Anda di halaman 1dari 38

PRESENTASI KASUS

CARCINOMA MAMMAE

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Bedah RSUD Kota Salatiga

Disusun Oleh:
Tommy Akroma
NIPP. 20174011023

Pembimbing:
dr. Esdianto Setiawan, M.Si., Med., Sp. B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD KOTA SALATIGA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan presentasi kasus dengan judul


CARCINOMA MAMMAE

Disusun Oleh:
Nama : Tommy Akroma
NIPP : 20174011023

Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Sabtu, 9 Juni 2018

Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,

dr. Esdianto Setiawan, M. Si., Med., Sp.B


BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 62 tahun
Alamat : Krajan, Suruh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Masuk RS : 4 Juni 2018

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di payudara kiri.

2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Pasien datang ke RSUD Kota Salatiga dengan keluhan terdapat
benjolan di payudara kiri sejak 2 bulan SMRS. Benjolan ditemukan secara
tidak sengaja, pada awalnya benjolan di rasakan dan diraba kecil kira-kira
sebesar kelereng, namun lama kelamaan benjolannya membesar dan
tumbuh dibeberapa tempat hingga dekat ketiak kiri. Pasien juga mengeluh
terdapat nyeri pada benjolan tersebut, nyeri memberat saat aktivitas dan
berkurang saat istirahat.
Pasien juga mengeluh benjolan tersebut pertama kali teraba keras
oleh pasien, disertai dengan rasa gatal yang terus menerus di putting
payudara kiri, Ada cairan dan darah yang keluar dari benjolan dan putting
payudara kiri, pada beberapa benjolan warna benjolan berbeda dengan
warna payudara sekitar,didapatkan warna kemerahan pada beberapa
benjolan. Pasien juga mengeluh kulit disekitar putting mengekerut, putting
tertarik kedalam, tampak kemerahan, dan nyeri.
Pada 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien pernah menjalani
operasi biopsy pada benjolan kiri pasien, dan setelah keluar hasilnya pasien
disarankan untuk menjalani operasi pengangkatan seluruh payudara kiri
oleh dokter, pasien menyetujui untuk dilakukan operasi pengangkatn
payudara. Pasien tidak mengeluh demam, mual (-), muntah (-), pusing (-),
sesak (-), nyeri pada tulang (-). BAB dan BAK lancar. Pasien mengatakan
dalam 3 minggu terakhir mengalami penurunan berat badan dari 80 kg
menjadi 71 kg.
Pasien lupa haid pertama kali pada usia berapa, namunpasien
menikah pada usia 17 tahun dan 3 tahun kemudian pasien langsung
melahirkan anak pertama laki-laki. Pasien dikaruniai 3 orang anak. Pasien
sudah tidak mensturasi lagi pada usia 45 tahun. Sebelumnya siklus haid 30
hari, teratur. Riwayat pemakaian KB susuk, pasien tidak ingat sejak kapan
memakai kb tersebut. Pasien mengaku dapat mengeluarkan ASI pada saat
melahirkan anak pertamanya, dan berikutnya. Pasien tidak pernah
mendapatkan radiasi pada daerah dada. Pasien sudah menderita darah tinggi
/ hipertensi sudah 2 tahun, dan selama 2 tahun pasien tidak minum obat
hipertensi rutin dan lebih memilih minum obat herbal untuk mengobati
darah tingginya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal pasien. Riwayat
hipertensi 1 tahun terakhir. Riwayat radiasi dinding dada, riwayat
menderita kanker pada salah satu payudara, riwayat kanker ovarium,
diabetes melitus, penyakit jantung, asma disangkal oleh pasien.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengeluh sakit serupa. Riwayat
penyakit kanker dan tumor ganas maupun jinak, hipertensi, diabetes
melitus, disangkal oleh keluarga pasien.
5. Riwayat Personal Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga, dulu pasien sering mengangkat
gabah sebegai petani. Pasien tinggal bersama suami, anaknya yang terakhir
beserta menantu dan cucunya. Suami pasien merupakan seorang perokok
aktif. Pasien hidup berkecukupan dengan social ekonomi yang cukup.
Pasien tidak pernah meminum obat-obatan terlarang, mengkonsumsi
alcohol, dan merokok.

6. Anamnesis Sistem
 Kepala dan Leher : tidak ada keluhan
 THT : tidak ada keluhan
 Respirasi : tidak ada keluhan
 Kardiovaskular : tidak ada keluhan
 Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Perkemihan : tidak ada keluhan
 Reproduksi : tidak ada keluhan
 Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan

C. PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri :
Berat Badan :71 kg
Tinggi Badan : 152cm
BMI : 30.73 (Obesitas 2)
Kesan Umum Baik
Kesadaran Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Vital Signs / Nadi : 90x/menit
Tanda-Tanda Respirasi : 24x/menit
Vital Suhu :36,6 0C
Sa O2: 99%
Kepala dan Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), deviasi
trakea (-)
Palpasi Pembesaran limfonodi (-), Trakea teraba di garis
tengah
Pulmo
Inspeksi Bentuk dada tidak simetris, tampak benjoalan .
Benjolan di area putting mamme sinistra dengan
ukuran 2x2x2 cm kemerahan dan mengeluarkan
secret, kuadran superior medial mammae sinistra
dengan ukuran 3x3x3 cm berwarna kemerahan, dan
pada kelenjar getah bening axila sinistra terdapat
benjolan 4x5x5 cm.
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus
tidak ada peningkatan maupun penurunan
Perkusi Sonor
Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : +/+
Suara ronkhi: -/-
Wheezing : -/-
Cor
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Palpasi Teraba ictus cordis di SIC IV linea midclavicularis
sinistra
Perkusi Ukuran jantung dalam batas normal
Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada
bising ataupun suara tambahan jantung
Abdomen
Inspeksi Datar
Auskultasi Peristaltik usus (+) normal
Palpasi Supel, turgor kulit kesan baik, defans muscular (-
),liver splan lobus dextra 10 cm dan lobus sinistra 5
cm
Perkusi Timpani pada semua kuadran abdomen, area traube
timpani
Ekstremitas
Inspeksi Edema (-)
Palpasi Pitting edema (-), akral hangat
Status Lokalis
Mammae sinistra
 Inspeksi
Bentuk dada tidak simetris, tampak benjoalan . Benjolan di area
putting mamme sinistra dengan ukuran 2x2x2 cm kemerahan dan
mengeluarkan secret, kuadran superior medial mammae sinistra dengan
ukuran 3x3x3 cm berwarna kemerahan, dan pada kelenjar getah bening
axila sinistra / di ekor (tail) mammae sinistra terdapat benjolan 4x5x5 cm
warna benjolan sama seperti warna kulit.
Perubahan kulit : kemerahan (+), Ulcerasi (+), skin dimpling (+),
peau d’orange (+). Perubahaan putting / nipple : retraksi papil (+),nipple
discharge (+) erosi (+).
 Palpasi
Benjolan di area putting mamme sinistra dengan ukuran 2x2x2 cm
hiperemis dan mengeluarkan secret, batas tegas, nyeri, tekan (+)
konsistensi keras. Kuadran superior medial mammae sinistra dengan
ukuran 3x3x3 cm berwarna kemerahan konsistensi keras, tidak mobile,
batas tak tegas, terikat oleh jaringan sekitar. Kuadran superior lateral
pada perabaan terdapat benjolan ukuran 3x2x3 cm dengan batas tak
tegas, nyeri tekan, tidak mobile, dan konsistensi keras. Pada kuadran
inferior lateral terdapat benjolan ukuran 3x2x2 cm dengan batas tak
tegas, nyeri tekan, konsistensi keras, dan tidak mobile, Pada kelenjar
getah bening axila sinistra / di ekor (tail) mammae sinistra terdapat
benjolan 4x5x5 cm warna benjolan sama seperti warna kulit konsistensi
keras, mobile, berbatas tegas, nyeri tekann (-).
KGB axilla dextra-sinistra
Pada kelenjar getah bening axila sinistra / di ekor (tail) mammae sinistra
terdapat benjolan 4x5x5 cm warna benjolan sama seperti warna kulit
konsistensi keras, mobile, berbatas tegas, nyeri tekann (-).
Tidak teraba benjolan di axilla dextra
KGB supraclavicula dextra-sinistra
Tidak teraba benjolan di supraklavikula dextra dan sinistra

Stadium Tumor berdasarkan sistem TNM


T4: Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada /
kulit
N1: KGB aksila ipsilateral yang masih dapat digerakkan
Mx: Metastasisjauh belum dapat dinilai
Stadium III B : T4 N1 Mx
Kesimpulan: Susp. Ca Mammae Stadium III B

D. ASSESSMENT AWAL
 Diagnosis utama : Tumor Mammae sinistra curiga ganas suspek
carcinoma mammae Stadium IIIB
 Diagnosis banding : Paget’s disease
Mastitis
 Usulan Pemeriksaan : Cek darah rutin, SGPT, SGOT, HBsAg, PT,
APTT, golongan darah, Ureum, Kreatinin, Gula darah sewaktu, USG
mammae, mammografi, Foto thorax, pemeriksaan histopatologi biopsy
insisi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (28 Mei 2018)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 7.98 4,5 – 11 ribu/ul
Eritrosit 4.29 3,8 – 5,8 juta/ul
Hemoglobin 11.9 11,5 – 16,5 gr/dL
Hematokrit 37.5 37 – 47 vol%
MCV 87.4 85 – 100 Fl
MCH 27.7 28 – 31 Pg
MCHC 31.7 30 – 35 gr/dL
Trombosit 373 150 – 450 ribu/ul
Golongan darah O
APTT 35.2 27-42
PPT 16.3 11-18
Hitung Jenis
Eosinophil 4.1 1–6 %
Basophil 0.3 0–1 %
Limfosit 20.7 20 – 45 %
Monosit 5.5 2–8 %
Neutrofil 69.4 40 – 75 %
Kimia
GDS 108 < 140 mg/dL
Ureum 34 10-50 mg/dl
Kreatinin 0.9 0.6-1.1 mg/dl
Imuno/Serologi
HBs Ag Negative Negative

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (6 Juni 2018)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 20.75 4,5 – 11 ribu/ul
Eritrosit 3.85 3,8 – 5,8 juta/ul
Hemoglobin 10.8 11,5 – 16,5 gr/dL
Hematokrit 33.6 37 – 47 vol%
MCV 87.3 85 – 100 Fl
MCH 28.1 28 – 31 Pg
MCHC 32.1 30 – 35 gr/dL
Trombosit 332 150 – 450 ribu/ul
Golongan darah O
Hitung Jenis
Eosinophil 0.6 1–6 %
Basophil 0,1 0–1 %
Limfosit 9.1 20 – 45 %
Monosit 3.0 2–8 %
Neutrofil 87.2 40 – 75 %

