Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode

Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

PENGARUH WAKTU SFERONISASI TERHADAP SIFAT FISIK PELET YANG DIBUAT


MENGGUNAKAN METODE EKSTRUSI-SFERONISASI

Par adipa, I P.B.M.1, Wijayanti, N P.A.D.1, Ar isanti, C.I.S.1


1
J ur usan Far masi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana

Korespondensi: Paradipa, I P.B.M.


Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: cybercrow.6190@gmail.com

ABSTRAK

Amilum singkong pregelatin dapat digunakan sebagai eksipien pelet karena dapat bersifat
sebagai bahan pengikat untuk menghasilkan pelet yang tidak mudah hancur, selain itu amilum
singkong pregelatin dapat bersifat sebagai bahan penghancur yang bertujuan untuk melepaskan
kandungan bahan obat di dalamnya. Pada tahap sferonisasi, kecepatan putaran sferoniser dan waktu
sferonisasi berpengaruh terhadap kualitas pelet yang dihasilkan. Kecepatan sferonisasi yang
digunakan adalah 400 rpm dengan lamanya waktu sferonisasi yang bervariasi antara 2 hingga 15
menit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh waktu sferonisasi terhadap sifat fisik pelet
yang dibuat menggunakan metode ekstrusi-sferonisasi.
Massa plastis dihasilkan dari perbandingan bahan amilum singkong pregelatin : parasetamol : air
(15 : 1 : 10). Semua bahan kemudian diekstrusi, ekstrudat yang terbentuk dikeringkan dalam oven
50ºC selama 20 menit lalu disferonisasi menggunakan kecepatan 400 rpm dengan variasi waktu 5, 10,
dan 15 menit. Pelet dikeringkan dalam oven 50ºC selama 30 menit. Evaluasi pelet meliputi
perhitungan rendemen pelet, ukuran pelet, bentuk pelet, kelembaban pelet, sifat alir pelet,
kompresibilitas pelet, dan kerapuhan pelet.
Variasi waktu sferonisasi menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap rendemen dan
ukuran pelet (p < 0,05). Semakin lama waktu sferonisasi, rendemen pelet yang dihasilkan semakin
sedikit dan ukuran pelet akan semakin besar. Pelet yang dihasilkan dari masing-masing waktu
sferonisasi hanya memenuhi kriteria pada penentuan ukuran dan pengujian kompresibilitas pelet,
sedangkan pada pengujian sifat fisik lainnya masih belum memenuhi kriteria sifat fisik pada pustaka.

Kata Kunci: Pelet; amilum singkong pregelatin; waktu sferonisasi

1. PENDAHULUAN sferonisasi dibandingkan teknik pembuatan


Pelet memiliki beberapa keuntungan pelet lainnya adalah dapat menghasilkan pelet
farmakologis diantaranya dapat terdispersi dalam jumlah banyak, distribusi ukuran pelet
bebas dalam saluran pencernaan, yang sempit, bentuk pelet yang sferis, dan
memaksimalkan penyerapan obat, mengurangi tingkat kerapuhan yang rendah (Dukić-Ott,
fluktuasi puncak plasma dan meminimalkan 2008). Variabel penting pada proses
potensi efek samping tanpa menurunkan sferonisasi yang mempengaruhi karakteristik
ketersediaan hayati (Sinha et al., 2005). rendemen pelet, ukuran pelet, bentuk pelet,
Sifat fisik pelet ditentukan oleh formula kelembaban pelet, sifat alir pelet,
yang digunakan dan teknik pembuatan. Salah kompresibilitas pelet, dan kerapuhan pelet
satu eksipien yang dapat digunakan adalah adalah kecepatan dan waktu sferonisasi
amilum termodifikasi. Amilum pregelatin (Parikh, 1997). Kecepatan sferonisasi yang
dapat digunakan sebagai eksipien pelet karena digunakan untuk menghasilkan pelet yang
amilum pregelatin dapat bersifat sebagai bahan menggunakan amilum termodifikasi dengan
pengikat maupun penghancur (Sari, 2011). kualitas yang baik adalah 400 rpm dengan
Teknik ekstrusi-sferonisasi merupakan lamanya waktu sferonisasi yang bervariasi
teknik yang paling umum digunakan dalam yakni antara 2 menit hingga 15 menit (Dukić-
pembuatan pelet. Keunggulan teknik ekstrusi- Ott et al., 2007; Swarbrick dan Boylan, 2002).

