
terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid.

iris
anterior
Badan
Uvea siliar

posterior koroid
IRIS
 Iris berbentuk membran datar  kelanjutan
dari badan silier ke arah depan
 Iris sebagai pembatas antara kamera anterior
dari kamera posterior yang berisi akuous
humor
 Di bagian tengah terdapat pupil (mengatur
banyanya cahaya yang masuk)
 Secara normal tepi bersentuhan dengan lensa
namun tidak melekat dengan lensa
BADAN SILIAR
 Bagian uvea yang terletak antara iris dan
koroid, berbentuk seperti segitiga
 Terdiri dari : -pars korona
-pars plana
 Banyak mengandung pembuluh darah kapiler
dan vena
 Tempat menghasilkan humor aqous
 Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii
sebagai penggantung lensa.
KOROID

 Koroid merupakan bagian uvea yang paling


luas
 Terletak diantara retina dan sklera (bagian
posterior uvea)
 Terdiri dari 3 lapisan (dalam ke luar) :
membran bruch  koriokapiler 
pembuluh darah  suprakoroid
UVEITIS
Iris (iritis)
Anterior
(paling sering) Iris dan anterior
badan silier
(iridosiklitis)

Uveitis Posterior badan


Intermedia silier dan
perifer retina
Uvea di
Posterior belakang
viterous (
KLASIFIKASI
 Uveitis Anterior / iridosiklitis : peradangan pada
iris (iritis) atau badan siliar (siklitis) atau keduanya
(iridosiklitis)
 Uveitis intermediate / pars planitis: peradangan
pada corpus siliaris posterior
 Uveitis posterior / koroiditis : peradangan yang
terjadi pada jaringan koroid (koroiditis)
 Panuveitis : bila keradangan mengenai ketiga
bagian uvea
DEFINISI UVEITIS ANTERIOR
 Radang Uvea :
 mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau iris 
iritis
 Bila mengenai bagian tengah uvea  siklitis

 Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis  UVEITIS


ANTERIOR (IRIDOSIKLITIS)

 Uveitis didefinisikan sebagai proses inflamasi pada salah


satu atau semua bagian dari uvea (iris, badan siliar/korpus
siliar, dan koroid).
UVEITIS
ETILOGI
 Penyakit Sistemik :
 Spondilitis Ankilosa (radang pada tulang belakang dan sendi
– sendi besar)
 Infeksi TB
 Jamur (candidiasis)
 Virus (Herpes Zooster)
 Protozoa (Toxoplasma)
 Cacing ( Toxokariasis)
 Trauma
 Autoimun
 Pembedahan
UVEITIS ANTERIOR
ETILOGI Uveitis Anterior

Non –
Granulomatosa
Granulomatosa
(infitratnya terdiri
(infiltratnya terdiri
dari sel plasma
dan limfosit) dari sel epitoloid
dan makrofag)

Akut Kronik Akut Kronik


UVEITIS

Gejala 6 minggu atau


kurang (mata merah,
Akut sakit, fotofobia,
pemglihatan turun ringan,
mata berair)
Uveitis

Berlangsung hingga 6
Kronik
bulan
Uveitis Anterior

Granulomatosa akut :
 Sarkoiditis (granuloma diseluruh
tubuh dengan peradangan)
Sifilis
Tuberkulosis
Virus
Jamur
Parasit
Uveitis Anterior
 Non - Granulomatosa akut :
 Trauma
 Diare kronis
 Herpes simpleks
 Penyakit reiter ( radang sendi dan tendon)
 Sindrom Bechet (Kelainan pada seluruh PD)
 Sindroma Posner Schlosman (Uveitis anterior, iritis,
iroidosiklitis dan ↑ TIO
 Adenovirus
 Pasca bedah
 Non - Granulomatosa kronik:
 Artritis Reumatoid
 Fusch heterokromik iridosiklitis
EPIDEMIOLOGI
 Terjadi pada ±15 : 100.000 penduduk, dimana 75 %
uveitis anterior
 Sebagian besar kasus yang terjadi uveitis anterior
(diikuti posterior, intermedia dan panuveitis)
 Terjadi pada kebanyakan ras kaukasian
 Penelitian  wanita >> uveitis anterior kronik
(etiologi belum diketahui, toxoplasmosis dll)
 Sering terjadi pada usia 20 sampai 50 tahun, insidensi
menurun pada usia > 70 tahun
PATOFISILOGI

 Invasi MO  lokal atau migrasi ke


mata  menembus sklera 
menembus pembuluh darah 
reaksi radang  aktivasi dari sistem
imun  inflamasi  manifestasi
klinik
PATOFISILOGI
 Reaksi radang :
 Peningkatan permeabilitas PD : eksudasi, iris edema,
pucat, pupil reflex ↓ sampai dgn hilang,pupil miosis
 Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA  COA
keruh, flare (+)
 Migrasi sel sel eritrosit ke COA : Hifema
 Migrasi Sel-sel radang, fibrin, fibroblast 
iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia
posterior) dan pada endotel kornea (sinekia anterior)
PATOFISILOGI

