Anda di halaman 1dari 35

Abrasi Kornea disertai

Keratitis
Mohammad Rizky Pratama
Latar Belakang

• Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa
muda terutama pria merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera
tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera akibat olah raga, dan
kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan
trauma mata.

• Kornea merupakan struktur lapisan mata paling anterior, yang paling sering berhubungan
dengan trauma, mulai dari masuknya kuman, trauma tumpul, hingga ruptur kornea-sklera.
Kornea memainkan peranan yang sangat penting dalam fungsi refraksi mata, sehingga
kelainan minimal yang terjadi, akan memberikan perubahan yang signifikan dalam visual.

• Insiden ruptur kornea-sklera dari cedera mata adalah 10%, dan yang hanya cedera sklera
sekitar 30%. Berdasarkan umur dengan rasio tertinggi berkisar pada usia 20-39 tahun
(38%) dengan rata-rata usia 32 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, kejadian terbanyak
pada laki-laki yaitu 82%. Berdasarkan lokasi kejadian, yang terbanyak di rumah yaitu 44%.
Didapatkan bahwa 33% penyebab trauma sklera ataupun kornea-sklera adalah
disebabkan benda tumpul, 13% benda tajam, dan 12% oleh karena cedera jatuh.
IDENTITAS
• Nama : Tn.TP

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Usia : 40 tahun

• Alamat : Jalan Tempelrejo 11, Salatiga

• Pekerjaan : Swasta

• Tanggal periksa : 13 Maret 2018


Keluhan Utama

• Mata kanan terasa mengganjal.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal disertai perih,
mata kemerahan, pandangan kabur, berair / nerocos, dan terasa silau. Gejala
dirasakan sudah 3 hari. Pada awalnya pasien yang bekerja sebagai pekerja buruh
di pabrik asbes, saat ingin mengangkat asbes ke dalam truk, mata kiri pasien
terkena serpihan dari asbes, kemudia pasien merasakan mata kanan terasa
perih, dan mengganjal. Pasien mengucek matanya hingga merah,. Riwayat
pengobatan menggunakan tetes obat dari puskesmas sisa dari pengobatan hal
serupa di mata kanannya yang terjadi di 6 bulan yang lalu. Tetapi pasien mengaku
lupa nama obatnya. Setelah digunakan dan belum ada perbaikan, sehingga
pasien periksan ke RSUD Salatiga.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya sekitar 6 bulan yang lalu pernah
mengalami keluhan seperti ini pada mata kanannya, kemudian saat itu pasien ke
puskesmas dan diberikan obat tetes. Setelah 2 hari, pasien merasakan bahwa
keluhan mata kanannya sudah tidak terasa mengganjal dan perih, dan sudah
tidak kabur. Pasien tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi,
ataupun alergi.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan serupa. Riwayat DM dan
hipertensi dari keluarga juga disangkal.
• Riwayat Personal Sosial
Tn. TP seorang pekerja swasta di pabrik asbes, beliau perokok aktif, tidak
mengkonsumsi obat-obat rutin ataupun alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang

• Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

• Tekanan darah : 110/80 mmHg

• Nadi : 72 x/menit

• Suhu : 36,8 C

• Pernapasan : 22 x/menit
OD OS
6/7 Visus Tanpa Koreksi 6/7
Tidak dikoreksi Visus Dengan Koreksi Tidak dikoreksi
Bebas ke segala arah Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah
Palpasi (normal) Tekanan Bola Mata Palpasi (normal)
Tenang Palpebra Tenang
Tenang Konjunctiva Tenang
Jenih Kornea Infiltrate (+), edema,
jaringan parut di kornea
bagian bawah 5x2 mm,
perforasi (-)

Tenang Sklera Injeksi siliar


Dalam COA Dalam
Iris, pupil sulit dinilai Iris/Pupil Iris coklat hitam, pupil
bulat, diameter 3mm,
refleks pupil (+)

Jernih Lensa Jernih


Tidak dilakukan Fundus Media Papil Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan
DIAGNOSA KERJA

• OS Abrasi Kornea

• OS Keratitis Superfisialis et causa trauma

VI. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa

• Cravit Eye Drop (Levo 32floxacin) 6 x gtt I OS

• Oksitetrasiklin salep mata 3x1 OS

• Vitamin C 1 x Tab I
Tinjauan Pustaka
1. Epitel : 5 lapisan sel squamosa, tersusun rapi,
merupakan lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi

2. Membran bowman : merupakan kolagen yang tersusun


tidak teratur seperti strom, tidak mempunyai daya
regenerasi

3. Stroma
Terdiri dari lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan yang lain → kornea jernih
Terbentuk kembali serat kolagen ±15 bulan