62
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Keterangan : d = diameter rata-rata rentang ayakan; n =
mengetahui pengaruh waktu sferonisasi bobot pelet yang tertahan pada masing-masing ayakan
(%)
terhadap sifat fisik pelet yang menggunakan
2.2.2.3 Bentuk Pelet
amilum singkong pregelatin sebagai eksipien
Pengujian terhadap bentuk sediaan pelet
dan dibuat dengan metode ekstrusi-sferonisasi.
dilakukan dengan mengambil sebanyak 20
pelet secara acak dari fraksi pelet yang paling
2. BAHAN DAN METODE
banyak, pelet diletakkan di atas kaca objek lalu
2.1 Bahan
diamati di bawah mikroskop cahaya (Yazumi
Bahan-bahan yang digunakan dalam
XSP-12) dengan perbesaran 400 kali. Hasil
penelitian ini adalah umbi singkong dari
pengamatan mikroskop diabadikan dengan
perkebunan singkong Desa Puhu, Kecamatan
kamera dan foto yang diperoleh diplotkan pada
Payangan, Gianyar-Bali; aquadest dan
aplikasi CorelDRAW X4. Penentuan bentuk
parasetamol (pro analisis) dari PT. Brataco;
pelet ditentukan menggunakan Persamaan 3
dan larutan iodium 0,005 M.
(Ma, 2006) dan dilakukan pengulangan
2.2 Metode sebanyak 3 kali:
2.2.1 Pembuatan Pelet
Pelet dibuat dengan metode granulasi
basah dengan mencampurkan zat aktif
(parasetamol), eksipien (amilum singkong Keterangan : θ = derajat sferisitas; Da = proyeksi
pregelatin), dan akuades dengan perbandingan diameter area; Dp = proyeksi diameter perimeter
15 : 1 : 10. Massa basah yang terbentuk 2.2.2.4 Uji Kelembaban Pelet
dilewatkan pada ayakan mesh No. 20 hingga Ditimbang (Adam AFP-360L) 5 gram pelet
terbentuk ekstrudat. Ekstrudat dikeringkan dari fraksi pelet yang paling banyak kemudian
menggunakan oven dengan suhu 50°C selama dimasukkan ke dalam oven (Binder) pada suhu
20 menit. Ekstrudat disferonisasi 105°C selama 15 menit. Lalu berat amilum
menggunakan kecepatan 400 rpm dengan tersebut diukur dan dihitung kandungan
variasi waktu 5, 10, dan 15 menit. Pelet lembabnya yang dinyatakan dalam persen
dikeringkan dalam oven 50ºC selama 30 menit kelembaban. Perhitungan kelembaban pelet
(Vervaet et al., 1995). dilakukan dengan menggunakan Persamaan 4
2.2.2 Evaluasi Pelet (Voigt, 1995) dan dilakukan pengulangan
2.2.2.1 Per hitungan Rendemen Pelet sebanyak 3 kali:
Perhitungan rendemen pelet dilakukan dengan
Persamaan 1 (Zeeshan et al., 2009) dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali: 2.2.2.5 Pengujian Sifat Alir Pelet
Sifat alir pelet dapat diketahui dengan cara
----------------------------(Persamaan 1) mengukur waktu alir dan sudut diam
(Lachman dkk., 2008). Pada pengujian waktu
2.2.2.2 Per hitungan Ukur an Pelet alir, sebanyak 100 gram pelet dari fraksi pelet
(Diameter Rata-r ata) yang paling banyak ditimbang. Kemudian,
Ukuran pelet ditentukan dengan mengayak pelet tersebut dituang melalui tepi corong
seluruh pelet yang dihasilkan pada masing- secara perlahan-lahan ke dalam corong yang
masing waktu sferonisasi menggunakan satu bagian bawahnya tertutup. Tutup corong
seri ayakan yang terdiri dari ayakan dengan bagian bawah dibuka secara perlahan-lahan
ukuran 850, 425, 250, dan 180 µm (Electro dan pelet dibiarkan mengalir keluar. Dicatat
Pharma). Ayakan digetarkan dengan getaran 5 waktu yang diperlukan (detik) sampai semua
mm selama 10 menit, kemudian bobot pelet pelet melewati corong dengan menggunakan
yang tertahan pada masing-masing ayakan stopwatch (Casio) (Voigt, 1995). Pengukuran
ditimbang (Adam AFP-360L). Perhitungan dilakukan sebanyak 3 kali.
ukuran pelet ditentukan dengan Persamaan 2 Pada pengujian sudut diam, sebanyak 100
(Kumar et al., 2012) dan dilakukan gram pelet dari fraksi pelet yang paling banyak
pengulangan sebanyak 3 kali: ditimbang (Adam AFP-360L). Pelet tersebut
kemudian dituang melalui tepi corong secara
perlahan-lahan ke dalam corong yang bagian
bawahnya tertutup. Tutup corong bagian

