Trichostrongylus spp Pendahuluan • Nematoda ini sering ditemukan pada herbivora di seluruh dunia • Beberapa spesies cacing ini ditemukan pada manusia • Beberapa diantaranya mempunyai arti klinik daripada yang lainnya Siklus Hidup dan Morfologi • Merupakan jenis nematoda yang kecil, hampir sama dengan cacing tambang • Hidupnya tertanam dalam mukosa usus halus • Tidak seperti cacing tambang dewasa, cacing dewasanya tidak mempunyai kapsul bukal yang jelas dengan bagian mulut yang khusus (gigi, lempeng pemotong) • Infeksi pada manusia dengan menelan larva infektif yang mengkontaminasi tanaman. • Setelah sampai di usus kecil, akan matur dalam waktu 3-4 minggu tanpa mengalami siklus paru. • Telur mirip dengan cacing tambang berbentuk lonjong tetapi sedikit lebih panjang dengan bagian ujungnya lebih runcing daripada cacing tambang. • Pada kondisi yang cocok (tanah yang hangat dan lembab) telur akan menetas dalam waktu 24 jam dan berkembang menjadi larva infektif setelah kurang lebih 60 jam Manifestasi Klinik • Gejala-gejala tergantung jumlah cacing dan kerusakan dari mukosa usus. • Perdarahan dan deskuamasi dapat terjadi (sama seperti pada cacing tambang) • Gejala2 klinik pada umumnya tidak nyata kecuali terdapat beberapa ratus cacing. Diagnosis • Diagnosa pasti ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja 2-4 minggu setelah • Larvanya dapat dibedakan dari cacing tambang dan Strongyloides Pengobatan • Tersedia beberapa antelmintik beberapa diantaranya juga digunakan untuk infeksi nematoda lainnya • Tiabendazol : 25 mg/ kg bb x 2 hr (max 3 gr/hr) Strongyloides stercoralis Klasifikasi • Phylum : nematoda • Kelas : secernentea • Ordo : Strongylida • Family : Strongyloididae • Genus : Strongyloides Pendahuluan • Strongyloides stercoralis pertamakali ditemukan pada Tahun 1876 dalam tinja tentara prancis yang mengalami diare dan baru pulang dr indo cina. • Diteliti pada tahun 1900 • Strongyloides stercoralis terutama ditemukan di daerah panas , teteapi dapat bertahan di daerah yang lebih dingin. Morfologi dan daur hidup • Siklus hidup Strongyloides stercoralis lebih kompleks • Infeksi pada manusia melalui penetrasi larva filariform yang terdapat di tanah ke dalam kulit. • Larva bentuknya panjang ramping (panjang : 639 µm dan lebar 16 µm ) • Dapat hidup dalam tanah dan air dalam bbrp hari Gbr. Siklus hidup Strongyloides stercoralis • Setelah menebus kulit larva terbawa aliran darah >> paru-paru>> alveoli>> trakea>> faring>> tertelan >> mukosa duodenum dan jejenum bagian atas. • Perkembangan membutuhkan waktu 2 minggu dan betina mulai memproduksi telur • Telur berbentuk lonjong, dindingnya tipis dan berukuran 50-58 µm x 30-34 µm (umumnya lebih kecil dari ccing tambang). • Telur-telur akan menetas >> larva rhabditiform akan keluar bersama tinja. • Larva habditiform akan berkembang menjadi bentuk bebas dalam tanah mjd larva filariform • Pada iklim sedang , cacing bentuk bebas tidak berkembang . • Pada keadaan dimana terjadi autoinfeksi larva rhabditiform yg berada dalam usus akan berkembang menjadi larva filariform • Larva rhabditiform : (ukuran : 380 µm dan lebar 20 µm), otot esofagus menggelembung di bagian anterior, kemudian retriksi dan menggelembung di bagian posterior).terdapat sekelompok sel primordium genital yang agak nyata, dapat dilihat 2/3 ke belakang ujung anterior. • Pada larva rhabditoform Strongyloides , rongga mulutnya sangat pendek, hanya bbrp milimeter, sedangkan cacing tambang kira2 panjangnya 3 kali Gbr. Strongyloides stercoralis Gejala Klinik • Pada beberp org tidak menunjukan gejala sama sekali tergantung berat ringannya penyakit. • Berdasarkan siklus hidupnya ada 3 organ yg sering terkena (kulit, usus dan paru2). • Kulit : • Paru2 : batu2, napas memendek, mengi, demam dan infiltrat paru2 sementara (sindrom loeffler) • Usus : infeksi berat (kerusakan mukosa yang berat) Gbr. Larva currens/ larva migrans • Sindrom hiperinfeksi : mekanisme dari terjadinya infeksi jangka panjang yang menetap bertahun2, setelah seseorang meninggalkan daerah endemik. >>> kekambuhan bila daya tahan tubuh menurun. • Kerusakan jaringan akibat migrasi larva : pasien dapat meninggal Diagnosa • Diagnosa pasti melalui ditemukannya cacing, telur dan larva dalam tinja, bahan dari duodenum dan sputum. • Tehnik kosentrasi yang khsus dan metode kultur larva (seringkari ditemukan larva filariform). • Kapsul Entero-test untk pemeriksaan bahan duodenum. • Telur jarang terlihat dalam tinja , tetapi mungkin ditemukan dalam isi duodenum. • Pada infeksi sangat berat ; telur (jarang), larva (kedua jenis) dan cacing dewasa ditemukan dalam tinja.