4. Membran Descement
Merupakan membran aselular, bersifat elastik dan
berkembang terus seumur hidup
Bersifat lebih resisten terhadap trauma dan proses
patologik

5. Endotel
Terdiri dari satu lapisan sel gepeng yang meliputi
bagian posterior membran descement
Permeabilitas kornea ditentukan oleh epitel dan
endotel yang merupakan membran semi permeabel
Penting untuk mempertahankan kejernihan kornea
Jika terdapat kerusakan, sistem pompa endotel
terganggu → edem kornea → gangguan ketajaman
penglihatan
• Biomekanik kornea
Kornea merupakan materi gabungan yang terdiri dari fibril-
fibril kolagen yang teregang dari limbus ke limbus di lamella
yang tersusun secara parallel dan menempel pada suatu matriks
ekstraselular glycosaminoglycan. Ketika kornea berada dalam kondisi
dehidrasi, ketegangan didistribusikan terutama ke lapisan posterior
secara merata melewati keseluruhan struktur. Ketika kornea sehat
atau edema, lamella anterior akan meregang
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi

Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,


dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.

Endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan


kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada
kerusakan pada epitel Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang
bila sel-sel epitel telah beregenerasi

Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan


hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin
merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea
superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi
• Penyembuhan Luka Kornea

Abrasi kornea merupakan suatu defek yang terasa nyeri tetapi


penyembuhannya cepat, terbatas pada epitel permukaan kornea, meskipun
lapisan Bowman dan stroma superfisial bisa terkena

Dalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar mulai
membelah dan bermigrasi ke seluruh denudation area

Neutrophil dibawa oleh air mata ke bagian tersebut dan ke pinggir


pembengkakan luka. tidak ada Factor penyembuhan yang berasal dari
pembuluh darah.

Sel epitel tidak stabil, karena itu, beberapanya bermitosis aktif terus-
menerus sehingga mampu untuk menggantikan sel yang hilang. Jika lapisan
tipis pada anterior kornea hilang karena abrasi, bagian tersebut diisi oleh
epitel, membentuk facet.
Berdasarkan klasifikasi aspek klinis dari Brimingham Eye Trauma
Therminology (BETT), maka trauma pada mata dibedakan atas :

• Trauma penetrasi sampai ke kornea ( partial thickness cornea wound ; a


closed globe injury)

• Trauma penetrasi sampai ke bola mata (globe) ( full thickness corneal wound
;an open globe injury)
Open globe injury
Closed globe injury
Penilaian
Anamnesis

Jika pasien dengan kedua mata dan trauma sistemik, diagnosis dan
terapi untuk bahaya yang mengancam nyawa harus dilakukan pertama kali
dibanding terapi untuk matanya dulu. Ketika kondisi pasien stabil, oftalmologis
sebaiknya melengkapi anamnesis pre-operatif yang lengkap. Walaupun diagnosis luka
perforasi pada beberapa kasus mungkin jelas terlihat oleh pemeriksaan mata biasa,
anamnesis detail luka pun sebaiknya termasuk pertanyaan-pertanyaan tentang factor apa
yang diketahui sebagai predisposisi penetrasi ocular.

Dengan adanya anamnesa yang dapat mengarahkan kepada pemeriksaan


laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lainnya. Penjelasan mengenai urutan penyakit
pasien akan mengarahkan kepada pemeriksa utnuk mengerti tentang trauma yang
dialami pasien, memperkirakan keparahan dari trauma, struktur yang terlibat, dan risiko
terjadinya trauma. Pertanyaan spesifik yang dapat ditanyakan:

• Benda asing

• Paparan zat kimia

• Operasi dari kornea sebelumnya


A. Dengan iluminasi secara langsung (direct illumination)
B. Dengan retroilumination
C. Sclerotic scatter
Pemeriksaan pada pasien dengan abrasi kornea mungkin sulit karena tidak
nyaman untuk dilakukan, pasien cendrung lakrimasi, dan potopobia.
Maka itu diperlukan tetes mata berupa anestesi topikal (proparacain 0,5%)
dapat memberikan efek yang baik untuk pemeriksaan.
• Langkah pertama adalah inspeksi dari wajah pasien yang berhubungan
dengan kerusakan yang terjadi yang disertai langsung dengan inspeksi
kornea
• Pemeriksaan dengan penlight biasanya membatu dalam mendeteksi kornea
yang ireguler dengan refleks cahaya, yang dapat mengindikasikan adanya
abrasi.
• Pemeriksaan slit-lamp pada area yang sama akan memperlihatkan epitel
yang denudasi dengan membran basal dan lapisan Bowman yang intak.
Lipatan epitelium yang longgar dapat terlihat. Pada pasien dengan perlekatan
membrane basal epithelial yang abnormal (contohnya pada map-dot-
fingerprint dystrophy), epitelium di sekelilingnya mungkin menyatu dengan
lipatan sementara masih melekat pada permukaan kornea.
• Pewarnaan fluoresen membuat epitel denudasi terlihat
• Stroma di bawahnya harus diperiksa dengan hati-hati pada trauma yang lebih
dalam.
Manajemen

