Anda di halaman 1dari 31

GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

AKIBAT PATOLOGIS SISTEM


PERSYARAFAN.
1. AMANDA IKA FITRIAL SUKMANINGSIH
2. DIAH MULYATI SUGA
3. KHANIA MARTHA LESTARI
4. OKTAVIANI
5. SITI FATIMAH
6. YOSEPHINE INES IRAWATI
Anamnesis
1. STROKE
 Identitas pasien.
 Keluhan utama :
 Keluhan tambahan :
 Riwayat penyakit sekarang :
 Waktu dan lamanya keluhan berlangsung.
 Sifat dan beratnya serangan (masih dapat ditahan atau tidak).
 Lokasi dan penyebarannya (dapat menyebutkan tempat sakit atau
menyebar).
 Hubungan dengan waktu (kapan saja terjadinya).
 Hubungannya dengan aktivitas (keluhan dirasakan setelah melakukan
aktivitas apa saja).
 Keluhan-keluhan yang menyertai serangan
 Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali.
Lanjutan..
 Riwayat penyakit dahulu : bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.
 Riwayat kesehatan keluarga.
 Riwayat penyakit menahun keluarga.
Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Pemeriksaan neurovaskuler
2. MENINGITIS
ANAMNESIS
 Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda-tanda vital (TTV)
 PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda-tanda vital (TTV) :
 B1 (Breathing)
 B2 (Mood)
 B3 (Brain)
Lanjutan..
- Pengkajian Fungsi Serebral.
- Pengkajian Saraf Kranial.
- Pengkajian Sistem Motorik.
- Pengkajian Refleks.
- Pengkajian Sistem Sensorik.
- Kaku Kuduk
- Tanda Kernig Positif
- Tanda Brudzinski

 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
3. CIDERA KEPALA
Pemeriksaan fisik
Anamnesis
Diagnosis cedera kepala biasanya tidak sulit ditegakkan : riwayat
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau perkelahian hampir selalu
ditemukan. Pada orang tua dengan kecelakaan yang terjadi di rumah,
misalnya jatuh dari tangga, jatuh di kamar mandi atau sehabis bangun
tidur, harus dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak
(stroke) karena keluarga kadang-kadang tak mengetahui pasti urutan
kejadiannya, jatuh kemudian tidak sadar atau kehilangan kesadaran lebih
dahulu sebelum jatuh.
Anamnesis lebih rinci tentang:
a. Sifat kecelakaan.
b. Saat terjadinya, beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
c. Ada tidaknya benturan kepala langsung.
d. Keadaan penderita saat kecelakaan dan perubahan kesadaran sampai
saat diperiksa.
 Pemeriksaan Fisik
Hal terpenting yang pertama kali dinilai bahkan mendahului
trias adalah status fungsi vital dan status kesadaran pasien.
Status fungsi vital
 Status kesadaran pasien
 Status neurologis
4. CIDERA MEDULA SPINALIS
ANAMNESE
Pengkajian.
 a. Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada.
usia muda), jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering
mengebut saat mengendarai motor tanpa pengaman helm),
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosis
medis.
 b. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan
ekstremitas, inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri
tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan
deformitas pada daerah trauma.
Lanjutan..
 Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma tulang
belakang akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga,
kecelakaan industri, jatuh dari pohon atau bangunan, luka
tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur
chance), dan kejatuhan benda keras.
 Riwayat penyakit dahulu. Pengkajian yang perlu ditanyakan
meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang
belakang, seperti osteoporosis dan osteoartritis.
Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan B3 (Brain) dan
B6 (Bone) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan
klien.
Lanjutan..
 Pemeriksaan Saraf kranial:
 (1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang belakang dan
tidak ada kelainan fungsi penciuman.
 (2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.
 (3) Saraf III, IV, danVI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata
dan pupil isokor.
 (4) SarafV. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami paralisis pada
otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan
 (5) SarafVII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.

 (6) SarafVIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
 (7) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada usaha
klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk
 (8) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi, Indra pengecapan normal.
Lanjutan..
Pemeriksaan refleks:
 Pemeriksaan refleks dalam
 Pemeriksaan refleks patologis
 Refleks Bullbo Cavemosus positif
 Pemeriksaan sensorik.
5. POLIO
Anamnesis
Anamnesis pada penderita penyakit Poliomielitis dapat diperoleh
dari penderita sendiri (autoanamnesis) pada anak yang sudah
bisa bicara dan keluarga atau orang lain (alloanamnesis) pada
penderita yang belum bisa berbicara. Pada anamnesis penderita
poliomielitis akan didapatkan keluhan antara lain :
 Demam
 Sakit Kepala
 Muntah
 Peradangan Tenggorokan
 Sulit buang air besar
 Nyeri
 Kelumpuhan
Pemeriksaan fisik
 Kelemahan otot
• Otot-otot tubuh terserang paling akhir
• Sensorik biasanya normal
• Reflek tendon dalam biasanya mulai terlihat 3-5 minggu setelah
paralisis, dan menjadi lengkap dalam waktu 12-15 minggu serta
bersifat permanen.
• Gangguan fungsi otonom sesaat, biasanya ditandai denganretensi
urin.
• Tanda-tanda rangsang mingineal
• Gangguan saraf kranial (poliomielitis bulbar). Dapat mengenai
saraf kranial IX dan X atau III. Bila mengenai retikularis di batang
otak maka terdapat ganguan bernafas, menelan, dan sestem
kardiovaskuler.
6. TETANUS
Pengkajian
 Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi
TT.
 Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena data ini
akan membantu membedakan persalinan yang bersih/higienis atau
tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
 Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan
bayi tidak dapat menetek (incubation period). Berapa lama selang
waktu antara gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang
pertama (period of onset).
 Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah
imunisasi DPT/DT atauTT dan kapan terakhir.
 Riwayat psiko sosial : Kebiasaan anak bermain di mana dan hygiene
sanitasi
Kasus
Seorang laki-laki usia 59 tahun dirawat di bangsal syaraf RS.
Klien mengeluh kaki dan tangan sebelah berat untuk digerakan .
bicaranya pelo (afasia) dan mulut/lidah tampak tidak simetris.
Riwayatnya terjadi ketika 2 hari yang lalu sedang membersihkan
halaman tiba-tiba lemas dan terjatuh , lalu dibawa keluarganya
ke RS. Klien mempunyai riwayat hipertensi sudah 10 tahun.
Pada waktu masuk IGD GCS :13 dan TD :178/98 mmHg.
Pemeriksaan hari ini kesadaran kompos mentis GCS:15 dan TD
140/90mmHg. Hasil pemeriksan CT scan menunjukan adanya
perdarahan serebral dan iskemik.
Keluhan Utama gangguan sistem
persyarafan
 Stroke : Nyeri
 Trauma kepala : Nyeri kepala
 Trauma spinal meningitis : Kejang/Penurunan
kesadaran/nyeri kepala
 Enchefalitis : Demam/kejang
 Poliomielitis : Batuk pilek/ Demam
 Tetanus : Kejang
Pertanyaanyang di ajukan pada
pasien/keluarga
 Apakah klien sebelumnya pernah terjatuh ?
 Apakah imunisasi pada saat anak-anak/bayi lengkap ?
 Apakah klien sering mengalami sakit kepala sebelumnya?
 Riwayat penyakit apa saja yang pernah dimiliki oleh klien
sebelumnya?
 Apakah klien sering menggunakan obat-obatan untung
menghilangkan rasa sakit sebelumnya ?
 Apakah di dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat
penyakit yang sama?
Pertanyaan yang diajukan pada pasien
dalam gangguan aktivitas dan mobilitas

 1) Apakah pasien sebelumnya yang melakukan kegiatan


yang berat?
 2) Bagian mana saja yang sulit di gerakan ?
 3) Apakah klien sering merasa cemas terhadap lingkungan
dan murung saat ada masalah ? 4) Apakah klien sulit untuk
BAB/BAK?
 5) Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat
,narkoba ,atau minuman yang mengandung alcohol ?
6) Apakah klien sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak lemak?

Pemeriksaan kesadaran dengan GCS
 Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan
/menilai tingkat kesadaran klien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai
koma.
 Jenis Pemeriksaan:
 1. Respon buka mata (Eye)
 -Respon Spontan (tanpa stimulus/rangsang) :4
 - Respon terhadap suara :3
 - Respon terhadap nyeri :2
 - Tidak ada respon :1
 2. Respon Verbal (V)
 - Berorientasi baik :5
 - Berbicara mengacau :4
 - Kata – kata tidak teratur :3
 - Suara tidak jelas :2
 - Tidak ada suara :1
Lanjutan..
 3. Respon Motorik (M)
 - Mengikuti perintah :6
 - Melokalisasi Nyeri :5
 - Fleksi spontan (mampu menarik anggota tubuh yang di
respon) :4
 - Fleksi abnormal :3
 - Ekstensi abnormal :2
 - Tidak ada respon (Flasid) :1
Pemeriksaan kekuatan tonus otot
1. Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali
2. Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan pada
sendi
3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan tekanan pemeriksa
4. Nilai 3 : bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksa
5. Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang
6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan penuh,
Pemeriksaan fungsi sesoris (perabaan
)

 Sentuhan ringan : di periksa dengan ujung kapas yang


ditempelkan ke satu titik dengan mata pasien ditutup, jangan
menggoreskan kapas ke kulit karena sensasi ini dapat di
hantarkan oleh serabut nyeri
 Nyeri : sebaiknya di uji dengan lidi yang patah atau neurotip
yang di rancang khusus.
 Sensasi getaran : biasanya berkurang atau hilang pada usia lanjut,
menggunakan garpu tala C128Hz di ekstremitas atas, bawah dan
badan.
 Propiosepsi : sensasi posisi sendi harus di periksa dengan mata
pasien tertutup. Contoh : jari harus di pisahkan dari jari di
sekitarnya dan sendi yang di periksa di gerakan keatas dan
kebawah. Tanyakan arah gerakan jari kepada pasien
 Suhu : jarang diperiksa rutin, ikuti skema pemeriksaan
persyarafan dematomal dan neuropatiperifer.
 Berat, bentuk, ukuran dan tekstur : kain sangat penting untuk uji
ini, sebuah kain diletakkan ditelapak tangan pasien dengan mata
tertutup dan minta pasien untuk menjelaskannya
Pemeriksaan refleks tendo

Reflek tendon biasanya ditandai pada skala 0-4 +


4 + : biasanya cepat dan hiperaktif, disertai adanya klonus
osilasi ritmis antara fleksi dan ekstensi
3 + : lebih cepat dan rata-rata, munkin terapi tidak harus
mengidentifikasi adanya penyakit.
2 + : normal
1 + : agar berkurang, rendah yang normal
0 : tidak ada respon
Pemeriksaan penunjang yang di
lakukan pada pasien dengan gangguan
persyarafan
 Stroke : CT Scan, MRI, EKG, Angiografi serebri, EEG, Sinar
X
 Trauma Kepala : CT Scan, CT Brain, EEG, MRI
 Meningitis : Pemeriksaan DL, CT Scan, MRI, EEG
 Trauma Spinal : Pemeriksaan DL, Foto polos, MRI
 Enchefalitis : Serologis, Pemeriksaan DL, EEG
 Poliomielitis: Pemeriksaan DL, cerebrospinal, CT Scan
 Tetanus : GDS, BUN, EEG
Masalah keperawatan pada pasien gangguan
persyarafan: Stroke,trauma kepala, trauma spinal
meningitis, enchefalitis, poliomielitis dan tetanus

 Stroke : Gangguan aktifitas


 Trauma kepala: Gangguan Kebutuhan cairan
 Trauma Spinal meningitis: Nyeri Akut
 Enchefalitis: Hipertermi
 Poliomielitis: Gangguan kebutuhan nutrisi
 Tetanus : Gangguan pernapasan
Intervensi kasus
 1. Berikan Penjelasan kepada keluarga klien tentang peningkatan
TAK dan akibatnya
 2. Baringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur telentang
tanpa bantal
 3. Monitor TTV
 4. Ajarkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebih
 5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
 6. Kolaborasi pemberian terapi sesuai intruksi dokter, seperti
steroid, aminofel dan antibiotika.

Anda mungkin juga menyukai