KELOMPOK 5 A2/2015
Kelompok 5 A2 2015
Hipospadia berasal dari istilah Yunani, yaitu “hypo” yang berarti “dibawah”
dan “spadon” yang berarti celah. Hipospadia merupakan suatu kelainan
bawaan dimana meatus uretra eksternus (lubang kencing) terletak di bagian
bawah dari penis dan letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan
normal.
Hipospadia merupakan cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada masa embrio
selama perkembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu. Hipospadia di mana
lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini dapat berkaitan
dengan chordee kongenital. Penyebab dari hipospadia belum diketahui secara
jelas dan dapat dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh hormonal. Pada
usia gestasi Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu
ke VII terjadi agenesis pada mesoderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk,
bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka akan timbul
hipospadia.
Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, menyebabkan lengkungan
(kurvatura) pada penis. Pada orang dewasa, chordee tersebut akan menghalangi
hubungan seksual, infertilisasi (hipospadia penoskrota atau perineal),
menyebabkan stenosis meatus sehingga mengalami kesulitan dalam mengatur
aliran urine.
WOC HIPOSPADIA
MANIFESTASI KLINIS HIPOSPADIA
Menurut Suriardi (2006;142) Manisfestasi klinis dari hipospadia adalah
1.Terbuka uretral pada saat lahir, posisi ventral atau dorsal.
2.Adanya chordee (penis melengkung ke bawah ) dengan atau tanpa ereksi.
3.Adanya lekukan pada ujung penis.
4.Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang
menyerupai meatus uretra eksternus.
5.Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
6.Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke
glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
7.Kulit penis bagian bawah sangat tipis. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak
ada.
8.Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
9.Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
10.Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
11.Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir
melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
12.Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis
keatas.
13.Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPOSPADIA
1. USG
2. CT Scan
3. MRI
4. Sistogram mikturasi
5. Kultur urin
6. Sistografi
7. BNO-IVP
Pemeriksaan fisik pada bayi :
• Inspeksi : Genitalia, bentuk dan ukuran penis yang sesuai. Penis harus
berada di garis tengah
Pemeriksaan :
• Pegang prepusium (kulup) ke depan untuk memeriksa meatus sentral.
• Jangan menarik kulup karena kulup menempel pada glans penis dan harus
menutupinya dengan sempurna
• Periksa apakah bayi sudah berkemih dan bagaimana jenis alirannya
• Urin tidak boleh menyemprot dan kulup tidak boleh terisi urin sewaktu
berkemih
• Dengan meraba sepanjang kanalis inguinalis, kita dapat merasakan ada
tidaknya testis di dalam kanalis inguinal.
• Palpasi untuk memastikan bahwa testis berada di dalam kantung skrotum,
dimulai dari puncak kedua skrotum kearah bawah dengan ibu jari dan jari
telunjuk
• Testis yang tidak turun harus dicatat
PENATALAKSANAAN HIPOSPADIA
Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan
penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat
dengan normal sehingga arah aliran urin ke depan dan dapat melakukan koitus
dengan normal.
Berikut adalah tahap pembedahan yang dilakukan pada hipospadia:
1. Tahap 1
Pembedahan tahap pertama mencakup pembuangan jaringan ikat (chordee
release), pembuatan lubang kencing pada ujung kepala penis sesuai dengan
bentuk anatomi yang baik dan membuat saluran kencing baru (tunneling) di
dalam kepala penis yang dindingnya dibentuk dari kulit tudung (preputium)
kepala penis.
2. Tahap 2
Pembedahan tahap kedua dilakukan setelah proses penyembuhan pembedahan
tahap pertama tuntas, paling dini 6 bulan setelah pembedahan pertama.
Pembedahan tahap kedua membentuk saluran kencing baru (urethroplasty) di
batang penis yang menghubungkan lubang kencing abnormal, saluran kencing
di dalam kepala penis, dan lubang kencing baru di ujung penis
KOMPLIKASI HIPOSPADIA
1. Disfungsi ejakulasi
2. Pseudohermatroditisme
3. Saat dewasa akan mengalami kesulitan berhubungan seksual apabila tidak
segera dioperasi.
4. Infertilitas.
5. Risiko hernia inguinal
6. Gangguan psikososial
Komplikasi pascaoperasi yang mungkin dapat terjadi :
1. Edema
2. Striktur
3. Infeksi saluran kencing
4. Fistula uretrokutan
5. Residual chordee/rekuren chrodee
6. Divertikulum
ASKEP TEORITIS HIPOSPADIA
DEFINISI EPISPADIA
1. Radiologis (IVP)
2. USG system kemih-kelamin
3. Pembedahan.
PENATALAKSANAAN EPISPADIA
Penatalaksanaan pada pasien dengan epispadia adalah dengan pembedahan,
pembedahan ini dilakukan bertujuan agar penis menjadi lurus dengan meatus
uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya
ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
Ada beberapa tahap pembedahan menurut (Price, 2005):
1.One Stage Uretroplasty
Merupakan Teknik operasi sederhana yang sering dilakukan untuk epispadia
tipe distal. Tipe distal ini meatusnya terletak di anterior atau midle. Meskipun
sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat, sehingga banyak
dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap.
2.Operasi epispadia 2 tahap
Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan tunnelling dilakukan untuk
meluruskan penis supaya posisi meatus letaknya lebih proksimal (mendekati
letak normal), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian
ventral/bawah penis. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan uretroplasty (pembuatan
saluran kencing buatan/uretra) sesudah 6 bulan.
KOMPLIKASI EPISPADIA
Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat epispadia (Corwin, 2009), adalah
sebagai berikut:
1.Disfungsi ejakulasi pada pria dewasa
2.Ekstrofi (pemajanan melalui kulit) kandung kemih.
3.Edema atau pembengkakan
4.Striktur, pada proksimal anastomosis
5.Fitula uretrokutan
6.Residual chordee/rekuren chorde
7.Diverticulum
PENCEGAHAN EPISPADIA