Anda di halaman 1dari 14

Model pembelajaran kooperatif dalam pendekatan

deduktif induktif terhadap kemmpuan pemahaman


matematika

KELOMPOK VI

SUJOKO WALUYO
DODI NOPENDRA
INSYIRAH AZWARNI NST
Pembelajaran Kooperatif

Menurut Soedjadi dalam Rusman ( 2012). Pembelajaran koperatif adalah


salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pada
dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu
pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan
mentansformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soedjadi dalam Rusman, 2012).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang


menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan
saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah (Muslim
Ibrahim, 2003)
Karakteristik Model
Pembelajaran Koperatif

Pembelajaran Secara Tim


.

Didasarkan pada Manajemen


Kooperatif

Keterampilan
PERENCANAAN
Bekerja Sama

ORGANISASI Kemampuan untuk


Bekerja Sama

kontrol
Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.

Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


Menyajikan Informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya


Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kooperatif kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompo belajar pada


Membimbing kelompok bekerja dan belajar saaat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Guru mengaveluasi hasil belajar tentang materi yang


Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya


Memberikan Penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.
PENGERTIN INDUKTIF

Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacon (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan di dasarkan dari fakta yang konkrit. Menurut
Yamin (2012: 78) Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus,
fakta, contoh atau sebab yang mencer-minkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian
siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, mengumumkan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Pembelajaran diawali secara
induktif dengan memberikan sejumlah contoh agar siswa mengidentifikasi,
menginterpretasi data kemudian membuat kesimpulan.
Pada pendekatan induktif dimulai dengan memberikan bermacam-macam contoh.
Contoh fungsi dan bukan fungsi:
Perhatikan gambar berikut :

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi itu adalah Fungsi atau pemetaan dari himpunan A
ke himpunan B merupakan relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan
tepat satu anggota B.
Dimana syarat suatu relasi adalah fungsi atau pemetaan sebagai berikut.
Setiap anggota A memiliki pasangan di B
Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota di B
Defenisi Pendekatan
Deduktif

Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif


merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-
pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan
menggunakan logika tertentu.”

Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa:


Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari
keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum itu kedalam keadaan khusus.
.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa secara deduktif,
setelah siswa mampu mendefinisikan atau menggenarilasasikan dapat memberikan
contoh atau non contoh serta dapat membuktikannya atau pendekatan deduktif
adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
Fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B merupakan
relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu
anggota B.
Dimana syarat suatu relasi adalah fungsi atau pemetaan sebagai
berikut.
Setiap anggota A memiliki pasangan di B
Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota di B
a. Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan
Indikator :
sisi-sisinya
b. Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan
besar sudutnya

Jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya dibedakan


menjadi segitiga sama sisi, segitiga sama kaki serta segitiga
sebarang dan berdasarkan besar sudutnya dibedakan
menjadi segitiga lancip, segitiga tumpul dan segitiga siku-
siku.

A. Dapatkah segitiga sama kaki merupakan segitiga lancip?


Jelaskan jawabanmu!
B. Dapatkah segitiga sebarang merupakan segitiga lancip? Jelaskan
jawabanmu!
C. Dapatkah segitiga siku-siku merupakan segitiga lancip?
Jelaskan jawabanmu!
D. Dapatkah segitiga sama sisi merupakan segitiga lancip? Jelaskan
jawabanmu!
a. Bisa, segitiga samakaki merupakan segitiga lancip. Karena segitiga
sama kaki mempunyai sudut-sudut kurang dari 900

b. Tidak, segitiga sebarang bukan merupakan segitiga lancip.


Karena segitiga sebarang, salah satu sudutnya lebih dari 900

c. Tidak, segitiga siku-siku bukan merupakan segitiga lancip. Karena


segitiga siku-siku, salah satu sudutnya sama dengan 900

d. Bisa, segitiga sama sisi merupakan segitiga lancip. Karena


segitiga sama sisi mempunyai sudut-sudut kurang dari 900
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang
dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan
imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
baru, membuat sudut pandang yang menakjubkan , dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.

karakteristik berfikir a. Orisinalitas


kreatif
b. Elaborasi

c. Kelancaran

d. Fleksibilitas
Aspek yang diukur
Nomor
Materi 1 2 3 4 Indikator
soal
Bilangan Menentukan hasil penjumlahan
1
Bulat bilangan bulat

Apakah 800 merupakan hasil dari 133 + 129 + 117 + 121 +206 + 294
? (jelaskan alasan jawaban disertai proses penyelesaiannya).
Cara penyelesaian 1 (memenuhi aspek
berpikir Orisinalitas
kreatif): Siswa menyelesaikan soal dengan
cara pemikirannya sendiri
133 + 129 + 117 + 121 +206 + 294
= (133 + 117) + (129 + 121) + (206+294)
Elaborasi
= 250 + 150 + 500
Siswa menyelesaikan tugas-tugas
=400 + 500
yang ada dengan baik
=900

Fleksibilitas
Cara penyelesaian 2 (belum Cara tersebut dapat di terapkan
memenuhi aspek berpikir kreatif) : kepada permasalahan lain yang
sejenis.
133 + 129 + 117 + 121 +206 + 294
= 152 + 138 +500 Kelancaran
=(162 + 238) + 500 Siswa dapat melakukan penyelesaian
= 400 + 500 dengan cara menjumlahkan 2 buah
= 900 bilangan yang lebih mudah
dijumlahkan berdasar sifat komutatif.

Anda mungkin juga menyukai