2. Pemeriksaan Mammografi (14/5/2018)


Hasil :
 Mammae dextra : cutis dan subcutis tak menebal, papilla mammae
tak tampak retraksi, jaringan fibroglandular dalam batas normal, tak
tampak lesi low maupun high density pada mammae dextra, tak
tampak kalsifikasi intraparenchymal.
 Mammae sinistra : cutis dan subcutis tampak menebal, papilla
mammae tampak retraksi, tampak high density pada retroareola
mammae sinistra dengan tepi speculated, tak tampak
mikrokalsifikasi didalamnya
 Tak tampak pembesaran limfonodi axillaris dextra et sinistra

Kesan :
 Gambaran lesi high density pada retroareola mammae sinistra
dengan tepi speculated, probable malignant mass. BI RADS 5
 Mammae dextra dalam batas normal
 Tak tampak limfadenopathy axillaris dextra et snistra

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi (19-05-2018)


Makros : Diterima jaringan ukuran 1x1x0.5 cm, putih, kenyal, cetak
1 coupe
Mikros : sediaan dari mammae sinistra menunjukka tumor ephitel
ductus dengan infiltrative, sel-sel atipi, polimorif dengan banyak
mitosis
Kesimpulan : ‘Invasive Carcinoma ‘ Grade 3.

F. ASSESMENT AKHIR
Diagnosis kerja : Invasive Carcinoma mammae sinistra Grade 3

G. PENATALAKSANAAN/PLANNING
4 Juni 2018
 Pro Mastektomi radikal modifikasi
 Infus Ringer laktat 20 tetes permenit
 Injeksi cefotaxime 2x1 gram
5 Juni 2018
Program mastektomi radikal modifikasi
Post operasi :
 Infus Ringer laktat 20 tetes permenit
 Injeksi cefotaxime 2x1 gram
 Injeksi ketorolac 3x30 mg
 Injeksi ranitidine 3x50 mg
 Cek hb post operasi

H. PROGNOSIS
 Ad vitam : Dubia ad malam
 Ad functionam : Dubia ad malam
 Ad sanationam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan


yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke
jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah
pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara.1
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara
oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD)
dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.2
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel
tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya.2
Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan
otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening
dan tumbuh di kelenjar getah bening.3

Epidemiologi

Semua wanita memiliki risiko terkena kanker payudara. Kanker payudara


juga bisa menyerang pria dengan perbandingan 1 : 100 antara pria dengan wanita.4
Kanker payudara ditemukan di seluruh dunia. Tahun 2003, insidens kanker
payudara di Belanda 91 per 100.000 penduduk, Amerika 71,7 per 100.000
penduduk, Swiss 70 per 100.000 wanita, Australia 83,2 per 100.000 penduduk,
Kanada 84,7, Indonesia 26 per 100.000 wanita pada tahun 2002 dan Jepang 16 per
100.000 penduduk.4
Kanker payudara lebih sering dijumpai pada umur 40-49 tahun yaitu sebesar
30,35%. Menurut Sukardja yang dikutip oleh Arlinda (2002) di Amerika frekuensi
kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun.21 Demikian juga di
Jepang yaitu sebesar 40,6% kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dan
jarang pada umur kurang dari 30 tahun.4

Etiologi dan Patogenesis

Kanker payudara berasal dari unit sekretorius payudara, yaitu unit


duktuslobulus terminal. Beberapa faktor risiko kanker payudara telah diketahui saat
ini antara lain faktor genetik (5 - 7%), riwayat keluarga menderita kanker payudara,
riwayat pernah menderita kanker payudara sebelumnya, faktor menstruasi dan
reproduksi, paparan radiasi, penggunaan terapi sulih hormon, alkohol dan diet
tinggi lemak.5 Meskipun telah banyak diketahui faktor risiko, ternyata 75% kanker
payudara tidak ada hubungan dengan faktor risiko yang ada.6
Faktor-faktor etiologi tersebut secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a) Faktor genetik
Setiap kanker bisa dipandang sebagai proses genetik karena kanker terjadi
dari perubahan genetik atau mutasi. Hanya sebagian kecil kanker herediter,
sisanya adalah sporadik dan berhubungan dengan mutasi somatik yang
didapatkan selama hidup. Individu yang membawa mutasi genetik, lahir
satu langkah lebih dekat dengan timbulnya tumor dan mempunyai
kecenderungan menderita kanker pada usia muda.7 Pada kanker payudara,
proses ini bisa berlangsung mulai dari mutasi genetik, hiperplasia,
karsinoma in situ, kemudian kanker metastatik. Pada kanker payudara
herediter, terjadi pertama kali adalah mutasi yang berhubungan dengan
repair DNA dan apoptosis.8

b) Faktor hormonal
Hormon estrogen merupakan hormon utama pemicu timbulnya kanker
payudara. Pada wanita dengan kadar estrogen yang tinggi seperti
nuliparitas, menarche awal, usia paparan estrogen lama, tidak laktasi dan
terapi sulih hormone pada menopause akan mempunyai risiko lebih tinggi
terkena kanker payudara. Estrogen dan progesteron mempengaruhi
perkembangan dan perubahan dari kelenjar payudara yang memiliki
berbagai macam reseptor hormon. Paparan estrogen akan meningkatkan
faktor-faktor proliferasi sel dan bila tidak terkendali secara biologis akan
berkembang menjadi kanker mengikuti tahapan-tahapannya.8
c) Faktor lingkungan
Paparan agen karsinogenesis dari lingkungan dapat berupa zat kimia, zat
makanan, infeksi dan faktor fisik seperti radiasi radioaktif, dan trauma.
Beberapa faktor lingkungan seperti bahan kimia organoklorin, lapangan
elektromagnetik, merokok aktif dan pasif dan penggunaan implan silikon
sampai saat ini belum terbukti menaikkan risiko terjadinya kanker
payudara.9