63
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

bawah dibuka secara perlahan-lahan dan pelet 2.2.3 Analisis Data


dibiarkan mengalir keluar hingga membentuk Data yang diperoleh dari hasil pengujian
kerucut. Tinggi pelet yang berbentuk kerucut pendahuluan, sifat fisik amilum dan sifat fisik
dan jari-jari pelet lalu diukur. Perhitungan pelet kemudian dianalisis secara statistik
sudut diam pelet dilakukan dengan dengan metode Analysis of Variance
menggunakan Persamaan 5 (Voigt, 1995) dan (ANOVA) One-Way, dengan taraf
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali: kepercayaan 95%. Sebelum data dianalisis
menggunakan uji ANOVA, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat One-Way ANOVA.
Selanjutnya dilakukan uji LSD (Least
Keterangan : h = tinggi kerucut; r = jari-jari kerucut Significance Different) untuk mengetahui
2.2.2.6 Penentuan Kompr esibilitas Pelet perbedaan dari masing-masing waktu
Nilai kompresibilitas pelet ditentukan dengan sferonisasi.
melakukan uji yang meliputi bobot jenis
ruahan dan bobot jenis mampat (Electrolab 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tap Density Tester EDT-1020). Bobot jenis Perbedaan waktu sferonisasi berpengaruh
ruahan ditentukan dengan cara mengukur signifikan terhadap jumlah rendemen pelet (p
volume sejumlah tertentu pelet yang < 0,05). Rendemen pelet yang dihasilkan
dituangkan ke dalam gelas ukur 250 mL tanpa paling banyak pada waktu sferonisasi 5 menit
ketukan kemudian dicatat volumenya. sedangkan waktu sferonisasi 15 menit
Sedangkan bobot jenis mampat diukur dengan menghasilkan rendemen pelet paling sedikit
cara yang sama dengan bobot jenis ruahan (Tabel A.1). Semakin lama waktu sferonisasi
disertai dengan ketukan sebanyak 500 kali. energi yang dihasilkan untuk memecah
Perhitungan kompresibilitas pelet dilakukan ekstrudat menjadi semakin besar, sehingga
dengan menggunakan Persamaan 6 (Aulton, menyebabkan rendemen pelet yang dihasilkan
1988) dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 semakin kecil. Semakin besar energi yang
kali: dihasilkan untuk memecah ekstrudat, maka
semakin banyak ekstrudat yang terpecah
menjadi serbuk halus yang lolos dari plat friksi
(Thommes et al., 2007).
Keterangan : ρt = bobot jenis mampat; ρo = bobot jenis Peningkatan waktu sferonisasi
ruahan
berpengaruh secara signifikan terhadap
2.2.2.7 Uji Ker apuhan Pelet
peningkatan ukuran pelet (p < 0,05). Ukuran
Uji kerapuhan pelet dilakukan dengan cara
pelet yang dihasilkan masing-masing waktu
menimbang sebanyak 10 gram pelet tidak
sferonisasi menunjukkan hasil yang sama,
bersalut dari fraksi pelet yang paling banyak
yaitu lebih dari 90% pelet tertahan pada
kemudian dimasukkan ke dalam friabilator
ayakan mesh no. 20 (Tabel A.1). Waktu
(Erweka Tipe TA/TR 120) dan diputar
sferonisasi yang lebih lama akan menyebabkan
sebanyak 250 putaran. Debu yang dihasilkan
gesekan antar partikel pelet pada saat proses
setelah putaran selesai dibersihkan kemudian
sferonisasi berlangsung lebih lama dan
pelet diayak menggunakan ayakan (Electro
interaksi antar partikel pelet di dalam
Pharma) dengan ukuran lubang 250 µm
sferonizer semakin meningkat sehingga
selama 5 menit dengan getaran 5 amplitudo.
menyebabkan terjadinya aglomerasi dan
Jumlah pelet yang lolos dari ayakan ditimbang
peningkatan ukuran partikel pelet (Mallipeddi
(Adam AFP-360L) (Banker and Anderson,
et al., 2010).
1986). Perhitungan kerapuhan pelet dilakukan
Waktu sferonisasi 5, 10, dan 15 menit
dengan menggunakan Persamaan 7 (Dukić et
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
al., 2006) dan dilakukan pengulangan
terhadap bentuk pelet (p > 0,05). Sferisitas
sebanyak 3 kali:
pelet dapat dilihat dari derajat sferisitasnya.
Pelet yang sferis akan memiliki derajat
sferisitas 1 (Ma, 2006). Dari masing-masing
Keterangan : Fs = bobot awal pelet; Fa = bobot pelet waktu sferonisasi menunjukkan bahwa pelet
setelah pengujian yang dihasilkan tidak sferis (Tabel A.1).
Semakin lama waktu sferonisasi, pelet yang