Epitel kornea merupakan barisan pertama melawan invasi mikroorganisme, oleh karena
itu, usaha seharusnya ditujukan untuk mencapai penutupan epitel kornea secepat
mungkin. Hal ini dicapai dengan:

• Melindungi penyembuhan permukaan epitel kornea yang baru dari toksin (contohnya
obat-obatan seperti anestesi topical) dan

• Melindungi sel-sel yang bermigrasi

• Jika perlu, penyembuhan epitel kornea bisa dilindungi dengan penggunaan bandage soft
contact lens. Lensa kontak memiliki keuntungan:
 Lensa tersebut berperan sebagai tambalan yang melindungi dan menutupi epitel tetapi tidak
mencegah penetrasi oksigen atau menyebabkan peningkatan suhu,
 Pasien bisa melihat dengan mata yang terkena selama proses penyembuhan

• Kenyamanan pasien bisa ditingkatkan dengan penggunaan sikloplegik topikal. Seluruh


obat-obatan, termasuk antibiotic topikal merupakan toksik, belum ditemukan agen yang
tidak mengganggu penyembuhan epitel.
• Pilihan untuk menggunakan antibiotic tergantung individu. Sebagian besar
klinisi menggunakan antibiotik topikal untuk terapi abrasi kornea,
dengan spectrum luas yang secara teoritis memiliki manfaat. Permukaan
epitel yang kembali utuh, antibiotic topikal tidak dibutuhkan lebih lanjut.

• Pasien yang mengunakan anestesi topikal secara “ad hoc” memperlihatkan


gambaran klasik defek epitel yang besar dalam beberapa hari atau beberapa
mnggu kemudian, dengan kornea granular yang putih yang tidak nyeri,
meskipun lesinya sangat nyeri. Seringkali kornea terinfeksi, sehingga
mungkin akan sulit untuk disembuhkan.

• Pada sebagian besar kasuas, abrasi epitel kornea sembuh dengan cepat,
meskipun abrasi yang besar memerlukan waktu beberas hari. Gambaran
klasik untuk penyembuhan abrasi ini adalah pinggir epitel yang
mencekung dengan cepat, bahkan menyatu di batas penyembuhan
epitel.
Jaringan Parut
• Nebula : bentuk parut kornea berupa kekeruhan yang sangat tipis dan
hanya dapat dilihat dengan menggunakan kaca pembesar atau
menggunakan slit lamp.

• Makula : parut yang lebih tebal berupa kekeruhan padat yang dapat
dilihat tanpa menggunakan kaca pembesar.

• Leukoma : kekeruhan seluruh ketebalan kornea yang mudah sekali


terlihat dari jarak yang agak jauh sekalipun.

• Leukoma adherens : keadaan dimana selain adanya kekeruhan seluruh


ketebalan kornea, terdapat penempelan iris pada bagian belakang kornea
(sinekia anterior).

• Stafiloma kornea : bila seluruh permukaan kornea mengalami ulkus


disertai perforasi, maka pada penyembuhan akan terjadi penonjolan
keluar parut kornea yang disertai dengan sinekia anterior.
Pembahasan
• Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal disertai perih, mata
kemerahan, pandangan kabur, berair / nerocos, dan terasa silau. Gejala dirasakan
sudah 3 hari. Pada awalnya pasien yang bekerja sebagai pekerja buruh di pabrik asbes,
saat ingin mengangkat asbes ke dalam truk, mata kiri pasien terkena serpihan dari
asbes, kemudia pasien merasakan mata kanan terasa perih, dan mengganjal. Pasien
mengucek matanya hingga merah,. Riwayat pengobatan menggunakan tetes obat dari
puskesmas sisa dari pengobatan hal serupa di mata kanannya yang terjadi di 6 bulan
yang lalu. Tetapi pasien mengaku lupa nama obatnya. Setelah digunakan dan belum
ada perbaikan, sehingga pasien periksan ke RSUD Salatiga. Keluhan mata merah
dengan visus turun terdiri dari keratitis, uveitis anterior, ulkus kornea, endoftalmitis
dan glaukoma akut. Keratitis merupakan peradangan pada kornea yang dapat
disebabkan oleh banyak hal, dimana salah satunya adalah trauma. Keluhan pada
pasien timbul mendadak pasca trauma berupa terkena serpihan asbes ditempatnya
bekerja