Anatomi dan Fisiologi

Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13
tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan
payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria
kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak
sempurna. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan
payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak
3
maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa
yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus. 85%
jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat
1
puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh
septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk
struktur payudara. Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus dan menyatu pada puting.
Areola, yaitu bagian yang kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada
bagian terminal duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu
terus ke puting susu dimana ASI dikeluarkan.10
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari
kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat,
sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara.1
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat
kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan
1
median bawah.
Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:11

Gambar 2.1 Anatomi Payudara11


Gejala Klinik

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena


awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.12
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan
gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara.
Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara
pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.12
Fase lanjut :
a. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari
sebelumnya.
b. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah
diobati.
c. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau diobati.
d. Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari
puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil
atau tidak menyusui.
e. Puting susu tertarik ke dalam.
f. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud
d’orange).

Metastase luas, berupa :

a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan


servikal.

b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi


pleura.

c. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan


dengan penyebaran ke tulang.

d. Fungsi hati abnormal.

Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena lebih


dari 70% pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan berbagai
bentuk luka, antara lain tumor melekat pada kulit dan jaringan dibawahnya serta
penyebaran pada kelenjar getah bening regional. Gejala lain yang mungkin timbul
adalah batuk dan sesak nafas karena metastasis tumor pada paru, sakit di punggung
akibat metastasis pada tulang belakang, berat badan semakin menurun dan anemia

Faktor Risiko

Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara
yang diketahui, diperkirakan multifaktorial. Namun timbulnya kanker payudara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk
mengembangkan program-program pencegahan. Faktor risiko timbulnya kanker
payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan dapat
diubah (changeable) yaitu:13
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable)
1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas
40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang
kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan
wanita di atas 40 tahun.13
2. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur
menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. 13
3. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk
mengalami kanker payudara.21 Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.13
4. Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita
yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2
(Breast Cancer 2), yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10%
kanker payudara bersifat familial.14
5. Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki
peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut
penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort,
wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk
mengalami kanker payudara (RR=2,0). Wanita dengan hiperplasia
tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker
payudara (RR=4,0). Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai
risiko 5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=5,0).15

b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable)


1. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan
risiko mengalami kanker payudara.27 Menurut penelitian Briston
(2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35
tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang
nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali
lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih
dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).15
2. Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak
diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Penelitian Norsaadah tahun 2005 di Malaysia dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 untuk terkena kanker
payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (OR=2,1). Menurut
penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort,
laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)≥ 25 mempunyai
risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks
Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker payudara
(RR=1,79).15
3. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron
pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih
pada kelenjar payudara.21 Wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. 15
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker
payudara daripada wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati
tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang merokok
untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36). Menurut penelitian
Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki
yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan
lakilaki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara
(RR=1,26). 15
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun meningkatkan risiko kanker payudara. 15

Pencegahan

Berdasarkan penelitian dikatakan bahwa pemeriksaan klinis payudara dapat


mendeteksi kanker yang tidak ditemukan pada pemeriksaan mammografi. Ini juga
merupakan metode deteksi dini yang penting bagi wanita yang belum dianjurkan
untuk melakukan mammografi ataupun yang tidak melakukan mammografi secara
teratur.19
Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh
penderita itu sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala
kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) atau disebut juga breast self exam (BSE). SADARI merupakan
salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu
teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan
melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau
tidak pada payudaranya.19
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan
dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun. SADARI dilakukan 3 hari setelah
menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon
ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti
menjelang menstruasi. 19
SADARI terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Adapun
tahap dalam melakukan SADARI, yaitu :
1. Melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri di depan
cermin dengan posisi kedua lengan lurus di samping tubuh. Lakukan pemeriksaan
di ruangan yang terang. Lihat dan perhatikan apakah terdapat kelainan pada
payudara berupa :
- bentuk dan ukuran kedua payudara simetris
- bentuk payudara membesar dan mengeras
- ada urat yang menonjol
- perubahan warna pada kulit payudara
- kulit payudara tampak menebal dengan pori-pori melebar, seperti kulit
jeruk
- permukaan kulit payudara tidak mulus dan tampak adanya kerutan atau
cekungan pada kulit payudara
- puting payudara tertarik ke dalam
- luka pada kulit atau puting payudara
Kemudian ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan
lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi kembali pengamatan dengan posisi kedua
tangan di pinggang, dada dibusungkan, dan kedua siku ditarik ke belakang. Semua
pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya tumor
yang terletak dekat dengan kulit. 19
Cara melakukan SADARI dengan inspeksi secara benar dapat dilihat pada
gambar 2.2

