Anda di halaman 1dari 44

CASE BASED DISCUSSION

EPIDURAL HEMATOMA
SUCI ARIANI (013.06.0057)
KEPANITRAAN KLINIK SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR /RSU BANGLI
PERIODE 29 JANUARI – 3 MARET 2018
BANGLI
2018
LATAR BELAKANG

Ex: EDH-cepat
Kerusakan : ringan -
Cedera otak traumatik terbentuk karena
berat, bahkan
relatif sering terjadi sebagian besar trauma
kekmatian
mengenai arteri.

Pengelolaan segera Menurunkan morbiditas dan


cedera otak traumatik menurunkan mortalitas.
EPIDURAL HEMATOMA
DEFINISI
• Epidural hematoma : suatu hematoma (perdarahan) yang terjadi
diantara duramater dan tulang (periosteum) yang timbul akibat
sobekan arteri meningea media atau pada salah satu cabangnya
ETIOLOGI
• Pecahnya arteri meningea media dan/atau cabangnya
• Sebagian besar berasal dari perdarahan arteri pada dura, dan
hanya 10 % dari perdarahan epidural ini berasal dari perdarahan
vena

Pecahnya Penumpukan
Perlu tekanan
pembuluh darah dalam
besar
darah ruang epidural
Mekanisme Cedera Otak

• benturan langsung
Cedera otak • tidak langsung

• kompresi
Benturan • akselerasi dan
• deselerasi (perlambatan)

Gelombang • coup

kejut • contra coup


• Frakturtulang tengkorak seringkali terjadi bersama cedera otak
traumatic
• Sekitar 3 % dari pasien yang masuk ruang gawat darurat,
• 65% dari pasien yang masuk ruang rawat intensif neuro, dan
• 80% dari pasien cedera otak traumatic yang meninggal.

• Insidenperdarahan intrakranial yang lebih besar dibanding yang


tidak mengalami fraktur.
• Komplikasi cedera otak traumatik, seperti menjadi sumber
infeksi
GEJALA KLINIS
• Ada lucid interval
• Tekanan darah yang semakin tinggi, namun nadi yang semakin melambat
• Midriasis di sisi ipsilateral dan hemiplegi di sisi kontralateral dari garis
fraktur.
• Tanda Babinski di kontralateral
• Funduskopi dapat memperlihatkan papil edema (setelah 6 jam kejadian)
• Foto roentgen: fraktur linear yang jalannya melintang dengan jalannya
arteri meningea media atau salah satu cabangnya
• CT scan kepala: hematoma
Pemeriksaan penunjang
• Foto polos kepala (skull x-
ray) fraktur
• CT Scan
• MRI
CT menunjukkan 0.5 cm epidural hematoma pada region temporal kiri.
Penatalaksanaan
(resusitasi, stabilisasi dan penilaian neurologis)

Evaluasi awal Anamnesa:


mengikuti protokol gambaran penilaian status
Advanced Trauma mekanisme trauma neurologis
Life Support (ATLS) yang terjadi

Glasgow Coma Pemeriksaan


Scale (GCS); pupil; penunjang
Tekanan Intra Kranial (TIK)
• Nyeri kepala
• Muntah proyektil
• Kejang
• Papil edema
• Gangguan mental
Indikasi tindakan operasi adalah:
• Volume hamatom > 30 ml
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah > 5 mm
• Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depresi
dengan kedalaman >1 cm
• EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis
tengah dengan GCS≤ 8
• Tanda-tanda lokal dan peningkatan TIK
Prognosis
• Prognosis Epidural Hematom tergantung pada:
• lokasinya (infratentorial lebih jelek) dan besarnya trauma, dan
• Kesadaran (GCS)
• Onset
• lesi penyerta
• usia penderita
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Tn. A
• Usia : 25 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : Tanjung-KLU
• Status : Menikah
Anamnesa
• Laki-laki
25 tahun, pekerjaan wiraswasta, datang diantar ke IGD
RSUP NTB dengan keluhan kesadaran menurun setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. KLL motor dengan motor
yang terjadi pada pukul 01.00 WITA (13-9-2012) sekitar 1 jam
sebelum MRS. Saat kejadian pasien dalam pengaruh minuman
beralkohol dan dibonceng sepeda motor. Setelah kecelakaan
pasien langsung tidak sadarkan diri, mual dan muntah tidak ada,
kejang tidak ada. Tidak ada cairan atau darah yang keluar dari
hidung, mulut maupun telinga.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Koma
GCS : E1Vx(mayo)M4
Tanda vital
 Tekanan Darah :140/60
 Nadi : 80 x/menit
 Frekuensi Nafas : 32 x/menit
 Suhu : 38,30 C
Status Generalis
 Kepala dan : Cephal hematom regio temporoparietal (+) kanan, Vulnus appertum
Leher regio frontal kanan ukuran 3x2 cm, vulnus laseratum regio parietal
kiri dan regio zygomatikus kanan ukuran 3x1 cm.

 Mata : Hematom palpebra superior dan inferior kanan, edema palpebra


superior dan inferior kanan,
Pupil: Bentuk bulat, RP -/+ anisokor, ukuran 5 mm/2 mm

 THT : Otorea (-), Rhinorea (-), jejas (-), deformitas hidung (-), deformitas
maxilla (-) deformitas mandibula(-)
Toraks
 Inspeksi : Bentuk dan ukuran thorax normal, gerak dinding
dada simetris, jejas (-)
 Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-),
krepitasi (-) ictus cordis teraba di ICS V sinistra
 Perkusi : Pulmo: sonor pada kedua lapangan paru.
Cor : Batas Kanan: ICS II linea parasternal kanan,
batas kanan bawah pada ICS IV linea parasternal
kanan), Batas Kiri : ICS V linea midklavikula sinistra,
 Auskultasi : Pulmo: (vesikuler +/+, ronki -/-, whezing -/-)
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), Gallop (-)
Abdomen

 Inspeksi : distensi (-), jejas (+) di regio hypokondrium kiri

 Auskultasi : bising usus 2-4x/menit

 Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

 Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen


Ekstremitas
 Atas Kanan : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
gerakan aktif (+), edema (-), akral hangat (+).
Kiri : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
pergerakan kurang aktif (+), edema (-), akral
hangat (+).
 Bawah Kanan : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
gerakan aktif (+), edema (-), akral hangat (+).
Kiri : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
pergerakan kurang aktif (+), edema (-), akral
hangat (+).
Status Neurologis
 GCS : E1Vx(mayo)M4
 Kesadaran : Koma
 Saraf kranial
 NI : Sde

 N II : Sde
 N III, IV, VI : Ptosis (-) Posisi bola mata ditengah,
Pupil : RP -/+, anisokor, bentuk bulat regular, ukuran 5
mm/ 2 mm,
Nistagmus (-)
 NV : Reflex kornea : Tde
 N VII : Sde
 N VIII : Sde
 N IX : posisi arkus pharing di tengah
 X : Sde
 XI : Sde
 XII : Sde
 Rangsangan Meningeal
 Kaku Kuduk : tde
 Kernig sign : tde
 Brudzinski I : tde
Motorik Superior Inferior
Dx Sx Dx Sx
Pergerakan Aktif kurang aktif Kurang
Kekuatan sde sde sde Sde
Tonus Otot Dbn dbn dbn Dbn
Bentuk otot Dbn dbn dbn Dbn
 Refleks fisiologis
 Bisep +/++
 Triceps +/+
 Patela +/+
 Achiles +/+
 Refleks Patologis
 Babinski -/+
 Chaddock -/-
 Scaefer -/-
 Gordon -/-
 Oppenheim -/-
 Sensibilitas
 Eksteroseptif : Nyeri : sde
Suhu :sde
Rasa raba halus : sde
 Proprioseptif : Rasa nyeri dalam : sde
 Fungsi kortikal : Rasa diskriminasi : sde
Pemeriksaan penunjang
Laboraturium tanggal 13 September 2012
WBC : 13,24
GDS : 181 mg/dL
2. Skull AP/Lateral

Gambar 4: Skull AP, tidak tampak Fraktur Gambar 5: Skull Lateral: Tidak tampak Fraktur
3. CT-Scan kepala

Gambar 6: CT Scan kepala yang di tunjuk dengan anak panah warna merah menunjukan gambaran Epidural hematom berupa
gambaran hiperdens homogen berbentuk bikonveks diantara tabula interna dan duramater regio fronto temporal kanan
Diagnosis
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang didapatkan, maka pasien didiagnosis dengan
cedera otak berat et kausa EDH fronto temporal kanan + trauma
abdomen
Resume
• Seorang laki-laki 25 tahun dengan diagnosis cedera otak berat et
kausa EDH fronto temporal kanan + trauma abdomen. Pasien
masuk rumah sakit dengan keluhan penurunan kesadaran yang
dialami setelah KLL.
• Saat kejadian Os dalam pengaruh alkohol. Setelah kecelakaan os
tidak sadarkan diri (+), mual(-) muntah(-) kejang(-) os tidak ingat
kejadian. Keluar cairan/darah dari hidung (-), mulut (-) dan
telinga (-).
• Pemeriksaan fisik lokalis: kesadaran koma, GCS E1Vx(mayo)M4.
Frekuensi napas 32 x/menit, teratur Cephal hematom regio
temporoparietal (+) kanan, Vulnus appertum regio frontal kanan
ukuran 3x2 cm, vulnus laseratum regio parietal kiri dan regio
zygomatikus kanan ukuran 3x1 cm.
• Mata : hematom palpebra superior dan inferior kanan, edema palpebra
superior dan inferior kanan,
• pupil: bentuk bulat, reflek pupil -/+ anisokor, ukuran 5 mm/2 mm,
• THT
: otorea (-), rhinorea (-), jejas (-), deformitas hidung, maxilla dan
mandibula(-).
• Pemeriksaan status neurologis: kesan hemiparese kiri (+). Refleks
fisiologis: bisep +/++. Refleks Patologis: babinski -/+.
Tanggal S O A P
13/9/ Penurunan kesadaran Kesadaran: Koma, -COB,  O2 masker 8 lpm
2012 Post KLL motor vs GCS: E1Vx(mayo)M4. -Febris  Pasang mayo, NGT dan
motor. Setelah Tekanan Darah:140/60 -takipneu kateter urine
kecelakaan os tidak Nadi : 80 x/menit -dehidrasi  Infus NaCl 0,9% 19-31
sadarkan diri(+) mual(-) Frekuensi Nafas: 28 x/menit -Hiperglikemia tpm
muntah(-) kejang(-) os Suhu: 38,30 C  Manitol 15-30 gr/6 jam
tidak ingat kejadian. UT : 35 cc/jam, warna kuning
Keluar cairan/darah dari NGT :40 cc, warna bening  Ketorolac 18 mg-30 mg/
hidung (-), mulut (-) dan hari
telinga (-). Laboratorium
WBC ; 13,24  Piracetam 3 gram/ 8 jam iv
GDS : 181
 Seftriaxon 1-2 gr/hari
 Ranitidin 50 mg/ 6-8 jam
 Kutoin 600-900 mg iv
 Kalnex 1-2 ampul

 Pro Craniotomy
14/9/ Tidak sadar Kesadaran: Koma, -COB + EDH Keluarga setuju OK
2012 Post KLL. GCS: E1Vx(mayo)M4. -Febris ACC anastesi
Gelisah(+) Pupil: RP -/+ anisokor, bentuk -Oligouria
Operasi Craniotomy FT(D) +
bulat, ukuran 5 mm/2 mm -Takipneu
evakuasi EDH:
Tekanan Darah:140/60 -Anemia
Nadi : 80 x/menit -Hiper- -Sumber perdarahan dari
Frekuensi Nafas: 32 x/menit glikemia arteri meningia media
Suhu: 38,30 C -Volume EDH ± 60 cc
UT : 30 cc/jam, warna kuning
NGT : 20 cc warna bening
Instruksi Post Operasi
Drain : 15 cc, warna merah pekat
 O2 masker 6 lpm
Laboratorium  Infus D5 ½ NS 30 tpm
HB : 7,2  Manitol 15-30 gr/6 jam
RBC: 2,43
HCT: 22,1  Inj Farmadol 1 mg/8 jam
PLT :73  Jika Hb < 10 g/dl
WBC:8,71 transfuse
GDS: 181
Masuk 3 kolf WB (saat OK)
15/9/20 Os masih tidak sadar Kesadaran: koma, - Post op Transfusi 2 kolf WB
12 Post KLL. Gelisah(+) GCS: E1Vx(mayo)M2. Craniotomy  O2 masker 6 lpm
Pupil: RP -/+ anisokor, FT(D) +
 Infus D5 ½ NS 30 tpm
bentuk bulat, ukuran 5 evakuasi EDH
 Manitol 15-30 gr/6
mm/2 mm H+1
jam
Tekanan Darah:130/60 -Febris
Nadi : 84 x/menit -dehidrasi  Inj Farmadol 1 mg/8
Frekuensi Nafas: 34 -Takipneu jam
x/menit
Suhu: 39,30 C
UT : 30 cc/jam, kuning
NGT :40 cc, warna
bening
Drain: 30 cc, warna
merah
16/9/20 Pasien Kesadaran: koma, -Post op -Trakheostomy
12 masih GCS: E1Vx(pipa thraceostomy)M2. Craniotomy -Transfusi 1 kolf WB
tidak Pupil: RP -/- anisokor, bentuk bulat, FT(D) +
sadar. ukuran 5 mm/3 mm evakuasi EDH
TD:140/60 H+2
Nadi : 90 x/menit, lemah -Febris
Frekuensi Nafas: 34 x/menit -Anemia
Suhu: 40,0 C -dehidrasi
UT: 50 cc/jm -Takipneu
NGT :80 cc, warna bening
Drain : 40 cc,warna kemerahan
Laboratorium
HB : 8,7
RBC: 3,18
HCT: 29,5
PLT :73
WBC:7,2
17/9/201 Pasien tidak Kesadaran: koma, -Post op  Inf manitol
2 sadar, GCS: E1Vx(pipa thraceostomy)M2. Craniotomy 100cc/6 jam
Kejang(-) Pupil: RP -/- anisokor 5/2 mm FT(D) +
 Inj Metamizole
evaluasi EDH
500 mg/8 jam
Laboratorium H+3
HB : 10,9; RBC: 3,80 ; HCT: 34,3; PLT :127; WBC:10,3 - Oliguria  Inj triasco 1
GDS: 117 -Dehidrasi gr/12 jam
 Inj Farmadol 1
UT :50 cc/ jam, warna kuning
mg/8 jam
NGT: 80 cc, warna bening
Drain: 40 cc warna merah

Masuk 1 kolf PRC


8.00
KU; lemah
Kesadaran: E1Vx(pipa tracheostomy)M2
TD: 100/Palpasi,
N : 170x/menit
10.30
N : Bradikardi – asistole
CPR (+)
Injeksi SA300-600 mcg i.v
Adrenalin(+)1:1000 0,3-0,5 ml i.m. Diulang tiap 15-20 menit
RJP(+)

11.00
N: 160 x/menit, lemah, irama sinus
TD 110/80

11.30
N: Menurun, lemah dan irregular – asistole
CPR(+)
Inj adrenalin 1:1000 0,3-0,5 ml i.m. Diulang tiap 15-20 menit,
Inj SA 300-600 mcg i.v
11.45
Irama sinus
N 150 x/menit
Grojok RL 1 flash

12.10
Bradikardia, asistole
RJP(+),
SA 300-600 mcg i.v
Adrenalin 1:1000 0,3-0,5 ml i.m.

13.00
Pasien meninggal
Kesimpulan
• Cedera otak traumatik relatif sering terjadi dan kerusakan akibat cedera otak traumatik
bervariasi dari cedera kepala ringan sampai berat bahkan kematian. Pengelolaan segera
cedera otak traumatik difokuskan pada pencegahan cedera sekunder, dengan mencegah
terjadinya hipoksia dan hipoperfusi yang secara bermakna meningkatkan morbiditas dan
menurunkan mortalitas.
• Epidural hemorrhage (EDH) adalah perdarahan yang terjadi pada ruang epidural, biasanya
terjadi pada fossa kranii media karena adanya laserasi arteri meningea media, walaupun
bisa juga terjadi pada fossa anterior ataupun posterior. EDH seringkali terjadi bersama
fraktur tulang kranium. Secara klasik, pasien EDH memiliki lucid interval.
• EDH sangat penting untuk cepat didiagnosa; karena bila terdeteksi segera dan dilakukan
evakuasi dan kontrol perdarahan segera, biasanya hasilnya baik dengan mortalitas kurang
dari 10%. Waktu sangatlah penting pada pembedahan EDH, evakuasi dan kontrol
perdarahan dalam waktu yang singkat sangat penting untuk menghindari kelainan
neurologis permanen bahkan kematian.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai