Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 8

KEONG SAWAH
(TUTUT)
• Meidina Putri Ananda
KELOMPOK 8 1600023245
• Sausan Widodo
1600023246
• Fitri Nur Mawati
1600023247
• Rohima Fitriyah
1600023249
• Megah Resti Mawarni
1600023253
• Nugrahani Indah Cahyani
1615023228
KELOMPOK 8

1. Prevalensi gejala
2. Penyebab
3. Mekanisme keracunan
4. Gejala
5. Upaya pengatasan
PREVALENSI GEJALA

89 warga dari tiga RT di RW 7 Kampung


Sawah, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, terpaksa dilarikan ke Puskesmas
dan Rumah Sakit karena keracunan makanan.
Mereka diduga mengalami keracunan usai
mengkonsumsi Tutut (Keong Sawah) usai berbuka
puasa. Keracunan massal ini ditetapkan sebagai
kejadian luar biasa (KLB) oleh Pemerintah Kota
Bogor, Jawa Barat.
PENYEBAB

1. Habitat Keong Sawah (Tutut) yang lebih suka didaerah


lumpur pastinya akan membawa berbagai bakteri,
baik itu parasit maupun bibit cacing.
2. Bila Keong Sawah (Tutut) terdapat di area persawahan
bukan tak mungkin tubuhnya terkena pestisida
sehingga sudah dapat dipastikan Keong Sawah
mengandung racun yang tidak sengaja.
3. Keong yang tidak dimasak dengan baik (higienis dan
sanitasi) memungkinkan bakteri masih hidup
berkembang biak.
4. Air yang digunakan mengandung Mangan (Mn) dan
Coliform.
5. Keong Sawah (Tutut) yang dimasak diambil dari sungai
yang dekat dengan septic tank atau sungai yang
digunakan untuk buang hajat (BAB).
MEKANISME KERACUNAN

1. Bakteri E. Coli
2. Bakteri Salmonella
1. Bakteri E. Coli

Enterohemoragik E. coli (EHEC) atau yang dikenal juga sebagai


Verocytotoxigenic Escherichia coli (VTEC) merupakan salah satu bakteri usus yang
bersifat pathogen yang merupakan penyebab dari penyakit diare. E.Colli jenis ini
berbahaya karena dapat menghasilkan dua toksin yaitu shiga like toxin (SLT)
sekaligus. Toksin ini sangat berbahaya, Mengapa berbahaya? Karena toksin ini
membunuh sel dengan cara memecah adenine dari RNA ribosom, dimana
ribosom ini adalah tempat terjadinya pemanjangan perlekatan aminoasil t-RNA,
hal inilah akan menyebabkan terjadinya hambatan sintetis protein dan kematian
sel. Golongan Enteroinvansif E. coli (EIEC) melakukan fermentasi laktosa dengan
lambat dan tidak bergerak, bakteri ini menimbulkan diare melalui invasi ke sel
epitel mukosa usus. Bakteri E.Colli O15:H7 ini bersifat pathogen dan memiliki
faktor yang virulen yaitu shiga like toxin (Stx) atau dikenal dengan STEC. Strain
STEC ini menghasilkan dua jenis racun , dimana dua jenis racun ini merupakan
faktor virulen utama dari E.Colli (Andriani,2005). Dua jenis racun tersebut yaitu
Stx1 dan Stx2, penderita yang telah terinfeksi Stx1 lebih berpeluang mengakibat
diare berdarah (Fraser et al.,2004). STEC memiliki ketahanan asam yang
menyebabkan
ketika tercerna oleh tubuh, STEC mampu bertahan dalam lumen usus dan menempel
pada sel-sel usus dalam system pencernaan sehingga terbentuk lesi pada sel-sel usus.
Lesi yang terbentuk inilah yang menjadi faktor resiko terjadinya hemolytic uremic
syndrome (HUS) (Gyles, 2007). Stx yang diproduksi oleh STEC ini mampu berikatan
denganreseptor spesifik pada sel inang dan merupakan penyebab kematian dari sel-
sel inang. Adapun target utama dari Stx adalah sel-sel endotel vascular sehingga hal
ini menyebabkan ketika produksi Stx meningkat akan terjadi kerusakan pada
pembuluh darah di usus. Gangguan pada pembuluh darah di usus secara terus
menerus akan mengakibatkan terjadinya diare berdarah pada penderita dan
menyebabkan gangguan ginjal (Desmarchelier dan Fegan, 2003; Gyles, 2007). Toksin
yang telah diproduksi oleh E.Colli O15:H7 dapat masuk ke dalam lumen usus hingga
menembus lapisan endothel sehingga masuk ke aliran darah. Hal ini dikarenakan
adanya faktor virulen lain berupa intimin yang mampu menimbulkan lesi patogenik
yang disebut lesi attaching and effacing (lesi A/E). Lesi attaching and effacing ini
memicu terjadinya Locus of Enterocites Effecment (LEE). Bakteri EHEC ini kemudian
menghasilkan faktor protein EspA dan EspB yang berperan dalam prosses
penempelan pada epithel usus dengan bantuan geneae yang terdapat pada bakteri
tersebut. Jika telah masuk ke aliran darah maka dapat mengganggu fungsi ginjal
sehingga dapat terjadi gagal ginjal akut. Akibat yang paling parah dari infeksi E.Colli ini
yaitu akan mengakibatkan kematian.
2. Bakteri Salmonella

Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang dapat berkembang biak dalam


pencernaan, karena bakteri ini cara penularannya melewati mulut dimana mulut
digunakan sebagai makan/minum bahan yang tercemar bakteri Salmonella,
sehingga terjadilah radang usus). Radang usus serta penghancuran lamina propria
alat pencernaan oleh penyususpan (proliferasi) salmonella inilah yang
menimbulkan diare, karena salmonella menghasilkan racun yang disebut
cytotoxin dan enterotoxin (Dharmojono, 2001). Salmonella typhi dapat
menyebabkan demam dan gejala tifoid yang akan berlangsung selama 3-4
minggu..Apabila Salmonella di dalam tubuh hal ini akan menginvasi mukosa usus
halus, berbiak di sel epitel dan menghasilkan toxin yang akan menyebabkan reaksi
radang dan akumulasi cairan di dalam usus. Pola penyebaran penyakit ini adalah
melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar). S typhi, paratyphi A, B, dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan
makanan atau minuman yang tercemar (Fathiariani, 2009). Saat kuman masuk ke
saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan
sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus kumanberaksi sehingga bisa
” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke
kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada
organ hati, empedu, dan lain-lain).
Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B
dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang
tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kuman Salmonella bisa ada terus
menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun (Widianto,2009). Setelah
memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C mulai melakukan
penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan pembengkakan pada
urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian
menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri juga akan menyerang
liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian
berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ-organ ini. Melalui organ-organ yang
telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah yang menyebabkan
bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab
terjadinya demam dan penyakit klinis (Wardani, 2008).
GEJALA

Merujuk pada keracunan bakteri (Shigella, E. Coli,


Salmonella, dll.) :

1. Cacingan
2. Schictisimiasis
3. Reaksi Alergi
4. Mual dan Muntah
5. Diare
6. Panas demam
7. Meningitis
UPAYA PENGATASAN

Anda mungkin juga menyukai