 Reaksi radang :
 Gangguan aliran aquous humor : ↑ TIO 
terjadi glaukoma sekunder
 Peradangan menyebar bisa menjadi
endoftalmitis dan panoftalmitis
MANIFESTASI KLINIK
Non-granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tidak spesifik
Nyeri Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merah sirkumkorneal Nyata Ringan
Keratic precipitates Putih halus Kelabu besar (mutton fat)
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur
Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Noduli iris Tidak ada Kadang-kadang
Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior atau difus
Perjalanan penyakit Akut Kronik
Kekambuhan Sering Kadang-kadang
Gejala
 Fotofobia  blefarospasme
 Nyeri, terutama di bulbus okuli,
 Sakit kepala di frontal yang menjalar ke temporal
 Mata merah
 Penurunan penglihatan (biasanya unilateral) dan daya
lakrimasi
 Edema palpebra
 Injeksi perkornea
 Nodul iris
 Presipitat keratik
 Sinekia posterior
PEMERIKSAAN FISIK
 COA: normal atau dangkal. Pada sinekia
posterior, maka COA terlihat dalam. Pada
pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek
Tyndal/flare positif.
Presipitat keratik
 Timbunan sel diatas endotel kornea.
 Gejala khas untuk uveitis jenis granulomatosa
 Pada KP kecil  khas untuk herpes zoster dan
sindrom uveitis Funch.
 Pada KP sedang  terjadi hampir pada semua tipe
uveitis anterior akut dan kronis.
 Pada KP besar  tipe “mutton fat” dan memberikan
gambaran berminyak.
Pemeriksaan Fisik
 Iris terlihat suram,
 Gambaran kripta tidak nyata,
 Edema dan warna dapat berubah,
terkadang didapatkan iris bombe.
 Pupil miosis, bentuknya irregular
 Refleks pupil menurun sampai tidak
ada
 Lensa keruh
Pasien dengan iridosiklitis :
Terdapat Presipitat keratik (melalui pengamatan slit –
lamp)
. (a) Aggregate of inflammatory cells on the corneal endothelium; (b) large 'mutton-fat' keratic
precipitates; (c) 'ghost' keratic precipitates; (d) old pigmented keratic precipitates (Courtesy of J Harry
and G Misson, from Clinical Ophthalmic Pathology, Butterworth-Heinemann, 2001 - fig. a)
Pada uveitis anterior tipe Granulomatous iritis :Busacca
nodules (tanda coklat) dan mutton-fat keratic precipitates
(tanda biru)
(a) Koeppe nodules
(b) Busacca nodules
(c) very large nodules in
sarcoid uveitis
Sinekia Posterior
 Perlekatan permukaan anterior lensa dengan iris
Pembagian Uveitis Anterior secara klinis
Ringan Sedang Berat
Keluhan ringan - sedang Keluhan sedang – berat Keluhan sedang – berat

Visus 20/20 – 20/30 Visus 20/30 – 20/100 Visus < 20/100

Kemerahan sirkumkorneal Kemerahan sirkumkorneal Kemerahan sirkumkorneal


superficial dalam dalam
Tidak ada KPs Tampak KPs Tampak Kps

1 + sel dan flare 1-3 + sel dan flare 3-4 + sel dan flare

TIO berkurang < 4 mmHh TIO berkurang 3-6 mmHg TIO meningkat

Miosis, sluggish pupil, Pupil terfiksasi (fibrous),


sinekia posterior ringan, tidak tampak kripta pada
udem iris ringan iris
DIAGNOSIS
 Anamnesis
Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan
kabur/penurunan tajam penglihatan
Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena
dapat menjadi faktor penyebab
 Pemeriksaan Oftalmologi
- visus ↓ ↓
- perubahan TIO
- injeksi silier
- keratik presipitat pada kornea
- flare pada COA
- sinekia
 Pemeriksaan penunjang
Untuk mencari etiologi penyebabnya apabila diagnosis
uveitis anterior sudah dapat ditegakkan
 Skin testing
 Tuberculin test (TB)
 Radiologi
 Chest X-Ray, dll
 Immunological tes
 HLA testing :
 Acute anterior uveitis: HLA-B27, HLA-B8.
 Ankylosing spondylitis: HLA-B27, HLA-B7.
 Reiter syndrome: HLA-B27.
 Rheumatoid arthritis: HLA-DR4.
PENATALAKSANAAN
 Midriatikum/sikloplegik
untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier,
sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat
panyembuhan dan mencegah terjadinya sinekia, atau
melepaskan sinekia yang telah ada.
Midriatikum yang biasa digunakan yaitu:
- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
 Steroid
 Topikal  prednisolone acetate 1% one drop
 Sistemik  dosis tunggal seling sehari yang
tinggi dan kemudian diturunkan hingga
dosis efektif
 Dapat pula diberikan subkonjungtiva dan
peribulbar
 Jangka lama  katarak, glaukoma, midriasis
pupil
KOMPLIKASI SERIUS
 Endoftalmitis  peradangan supuratif
berat dalam rongga mata dan struktur di
dalamnya dengan abses di dalam badan
kaca akibat dari peradangan yang meluas.
 Panoftalmitis  peradangan pada seluruh
bola mata termasuk sklera dan kapsul
tenon sehingga bola mata merupakan
rongga abses.
 Ablasio retina
PROGNOSIS

 Berespon baik jika sudah didiagnosis dari awal dan


diberikan pengobatan yang adekuat
 Uveitis anterior ini mungkin akan berulang, terutama
jika ada penyebab sistemik.
 Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih
dengan baik, tanpa adanya katarak, glaukoma atau
posterior uveitis maupun komplikasi lainnya.
 Apabila sudah terjadi komplikasi ablasio retina maka
prognosisnya akan menjadi buruk.

Anda mungkin juga menyukai