Gambar 2.2 Cara melakukan SADARI dengan inspeksi (Yayasan Kesehatan


Payudara Jakarta, 2005)
2. Palpasi kedua payudara dengan 3 jari, yaitu jari ke 2, 3 dan 4. Palpasi
dilakukan dengan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting. Setelah itu
geser posisi jari sedikit ke sebelahnya, kemudian lakukan kembali gerakan memutar
dari tepi payudara hingga ke puting susu. Lakukan seterusnya hingga seluruh
bagian payudara dan ketiak diperiksa tanpa ada yang terlewatkan. Gerakan
memutar juga dapat dilakukan mulai dari puting susu, melingkar semakin lebar ke
arah tepi payudara; atau secara vertikal ke atas dan ke bawah mulai dari tepi paling
kiri hingga ke tepi paling kanan. 19
Harus diperhatikan bahwa perabaan harus dilakukan dalam tiga macam
tekanan, yaitu : tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit,
tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara, dan
tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang
iga. 19
Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
puting. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu
(seharusnya, tidak ada cairan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang
menyusui). Kemudian ulangi palpasi dalam posisi berbaring. 19 Cara melakukan
SADARI dengan palpasi secara benar dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Cara melakukan SADARI dengan palpasi (Yayasan Kesehatan


Payudara Jakarta, 2005)
Jika pada tahap-tahap pemeriksaan tersebut ditemukan adanya kelainan
pada payudara dan daerah aksila (ketiak) berupa benjolan, nyeri, kemerahan, ulkus,
perubahan pada puting, dan perubahan pada kulit payudara, maka sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih akurat.
Dengan begitu diharapkan diagnosa pasti dapat segera diketahui dan dapat segera
dilakukan langkah yang tepat untuk pengobatan serta diharapkan prognosisnya
akan lebih baik.
Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
a. Anamnesa
Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila
dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri,
nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa
skin dimpling, peau d’orange, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain
itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe,
seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun
tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas
atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada
tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah). Riwayat penyakit yang
pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan
yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada pasien juga
ditanyakan dalam anamnesa.16
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi
dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta
kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema),
tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau
de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting
susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada
atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan
infra dan supra klavikula juga diperhatikan. 16
Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua
tangan bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi
berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala.
Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola,
karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara,
yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola
dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila
didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan
supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan
(licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan
sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran.
16

Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret
dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret
tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu,
cairan jernih, bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan
untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada
payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang
merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga
dengan palpasi pada infra dan supra klavikula. 16
c. Pemeriksaan Tambahan :
- Mamografi payudara
- CT pada payudara
- Ultrasonografi (USG)
- MRI payudara
- Skrining tulang
d. Pemeriksaan biopsi jarum halus
Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang
secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan.17
e. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan
darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase.
Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor
marker juga harus dilakukan untuk follow up.17

Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya


kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu
dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah
mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

Penatalaksanaan

Tindakan ini direncanakan berdasarkanStadium TNM, umur pasien, status


menopause dan keadaan umum pasien.
Tujuan terapi :
1. Kuratif : menyembuhkan penderita
2. Paliatif : meringankan penderitaan penderita dan perbaiki kualitas hidup
3. Terminal : supaya penderita meninggal dengan tenang dan damai

Macam Terapi :
• Terapi Utama
• Terapi komplikasi (nyeri, perdarahan, odema lengan, ulkus)
• Terapi adjuvant atau neoadjuvant (stadium I, II, III)
• Terapi bantuan (vitamin)
• Terapi sekunder (penyakit yang menyertai)
Cara Terapi :
a. OPERASI
Kuratif (stadium 0, I, II, IIIa)
1. Radical Mastectomy (Halsted, 1894)
Jaringan payudara, kulit, papilla, kedua m.pectoralis serta semua lnn
axilla diangkat en block.
2. Modified Radical Mastectomy
Jaringan payudara, kulit, papilla serta semua lnn axilla diangkat.
- m. pectoralis mayor dipertahankan
- m.pectoralis mayor & minor dipertahankan
3. Mastectomi Total / Simple
Jaringan payudara, kulit serta papilla diangkat.
4. Operasi Supra Radikal
• Mastektomi radikal disertai diseksi mammaria interna
• Mastectomi radikal en bloc dengan amputasi scapula-bahu
• Mastektomi radikal disertai diseksi mammaria intera en block
dengan reseksi dinding dada
• Mastektomi radikal disertai diseksi supraclavicula, mammaria
interna dan mediastinum anterior
5. BCT
Syarat dilakukannya Breast Concerving Treatment :
1. Keinginan penderita setelah dilakukan informed concern
2. Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan
3. Tumor tidak sentral
4. Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik
untuk kosmetik pasca BCS
5. Mamografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi/tanda
keganasan lain yang difus ( luas )
6. Tumor tidak multiple
7. Belum pernah radiasi di dada
8. Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen
9. Terdapat sarana radioterapi
10. Massa tumor < 2 cm

Kriteria operabel menurut Herrington


• Tumor primer terbatas pada mamma
• Metastase terbatas pada axilla

Kriteria Inoperabel untuk operasi kuratif maupun paliatif, untuk Mastektomi simple
atau radikal :
• Tumor melekat pada dinding dada
• Infiltrasi kulit atau satelite nodule yang luas sampai diluar daerah payudara
• Odema lengan
• Mastitis karsinomatosa

Kriteria Inoperabel dari Haagensen


Untuk operasi mastektomi radikal dengan tujuan kuratif.. Bila terdapat salah satu
dari kriteria dianggap inoperabel.
1. Odema luas dikulit mama, > 1/3 kulit mamma diatas tumor
2. Satelite nodule pada kulit diatas tumor
3. Karsinoma Inflamatoir
4. Nodus parasternal, menunjukkan metastase KGB mammaria interna
5. Metastase KGB supraclavicula
6. Odema lengan
7. Metastase jauh
8. Terdapat 2 atau lebih dari 5 Gave Sign/tanda kematian :
• Ulcerasi kulit
• Odema kurang 1/3 kulit mamma
• Tumor melekat pada dinding dada
• KGB axilla melekat pada kulit atau struktur lain
• KGB axilla besar > 2,5 cm
b. RADIOTERAPI
Teleterapi yang digunakan adalah Aparatus sinar X, Radioisotop (cecium,
cobal). Radoiterapi dipakai sebagi terapi kuratif maupun paliatif. Umumnya
diberikan pada prae atau pasca bedah. Dosis kuratif 5000-6000 rads sedang
untuk paliatif 50-75% dosis kuratif.
Tujuan :
• Memperkecil masa tumor
• Menghambat infiltrasi tumor
• Mempercepat penyembuhan ulkus
• Mengurangi reaksi inflamasi jaringan tumor dan sekitarnya
dengan radioterapi harapannya :
Tumor inoperabel menjadi operabel /menghilang
Ulkus, destruksi tulang menyembuh
Nyeri berkurang

Komplikasi terapi radioterapi :


• Dermatitis (kortikosteroid)
• Nekrosis kulit (nekrotomi)
• Nyeri
• Gangguan gerakan lengan (fisioterapi)

c. HORMONTERAPI
Pertumbuhan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron,
prolaktin, pertumbuhan (somatotrophin) serta corticotrophin).
Hormonterapi diberikan pada penderita resptor hormon positif yaitu
Reseptor Estrogen(+) dan Reseptor Progesteron(+).
Hormonterapi merupakan terapi sitemik sebagai terapi utama / adjuvant,
diberikan pada stadium IV pre dan perimenopause/pasca menopause yang
mempunyai reseptor hormon (+).
Hormon terapi diberikan secara :
• Ablasi sumber hormon (ovariectomi, adrenelektomi/ hypofisektomi)
•Pemberian hormon  androgen(testosteron), Progesteron, Estrogen
(diethylbesterol)
• Pemberian antihormon  mis: ovariectomi diganti Tamoxifen

d. CHEMOTERAPI
Terapi Utama : Kanker mamma stadium IV yang ER (-)
Terapi Adjuvant : bertujuan membunuh mikrometastase pasca bedah
• Neo-adjuvant (pra bedah)
• Adjuvant (pasca bedah)

Macam kerja chemoterapi :


Alkylator : Cyclophosphamide (Endoxan)
Antimetabolit : Fourouracil, Methotrexate
Antibiotika : Adrimycin (Doxorubicine), Mitomycin C
Alkaloid : Vincristine, Vinblastine, Taxol

Komplikasi Terapi Kemoterapi :


• Myelodepresi : lekopenia, tromboditopenia
• Kardiovaskuler : shock, arithmia
• Pencernaan : mual, muntah, diare
• Kulit : alopecia, dermatitis
• Toksisits hati : kenaikan SGOT/SGPT
• Toksisitas ginjal : kenaikan BUN, creatinin, hematuria
• Syaraf : nyeri, gangguan kesadaran

Terapi Adjuvant
Tujuan :
• Merusak kemungkinan adanya mikrometastase jauh.
• Mengeliminasi sel tumor yang tidak dapat ditunjukkan oleh mikroskop
kecil

Bila lnn axilla (+) adjuvant diberikan baik hormon terapi atau kemoterapi,
Pada premenopause  kemoterapi (Tamoxifen)
Pada Post menopause  hormon terapi (Ovarectomi)

Adjuvant lokoregional radiotherapy


Kecurigaan jaringan tumor tersisa setelah dissectie lymphonodi axilla
(untuk contoh pada penderita pertumbuhan extranodal).
Pada rangkaian lymphonodi retrosternal (mammaria interna), bila
carcinoma terletak di quadrant dalam.
Pada dinding dada bila tepi dari specimen reseksi terkotori tumor.
Ada / tidak adanya reseptor hormone :
Pada tumor primer mempunyai nilai prognostik sama bahwa reseptor
positive tumor mempunyai lebih baik prognosisnya. Selain itu ada nilai
prediksi untuk pengaruh suatu tindakan hormonal: konsentrasi lebih tinggi
dari hormone reseptor, lebih baik pengaruhnya.
Pada wanita < 50 tahun, metastase klj axilla(+)  kemoterapi dengan CMF
(Cyclofosfamide, Methotrexat, % Fluorouracil) / CAF (antracycline)
Pada wanita > 50 tahun, metastase klj axilla (+) : Tamoxifen 20 mg/hr
selama 2 tahun. Efek samping : additif, kemerahan , sekresi discharge
vagina bertambah
Diberikan 6 seri. Efek jangka panjang mengurangi insiden karsinoma
primer kedua dipayudara kontralateral.

e. IMMUNOTERAPI pemberian vaksin BCG


f. BIOTERAPI
g. REHABILITASI
 Latihan tangan setelah tindakan supaya fungsi menjadi optimal, tangan &
bahu sesegera mungkin
 Prothese payudara: yg temporer ringan. Sedang yg tetap permanent lebih
baik kalau sudah pasti sembuh betul. Dapat mengganggu tindakan
berikutnya.
 Mencegah infeksi: infeksi pada tangan terutama harus dicegah

Prognosis

Faktor prognosis adalah berbagai penilaian yang dilakukan pada saat


diagnosis dibuat atau pada saat dilakukan pembedahan dalam hubungannya dengan
disease free survival atau overall survival. Faktor prognosis ini dapat dipakai untuk
memprediksi perjalanan alamiah penyakit. Faktor prognosis yang potensial
meliputi karakteristik demografi (misal : usia, status menopause, etnis),
karakteristik tumor (misal: ukuran tumor,status limfonodi, tipe histopatologi) dan
penilaian biomarker atau proses biologis yang berhubungan dengan progresifitas
tumor (misal: perubahan oncogene,tumor-supressor genes, growth factors, angka
proliferasi). Faktor prognosis standar yang sering dipakai saat ini untuk kanker
payudara adalah ukuran tumor, status limfonodi regional, gambaran histopatologi,
grading histologi, status hormonal estrogen dan progesteron reseptor dan faktor
proliferasi. Faktor prognosis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
• Primer
ukuran tumor, status limfonodi regional, gambaran histopatologi, grading
histologi/derajat malignansi dan metastase sesuai klasifikasi TNM.
• Sekunder.
pemeriksaan laboratorium yaitu reseptor estrogen dan reseptor progesteron,
protein p 53 ( tumor supressor gene ), CerbB2/ HER-2/neu ( oncoprotein ),
BCL2 oncoprotein ( gene apoptosis ), Ki-67 antigen ( gene proliferation ),
BRCA1/2 ( gene mutations ), CA 153 (rekurens cancer).

Prognosis dari kanker payudara tergantung pada stadium dari kanker


payudara tersebut. Berdasarkan angka harapan hidup lima tahun yang berhubungan
dengan stadium kanker, 100% untuk stadium 0, 100% untuk stadium I, 92% untuk
stadium IIA, 81% untuk stadium IIB, 67% untuk stadium IIIA, 54% untuk stadium
IIIB, dan 20% untuk stadium IV.20
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Seorang wanita usia 62 tahun datang ke RSUD Kota Salatiga dengan keluhan
terdapat benjolan di payudara kiri sejak 2 bulan SMRS. Benjolan ditemukan secara
tidak sengaja, pada awalnya benjolan di rasakan dan diraba kecil kira-kira sebesar
kelereng, namun lama kelamaan benjolannya membesar dan tumbuh dibeberapa tempat
hingga dekat ketiak kiri. Pasien juga mengeluh terdapat nyeri pada benjolan tersebut,
nyeri memberat saat aktivitas dan berkurang saat istirahat.
Pasien juga mengeluh benjolan tersebut pertama kali teraba keras oleh pasien,
disertai dengan rasa gatal yang terus menerus di putting payudara kiri, Ada cairan dan
darah yang keluar dari benjolan dan putting payudara kiri, pada beberapa benjolan
warna benjolan berbeda dengan warna payudara sekitar,didapatkan warna kemerahan
pada beberapa benjolan. Pasien juga mengeluh kulit disekitar putting mengekerut,
putting tertarik kedalam, tampak kemerahan, dan nyeri.
Pada 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien pernah menjalani operasi
biopsy pada benjolan kiri pasien, dan setelah keluar hasilnya pasien disarankan untuk
menjalani operasi pengangkatan seluruh payudara kiri oleh dokter, pasien menyetujui
untuk dilakukan operasi pengangkatn payudara. Pasien tidak mengeluh demam, mual
(-), muntah (-), pusing (-), sesak (-), nyeri pada tulang (-). BAB dan BAK lancar.
Pasien mengatakan dalam 3 minggu terakhir mengalami penurunan berat badan dari 80
kg menjadi 71 kg.
Pasien lupa had pertama kali pada usia berapa, namunpasien menikah pada usia
17 tahun dan 3 tahun kemudian pasien langsung melahirkan anak pertama laki-laki.
Pasien dikaruniai 3 orang anak. Pasien sudah tidak mensturasi lagi pada usia 45 tahun.
Sebelumnya siklus haid 30 hari, teratur. Riwayat pemakaian KB susuk, pasien tidak
ingat sejak kapan memakai kb tersebut. Pasien mengaku dapat mengeluarkan ASI pada
saat melahirkan anak pertamanya, dan berikutnya. Pasien tidak pernah mendapatkan
radiasi pada daerah dada. Pasien sudah menderita darah tinggi / hipertensi sudah 2
tahun, dan selama 2 tahun pasien tidak minum obat hipertensi rutin dan lebih memilih
minum obat herbal untuk mengobati darah tingginya.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal pasien. Riwayat radiasi dinding
dada, riwayat menderita kanker pada salah satu payudara, riwayat kanker ovarium,
riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma disangkal oleh