• Pasien mengatakan bahwa sebelumnya sekitar 6 bulan yang lalu pernah mengalami
keluhan seperti ini pada mata kanannya, kemudian saat itu pasien ke puskesmas dan
diberikan obat tetes. Setelah 2 hari, pasien merasakan bahwa keluhan mata kanannya
sudah tidak terasa mengganjal dan perih, dan sudah tidak kabur. Pasien tidak
mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi, ataupun alergi.
• Berdasarkan klasifikasi aspek klinis dari Brimingham Eye Trauma
Therminology (BETT), maka trauma pada mata dibedakan atas :

• Trauma penetrasi sampai ke kornea ( partial thickness cornea wound ; a


closed globe injury)

• Trauma penetrasi sampai ke bola mata (globe) ( full thickness corneal wound
;an open globe injury)

Pada pasien ini dapat kita klasifikasikan menjadi trauma penetrasi sampai
ke kornea (partial thickness cornea wound)
• Pada closed globe injury , zona I , trauma hanya pada konjungtiva
bulbi, sclera, atau kornea. Zona II, trauma mencakup ke COA
(chamber anterior) termasuk lensa dan zonula. Zone III, trauma
mencakup struktur posterior termasuk vitreus, retina, nervus
optikus, koroid, dan korpus siliar. Ketika optalmologis ingin menilai
zona dari strukur posterior, maka digunakan standaralized B-scan
ultrasonography untuk menggambarkan bagian mana yang rusak.
Dan jika kita klasifikasikan berdasarkan zona yang terlibat,
pada pasien ini masih termasuk didalam zona 1 yang hanya
terbatas pada kornea
Anamnesis dan penilaian sebaiknya membantu menjawab 3 pertanyaan yang
menentukan langkah terapi yang akan diambil:

• Apakah luka kornea tersebut sebagian atau seluruh lapisan yang terkena?

• Apakah luka tersebut tersembunyi?

• Apakah luka tersebut kecil atau besar?

• Ada beberapa tipe luka


 Pada laserasi kornea yang kecil, hanya antibiotic profilaks yang diberikan.
Intervensi bedah dipilih untuk alasan jangka pendek (kecepatan penyembuhan)
dan jangka panjang
 Pada laserasi yang besar, bandage contact lens atau cyanoacrylate tissue glue
biasanya sudah cukup.
 Flaps mungkin tetap pada tempatnya atau berpindah.
Selain didapatkan adanya abrasi kornea, pada pasien ini juga
didapatkan keratitis stromal non infeksi: Respons stroma kornea
terhadap penyakit termasuk infiltrasi, yang menunjukkan akumulasi
sel-sel radang; edema muncul sebagai penebalan kornea,
pengkeruhan, atau parut; penipisan dan perlunakan yang dapat
berakibat perforasi; dan vaskularisasi. Dikarenakan gejala dan tanda
pada keratitis dapat kita temui pada pasien ini, seperti penurunan
visus, mata merah, tidak adanya secret. Diagnosisi keratitis stromal
ditegakkan karena didapatkan komplikasi berupa adanya jaringan
partu yakni nebula.
 Langkah pertama adalah inspeksi dari wajah pasien yang berhubungan dengan
kerusakan yang terjadi yang disertai langsung dengan inspeksi kornea
 Pemeriksaan dengan penlight biasanya membatu dalam mendeteksi kornea yang
ireguler dengan refleks cahaya, yang dapat mengindikasikan adanya abrasi.
 Pemeriksaan slit-lamp pada area yang sama akan memperlihatkan epitel yang
denudasi dengan membran basal dan lapisan Bowman yang intak. Lipatan
epitelium yang longgar dapat terlihat. Pada pasien dengan perlekatan membrane
basal epithelial yang abnormal (contohnya pada map-dot-fingerprint dystrophy),
epitelium di sekelilingnya mungkin menyatu dengan lipatan sementara masih
melekat pada permukaan kornea.
 Pewarnaan fluoresen membuat epitel denudasi terlihat
 Stroma di bawahnya harus diperiksa dengan hati-hati pada trauma yang lebih
dalam.

Anda mungkin juga menyukai