Anda di halaman 1dari 28

Trichostrongylus spp

Strongyloides stercoralis
Oleh
Nurhalina, M.Epid

Analis Kesehatan UM Palangkaraya


Trichostrongylus spp
Pendahuluan
• Nematoda ini sering ditemukan pada
herbivora di seluruh dunia
• Beberapa spesies cacing ini ditemukan pada
manusia
• Beberapa diantaranya mempunyai arti klinik
daripada yang lainnya
Siklus Hidup dan Morfologi
• Merupakan jenis nematoda yang kecil, hampir
sama dengan cacing tambang
• Hidupnya tertanam dalam mukosa usus halus
• Tidak seperti cacing tambang dewasa, cacing
dewasanya tidak mempunyai kapsul bukal
yang jelas dengan bagian mulut yang khusus
(gigi, lempeng pemotong)
• Infeksi pada manusia dengan menelan larva
infektif yang mengkontaminasi tanaman.
• Setelah sampai di usus kecil, akan matur dalam
waktu 3-4 minggu tanpa mengalami siklus paru.
• Telur mirip dengan cacing tambang berbentuk
lonjong tetapi sedikit lebih panjang dengan
bagian ujungnya lebih runcing daripada cacing
tambang.
• Pada kondisi yang cocok (tanah yang hangat dan
lembab) telur akan menetas dalam waktu 24 jam
dan berkembang menjadi larva infektif setelah
kurang lebih 60 jam
Manifestasi Klinik
• Gejala-gejala tergantung jumlah cacing dan
kerusakan dari mukosa usus.
• Perdarahan dan deskuamasi dapat terjadi
(sama seperti pada cacing tambang)
• Gejala2 klinik pada umumnya tidak nyata
kecuali terdapat beberapa ratus cacing.
Diagnosis
• Diagnosa pasti ditegakan dengan menemukan
telur dalam tinja 2-4 minggu setelah
• Larvanya dapat dibedakan dari cacing
tambang dan Strongyloides
Pengobatan
• Tersedia beberapa antelmintik beberapa
diantaranya juga digunakan untuk infeksi
nematoda lainnya
• Tiabendazol : 25 mg/ kg bb x 2 hr (max 3
gr/hr)
Strongyloides stercoralis
Klasifikasi
• Phylum : nematoda
• Kelas : secernentea
• Ordo : Strongylida
• Family : Strongyloididae
• Genus : Strongyloides
Pendahuluan
• Strongyloides stercoralis pertamakali
ditemukan pada Tahun 1876 dalam tinja
tentara prancis yang mengalami diare dan
baru pulang dr indo cina.
• Diteliti pada tahun 1900
• Strongyloides stercoralis terutama ditemukan
di daerah panas , teteapi dapat bertahan di
daerah yang lebih dingin.
Morfologi dan daur hidup
• Siklus hidup Strongyloides stercoralis lebih
kompleks
• Infeksi pada manusia melalui penetrasi larva
filariform yang terdapat di tanah ke dalam
kulit.
• Larva bentuknya panjang ramping (panjang :
639 µm dan lebar 16 µm )
• Dapat hidup dalam tanah dan air dalam bbrp
hari
Gbr. Siklus hidup
Strongyloides stercoralis
• Setelah menebus kulit larva terbawa aliran
darah >> paru-paru>> alveoli>> trakea>>
faring>> tertelan >> mukosa duodenum dan
jejenum bagian atas.
• Perkembangan membutuhkan waktu 2
minggu dan betina mulai memproduksi telur
• Telur berbentuk lonjong, dindingnya tipis dan
berukuran 50-58 µm x 30-34 µm (umumnya
lebih kecil dari ccing tambang).
• Telur-telur akan menetas >> larva rhabditiform
akan keluar bersama tinja.
• Larva habditiform akan berkembang menjadi
bentuk bebas dalam tanah mjd larva filariform
• Pada iklim sedang , cacing bentuk bebas tidak
berkembang .
• Pada keadaan dimana terjadi autoinfeksi larva
rhabditiform yg berada dalam usus akan
berkembang menjadi larva filariform
• Larva rhabditiform :
(ukuran : 380 µm dan lebar 20 µm), otot esofagus
menggelembung di bagian anterior, kemudian
retriksi dan menggelembung di bagian
posterior).terdapat sekelompok sel primordium
genital yang agak nyata, dapat dilihat 2/3 ke
belakang ujung anterior.
• Pada larva rhabditoform Strongyloides , rongga
mulutnya sangat pendek, hanya bbrp milimeter,
sedangkan cacing tambang kira2 panjangnya 3
kali
Gbr. Strongyloides stercoralis
Gejala Klinik
• Pada beberp org tidak menunjukan gejala sama
sekali tergantung berat ringannya penyakit.
• Berdasarkan siklus hidupnya ada 3 organ yg
sering terkena (kulit, usus dan paru2).
• Kulit :
• Paru2 : batu2, napas memendek, mengi, demam
dan infiltrat paru2 sementara (sindrom loeffler)
• Usus : infeksi berat (kerusakan mukosa yang
berat)
Gbr. Larva currens/ larva migrans
• Sindrom hiperinfeksi : mekanisme dari
terjadinya infeksi jangka panjang yang
menetap bertahun2, setelah seseorang
meninggalkan daerah endemik. >>>
kekambuhan bila daya tahan tubuh menurun.
• Kerusakan jaringan akibat migrasi larva :
pasien dapat meninggal
Diagnosa
• Diagnosa pasti melalui ditemukannya cacing, telur dan
larva dalam tinja, bahan dari duodenum dan sputum.
• Tehnik kosentrasi yang khsus dan metode kultur larva
(seringkari ditemukan larva filariform).
• Kapsul Entero-test untk pemeriksaan bahan
duodenum.
• Telur jarang terlihat dalam tinja , tetapi mungkin
ditemukan dalam isi duodenum.
• Pada infeksi sangat berat ; telur (jarang), larva (kedua
jenis) dan cacing dewasa ditemukan dalam tinja.

Anda mungkin juga menyukai