1
pasien dan keluarga. Pasien merupakan ibu rumah tangga, dulu pasien sering
mengangkat gabah sebegai petani. Pasien tinggal bersama suami, anaknya yang
terakhir beserta menantu dan cucunya. Suami pasien merupakan seorang perokok aktif.
Pasien hidup berkecukupan dengan social ekonomi yang cukup. Pasien tidak pernah
meminum obat-obatan terlarang, mengkonsumsi alcohol, dan merokok.
Pada status antropometri pasien, pasien mengalami obesitas yang merupakan
factor resiko dari terjadinya carcinoma mammae, selain factor resiko diatas pasien
memakai kb susuk yang cukup lama yang merupakan juga factor resiko dari terjadinya
ca mammae.
Pada status lokasis mammae sinistra Bentuk dada tidak simetris, tampak
benjoalan . Benjolan di area putting mamme sinistra dengan ukuran 2x2x2 cm
kemerahan dan mengeluarkan secret, kuadran superior medial mammae sinistra dengan
ukuran 3x3x3 cm berwarna kemerahan, dan pada kelenjar getah bening axila sinistra /
di ekor (tail) mammae sinistra terdapat benjolan 4x5x5 cm warna benjolan sama seperti
warna kulit. Perubahan kulit : kemerahan (+), Ulcerasi (+), skin dimpling (+), peau
d’orange (+). Perubahaan putting / nipple : retraksi papil (+),nipple discharge (+) erosi
(+). Pada status lokalis pasien mengarah dan mendapatkan tanda dan gejala suspek
keganasan. T4: Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada /
kulit. N1: KGB aksila ipsilateral yang masih dapat digerakkan. Mx:metastasisjauh
belum dapat dinilai. Stadium III B : T4 N1 Mx. Kesimpulan: Susp. Ca Mammae
Stadium III B.
Pasien dilakukan pemeriksaan mammografi dan didapatkan hasil Gambaran lesi
high density pada retroareola mammae sinistra dengan tepi speculated, probable
malignant mass. BI RADS 5. Breast imaging reporting and data system (BI-RADS): BI
RADS 5 artinya kecurigaan tinggi keganasan, temuan yang didapatkan menyerupai
keganasan dan memiliki kemungkinan menjadi kanker lebih dari 95. Sangat
direkomendasikan untuk dilakukan biopsy. Pasien akhirnya dilakukan biopsy dengan
hasil invasive carcinoma grade 3.
Diagnosis akhir dari pasienadalah invasive carcinoma mammae sinistra grade
3. Pasien di program mastektomi radikal modifikasi merupakan modifikasi dari
mastektomi radikal dengan mempertahankan otot pectoralis mayor dan minor jika
memang jelas otot tersebut bebas dari tumor. MRM selalu diikuti dengan diseksi aksila.

2
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
2. Dalimartha, S., 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Penebar Swadaya,
Jakarta.
3. Sukarja, 2000. Onkologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya.
4. Moningkey, S., I., 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta.
5. Jardines L, Haffty BG, Doroshow JH, Fisher P, Weitzel. Breast cancer. 2003.
Dalam:Pazdur R, Cola LR, Hoskins WJ, Wagman LD (eds). Cancer Management, A
Multidiciplinary Approach. New York. The Oncology Group. Hal:163 -235.
6. Asco. 2004. Cancer Genetics & Cancer Predisposition Testing. 2nd Edition. Alexandria
American Society of Clinical Oncology. Hal; 651-66.
7. Dickson RB, Lippman ME. Molecular Biology of Breast Cancer. 2005. Dalam:De Vita Jr
VT, Hellman S, Rosenberg SA (eds). Cancer, Principles & Practice of Oncology, 7th
edition. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins. Hal;1633- 51.
8. DeVita, Vincent T., Hellman, Samuel; Rosenberg, Steven A. 2005. Pharmacology of
Endocrine Manipulation. Cancer: Principles & Practice of Oncology, 7th Edition
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Hal;17: 456-67
9. Willett WC, Rockhill B, Hankinson SE, Hunter DJ, Colditz. 2000. Epidemiology and
nongenetic causes of breast cancer. Dalam: Harris JR, Lippmann ME, Morrow M, Osborne
CK (eds): Diseases of the Breast. Second edition. Philadelphia : Lippincott,
Williams&Wilkins. Hal; 175-220.
10. Faiz, Omar, dan Moffat, David, 2003. Drainase dan Limfatik Ekstremitas Atas dan
Payudara. Dalam: Faiz, Omar, dan Moffat, David, ed. At a Glance Series Anatomi. Jakarta
: Penerbit Erlangga, 65.
11. Netter, Frank. H., 2006. Mammary Gland. In: Netter, Frank. H., ed. Interactive Atlas of
Human Anatomy. United States of America : Saunder Elsevier, 352.
12. Hawari, D., 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Penerbit FK UI, Jakarta.
13. Smeltzer, S., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
14. Davey, P., 2006. At a Glance Medicine. Erlangga, Jakarta.

3
15. Briston, L., 2008. Prospective Evaluation of Risk Factors for Breast Cancer. Journal of the
National Cancer Institute. Volume 100(20).
16. Gleadle, Jonathan. 2007. Pemeriksaan Payudara. Dalam: Gleadle, Jonathan, ed. At a
Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga, 34.
17. Davey, Patrick, 2006. Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance Medicine.
Jakarta : Penerbit Erlangga, 341.
18. Swart, R., Downey, L., Lang, J., Thompson P. A., Livingston, R. B., and Stopeck, A. T.
2010. Breast Cancer. Diakses pada 29 Januari 2018 dari:
http://emedicine.medscape.com/article/283561-overview
19. Rasjidi, Imam, dan Hartanto, Andree. 2009. Kanker Payudara. Dalam: Rasjidi, Imam, ed.
Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto, 51-91.
20. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai