(TBM)
Clinical features
- Severity - Often mild - Often severe
- Shaking chills - Uncommon - Common
- Course - Seldom worsen after first day - Untreated course worsens
- Systemic signs - May have parotitis, diarrhoea - May have pneumonia, urine
tract infection, etc
- Previous health - Often healthy - May be poor or have
immunodeficincies
CSF Examination
- Predominantly lymphocytes - Predominantly PMN leucocytes
- Cells
- Usually normal - Usually low
- Glucose
- Normal or slightly elevated - Elevated
- Protein
- No bacteria seen - Often bacteria seen
- Gram stain
- Absent - Often detected
- Bacterial antigens
- Occasional - Never
- Virus isolation
Peripheral WBC
Count - Often normal - Usually elevated
Diagnosis Diferensial
Tergantung dari:
Usia penderita (makin muda/tua prognosis jelek)
Virulensi kuman penyebabnya
Lamanya penyakit diderita sebelum pengobatan
Jenis dan dosis antibiotika yg diberikan
Adanya faktor predisposisi
Komplikasi
Hidrosefalus
Abses otak, Epidural empiema
Kejang
Defisit neurologik:
- Kelumpuhan anggota gerak & saraf otak
- Ggn pendengaran, bicara & visus
- Retardasi mental
- Spastisitas
Pencegahan
Dapat dilakukan vaksinasi
Pemberian obat-obatan
Isolasi penderita
Meningokokus
Rifampisin: 5 mg/kgBB/12 jam (3 bln-1 thn)
10 mg/kgBB/12 jam (1-12 thn)
600 mg slma (diatas 12 thn)
Sulfadiazin: 250 mg/12 jam (3 bln-1 thn)
500 mg/12 jam (1-12 thn)
1 gr/12 jam (diatas 12 thn)
Meningitis Tuberkulosa (TBM)
TBM adalah bentuk paling parah dari infeksi yg
disebabkan Mycobacterium TBC, yg menyebabkan
kematian atau kecacatan
TBM adalah bentuk yg paling sering dari tuberkulosis
sistem saraf pusat (SSP)
5% dari TB ekstra paru → puncak kejadian pada anak
di bawah usia 4 tahun
Orang dewasa yg mengalami TBM telah meningkat
sbg akibat dari epidemi HIV
Gangguan gerakan dapat terjadi setelah infark dari
ganglia basal → tremor, chorea, ballismus atau
mioklonus
TBM dg keterlibatan tulang belakang → paraplegia
terjadi pada < 10% kasus
TB radikulomielitis jarang pd TBM → paraparesis
subakut, nyeri radikuler dan disfungsi kandung kemih
TBM juga dapat menyebabkan komplikasi metabolik
→ paling umum hiponatremia > 50% pasien (SIADH)
Patogenesis TBM
TBM terjadi akibat aktivasi infeksi laten M. TBC
Infeksi primer melalui jalan napas → hematogen ke
meningen & permukaan otak → “tuberkel”
Tuberkel pecah masuk ke dlm ruang subaraknoid →
“meningitis” pd immunocompromised
Tuberkel membesar sbg “tuberkuloma” pd kasus2 dg
immunocompetent
Deskripsi pertama TBM pd thn 1836 ketika enam
kasus hidrosefalus akut pada anak ditandai dengan
“suatu peradangan pada meninges” → deposit materi
TBC dlm bentuk granulasi
Dua ahli patologi Rich dan McCordock menunjukkan
lewat serangkaian uji coba pd kelinci dan temuan
postmortem pd anak2 → TBM disebabkan pelepasan
kuman M. TBC ke dlm ruang meningeal (subaraknoid)
dari lesi fokal sub-pial/sub-ependymal, yg umumnya
terletak pd fisura Sylvian → “Rich Focus”
Patologi TBM
Prinsip neuropatologinya → terbentuk eksudat di bgn
basal sisterna yg terdiri dari sel mononuklear (MN)
Tuberkel dijumpai pd meningen & permukaan otak
→ “Rich Focus” di sub-pial atau sub-ependymal
Ventrikel dpt melebar → “hidrosefalus komunikan”
→ obstruksi pd “subaraknoid”
Arteritis yg terjadi menyebabkan “infark otak” → ggn
motorik
Proses “inflamasi & fibrosis” → ggn saraf kranial
TBM berkembang melalui 2 langkah:
(A) Air present in basal cisterns (arrow), but not in the ventricular system, is typical
of non-communicating hydrocephalus in a child with tuberculous meningitis.
The absence of air supratentorially (over the cerebral convexities) in both (A)
and (B) is typical in tuberculous meningitis because of the associated basal
cisterns block
Diagnosis
Berdasarkan:
- Gejala klinis
- Pem laboratorium (pem cairan serebrospinal/LCS)
- Pem radiologis (foto toraks, CT Scan & Angiografi kpl)
- Thwaites’ Diagnostic Score
Thwaites’ Diagnostic Score
Interpretation
• Total score ≤4 = tuberculous meningitis
• Total score >4 = alternative diagnosis
Pengobatan
Semua meningitis subakut dg kadar glukosa LCS
yg rendah diobati sbg TBM
Pengobatan secepatnya sambil menunggu hasil
pembiakan kuman
Kemampuan OAT dlm menembus sawar drh otak
(blood brain barier/BBB) tdk sama
- Streptomycin → inflamasi: baik; non inflamasi: kurang
- INH → inflamasi: baik; non inflamasi: baik
- Rifampicin → inflamasi: baik; non inflamasi: kurang
- Pyrazinamide → inflamasi: baik; non inflamasi: baik
- Ethambutol → inflamasi: baik; non inflamasi: kurang
CSF penetration of first-line and second-line
antituberculosis drugs
Dianjurkan memakai kombinasi 3-4 OAT
- Streptomycin: 750 mg IM/hr ( anak: 30 mg/kgBB/hr)
- Rifampicin: 600 mg/hr (anak: 10 mg/kgBB/hr)
- INH: 300 mg/hr (anak: 5-10 mg/kgBB/hr)
- Pyrazinamide: 1500 mg/hr (anak: 25-30 mg/kgBB/hr)
- Ethambutol: 1600 mg/hr (anak: 15-20 mg/kgBB/hr)
Deksametason dosis tinggi digunakan mencegah
edema dan komplikasinya
Prednisolon diberikan utk efek antialergi protein
tuberkel
First-line treatment regimens
for tuberculous meningitis in children and adults
Kortikosteroid
Digunakan pd penderita (hsl CT Scan kpl):
- Adanya hidrosefalus
- Adanya eksudat di bgn basal (sisterna basal)
- Adanya edema di sekitar tuberkuloma
- Adanya edema otak akibat infeksi atau alergi
- Adanya disfungsi umum tlg belakang atau iskemi
Indikasi klinis:
- Kesadaran yg makin memburuk
- Gejala fokal yg progresif
- Gejala ggn batang otak, sum2 tlg belakang & radiks
Komplikasi
Adhesi pd bgn basal otak & sum2 tlg belakang
→ hidrosefalus & blok spinal
Oklusi pembuluh drh cabang karotis, vertebro-
basiler & spinal → ggn kesadaran, intelektual,
hemiparesis, ataksia serebelar & paraplegia
Edema → TTIK, ggn kesadaran, dekortikasi,
deserebrasi, kejang, mioklonus, hemibalismus,
gerakan involunter (mis: korea), dsb