64
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

dihasilkan akan semakin mendekati sferis. Berdasarkan hasil pengujian persentase


Semakin lama waktu sferonisasi energi yang kompresibilitas dari masing-masing waktu
dihasilkan untuk memecah ekstrudat akan sferonisasi berada di dalam rentang yang
semakin besar, sehingga derajat sferisitas yang dipersyaratkan, yakni 5 – 20 % (Aulton, 1988).
dihasilkan akan semakin besar dan pelet yang Besar kecilnya nilai kompresibilitas
dihasilkan akan semakin sferis (Sinha et al., dipengaruhi oleh ukuran partikel yang
2007). digunakan pada saat pengujian. Pada uji
Waktu sferonisasi 5, 10, dan 15 menit penentuan ukuran partikel, waktu sferonisasi 5
tidak memberikan pengaruh yang signifikan menit menghasilkan pelet dengan ukuran
terhadap kelembaban pelet (p > 0,05). terkecil dibandingkan dengan kecepatan
Kelembaban yang tinggi dapat memicu sferonisasi 10 dan 15 menit. Semakin kecil
pertumbuhan mikroba, memperburuk sifat alir, ukuran partikel pelet yang digunakan dalam uji
serta meningkatkan kompresibilitas (Ganesan kompresibilitas, maka semakin besar nilai
et al., 2008). Masing-masing waktu sferonisasi persen kompresibilitas yang terbentuk (Soh et
menghasilkan pelet dengan nilai persentase al., 2008).
kelembaban di luar rentang yang Waktu sferonisasi 5, 10, dan 15 menit
dipersyaratkan, yakni 1 – 5 % (DepKes RI, tidak memberikan pengaruh yang signifikan
1995). Semakin lama waktu sferonisasi dapat terhadap kerapuhan pelet (p > 0,05). Uji
meningkatkan hilangnya kelembaban. Hal kerapuhan bertujuan untuk mengetahui
tersebut dikarenakan panas yang ditimbulkan kekuatan mekanik pelet saat pengemasan serta
oleh putaran plat friksi akan meningkat pengangkutan (Goel and Aggarwal, 2012).
sehingga menyebabkan peningkatan Persentase kerapuhan pelet yang dihasilkan
penguapan dan kelembaban akan menurun dari masing-masing waktu sferonisasi tidak
(Parikh, 1997). memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yakni
Sifat alir pelet sangat berpengaruh < 1% (Banker and Anderson, 1986). Semakin
terhadap keseragaman bobot pelet pada saat lama waktu sferonisasi, persen kerapuhan akan
pengemasan. Dari hasil uji laju alir, pelet yang semakin kecil (Sinha et al., 2007). Pada waktu
dihasilkan dari masing-masing kecepatan sferonisasi yang panjang, gesekan yang terjadi
sferonisasi tidak mampu mengalir (Tabel A.1). antara pelet dengan plat friksi semakin banyak
Faktor yang menyebabkan pelet tidak dapat yang menyebabkan terbentuknya massa pelet
mengalir adalah bentuk partikel dan yang padat atau kompak, sehingga kerapuhan
kelembaban. Bentuk partikel yang lebih bulat akan semakin kecil. Ketika waktu sferonisasi
atau sferis mempunyai sifat aliran yang lebih diperpendek, gaya gesek antara plat friksi
baik daripada partikel yang berbentuk tidak dengan pelet tidak cukup untuk membuat
beraturan (Siregar, 2010). Masing-masing massa pelet yang kompak, sehingga
waktu sferonisasi, yaitu 5, 10, dan 15 menit mengakibatkan nilai kerapuhan semakin besar
tidak mampu menghasilkan pelet dengan (Mallipeddi et al., 2010).
bentuk yang sferis, sehingga pelet yang
dihasilkan tidak mampu mengalir. Selain 4. KESIMPULAN
bentuk partikel, kelembaban juga memberikan Waktu sferonisasi pelet 5, 10, dan 15
pengaruh terhadap sifat alir pelet. Masing- menit menyebabkan perbedaan yang signifikan
masing waktu sferonisasi menghasilkan pelet pada pengujian sifat fisik pelet yang meliputi
dengan nilai persentase kelembaban di luar rendemen pelet dan ukuran pelet. Semakin
rentang yang diperbolehkan. Kelembaban lama waktu sferonisasi, rendemen pelet yang
yang tinggi akan meningkatkan gaya gesek dihasilkan semakin sedikit dan ukuran pelet
antar partikel sehingga sulit untuk mengalir akan semakin besar.
(Ganesan et al., 2008). Sudut diam tidak dapat
terbentuk karena pelet tidak mampu mengalir. UCAPAN TERIMA KASIH
Sifat alir yang baik akan membentuk timbunan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
yang dapat menghasilkan sudut diam yang Bapak I Gusti Ngurah Agung Dewantara,
rendah (Siregar, 2010). S.Farm., M.Sc., Apt., dan I Gusti Ngurah
Waktu sferonisasi 5, 10, dan 15 menit Jemmy Anton Prasetia, S.Farm., Apt. sebagai
tidak memberikan pengaruh yang signifikan reviewer. Terima kasih kepada Laboratorium
terhadap kompresibilitas pelet (p > 0,05). Teknologi Non Steril Jurusan Farmasi

65
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Ma, Haiquiu. (2006). The Formulation,
Alam Universitas Udayana yang telah Manufacture and Evaluation of
memfasilitasi penelitian ini, dan Direktorat Capsules Containing Freeze-Dried
Jendral Pendidikan Tinggi yang telah Aqueous Extracts of Leonotis leonorus
mendanai pelaksanaan penelitian ini. or Mentha longifolia. Thesis. South
Africa: The University of the Western
DAFTAR PUSTAKA Cape.
Aulton, M. E. (1988). Pharmaceutic The Mallipeddi, M., K. K. Saripella, S. H. Neau.
Science of Dosage Form Design. (2010). Use of Coarse Ethylcellulose
Hongkong: ELBS. Hal: 181–183. and PEO in Beads Produced by
Banker, G. S., N. R. Anderson. (1986). The Extrusion-Spheronization. Int. J. of
Teory and Practice of Industrial Pharm. 385 : 53–65.
Pharmacy. Philadelpia: Lea and Parikh, D. M. (1997). Handbook of
Febiger. Hal: 237. Pharmaceutical Granulation
Dukić, A., R. Mens, P. Adriaensens, P. Technology. New York: Marcel Dekker,
Foreman, J. Gelan, J. P. Remon, C. Inc. Hal: 334–365.
Vervaet. (2006). Development of starch- Sari, K. L. K. (2011). Pengaruh Rasio Amilum
based pellets via : Air dan Suhu Pemanasan Terhadap
extrusion/spheronisation. Eur. J. of Sifat Fisik Amilum Singkong Pregelatin
Pharm. Biopharm. 66 : 83–94. yang Ditujukan Sebagai Eksipien
Dukić-Ott, A., J. P. Remon, P. Foreman, C. Tablet. Skripsi. Denpasar: Jurusan
Vervaet. (2007). Immediate release of Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
poorly soluble drugs from starch-based Pengetahuan Alam, Universitas
pellets prepared via Udayana.
extrusion/spheronisation. Eur. J. of Sinha, V. R., M. K. Agrawal, and R. Kumria.
Pharm. Biopharm. 67 : 715–724. (2005). Influence of Formulation and
Dukić-Ott, A. (2008). Modified Starch as an Excipient Variables on the Pellet
Excipient for Pellets Prepared by Means Properties Prepared by Extrusion
of Extrusion/Spheronisation. Thesis. Spheronization. Cur. Drug. Del., Vol. 2,
Germany: Laboratory of Pharmaceutical No. 1.
Technology, Faculty of Pharmaceutical Sinha, V. R., M. K. Agrawal, R. Kumria, and
Sciences, Ghent University. J. R. Bhinge. (2007). Influence of
Ganesan, V., K. A. Rosentrater, K. Operational Variables on Properties of
Muthukumarappan. (2008). Flowability Piroxicam Pellets Prepared by
and Handling Characteristics of Bulk Extrusion-Spheronization: A Technical
Solids and Powders – A Review with Note. AAPS PhamSciTech ; 8 (1) Article
Implications for DDGS. Bio. Eng. 101 : 20.
425–435. Siregar, C. J. P. (2010). Teknologi Farmasi
Goel, A., and S. Aggarwal. (2012). Special Sediaan Tablet. Jakarta: Penerbit Buku
Emphasis Given on Spheronization. Int. Kedokteran ECG. Hal: 256–262.
J. of Inst. Pharm. Life. Sci 2 (2). 1215– Soh, J. L. P., L. Yang, C. V. Liew, F. D. Cui,
1226. and P. W. S. Heng. (2008). Importance
Kumar, T. J., D. K. Sharma, and A. Shamim. of Small Pores in Mycrocrystalline
(2012). Effect of Water Uptake on Cellulose for Controlling Water
Particle Size Distribution of Core Pellets Distribution during Extrusion-
of Venlafaxine HCl Prepared by Spheronization. AAPS PharmSciTech,
Extrusion and Spheronization Vol. 9, No. 3.
Technique. Nov. Sci. Int. J. of Pharm. Swarbrick, J., dan J. C. Boylan. (2002).
Sci., 1(6) : 389–394. Encyclopedia of Pharmaceutical
Lachman, L., H. A. Lieberman, dan J. L. Technology Second Edition Volume 3.
Kanig. Alih Bahasa: Suyatmi, S. (2008). Marcel Dekker, Inc: New York. Hal:
Teori dan Praktek Farmasi Industri. 2067.
Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Thommes, M., W. Blaschek, P. Kleinebudde.
(2007). Effect of Drying on Extruded

66
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

Pellets Based on κ-carrageenan. Eur. J. Zeeshan, F., K. K. Peh, and Y. T. F. Tan.


of Pharm. Sci. 31 : 112–118. (2009). Exploring the Potential of A
Vervaet, C., L. Baert, J. P. Remon. (1995). Highly Compressible Microcrystalline
Extrusion-spheronisation A literature Cellulose as Novel Tabletting Excipient
review. Int. J. of Pharm. 116 : 131–146. in the Compaction of Extended-Release
Voigt, R. Alih Bahasa: Noerono, S. (1995). Coated Pellets Containing an Extremely
Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Water-Soluble Model Drug. AAPS
Yogyakarta: Gajah Mada University PharmSciTech, Vol. 10, No. 3.
Press. Hal: 397, 483–495, 517.

67
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

APENDIKS A.
Tabel A.1. Hasil Pengujian Pelet Masing-masing Waktu Sferonisasi
Pengujian Pelet Waktu Sferonisasi
5 Menit 10 Menit 15 Menit
Perhitungan Rendemen Pelet 78,52 ± 0,28 % 70,74 ± 0,11 % 59,17 ± 0,18 %
Penentuan Ukuran Pelet 829,50 ± 0,53 µm 831,76 ± 0,46 µm 835,90 ± 0,4 µm
Bentuk Pelet (derajat sferisitas) 0,66 ± 0,04 0,69 ± 0,06 0,7 ± 0,03
Uji Kelembaban Pelet 8,81 ± 0,49 % 8,66 ± 1,03 % 8,17 ± 0,69 %
Uji Sifat Alir Pelet - Waktu alir: tidak - Waktu alir: tidak - Waktu alir: tidak
mampu mengalir mampu mengalir mampu mengalir
- Sudut diam: tidak - Sudut diam: tidak - Sudut diam: tidak
terbentuk sudut terbentuk sudut terbentuk sudut
diam diam diam
Uji Kompresibilitas Pelet 12,01 ± 1,74 % 10,55 ± 0,81 % 10,48 ± 0,96 %
Uji Kerapuhan Pelet 4,81 ± 0,22 % 4,52 ± 0,43 % 4,5 ± 0,31 %

68
Pengaruh Waktu Sferonisasi Terhadap Sifat Fisik Pelet yang Dibuat Menggunakan Metode
Ekstrusi-Sferonisasi (Paradipa, I P.B.M., Wijayanti, N P.A.D., Arisanti, C.I.S)

Dear reviewer,

Untuk pustaka

Lachman, L., H. A. Lieber man, dan J . L. Kanig. Alih Bahasa: Suyatmi, S. (2008). Teori dan
Praktek F armasi Industri. Edisi Ketiga. J akar ta: UI Pr ess.

Saya menggunakannya pada Pengujian Sifat Alir Pelet yang terdapat pada halaman 3

Sekian yang dapat saya sampaikan

Terima kasih.

69

Anda mungkin juga menyukai